Suatu waktu, di sebuah simposium kedokteran, saya dipanggil berbincang-bincang oleh seorang sejawat senior yang juga dosen saya. Ternyata beliau adalah seorang penderita Penyakit Jantung Koroner (PJK) yang telah menggunakan 2 (dua) buah cincin (ring) di jantungnya dan masih terus mengkonsumsi berbagai obat-obatan untuk penyakitnya tersebut.
Ternyata beliau mengetahui bahwa saya seorang praktisi komplementer (menggunakan nutrisi/suplemen dan obat) dan karena itu beliau ingin pendapat saya.
Beliau mengeluhkan, sejak konsumsi obat-obatan tersebut secara teratur, ternyata nilai Ureum dan Kreatininnya perlahan tapi pasti mulai meningkat. Artinya, fungsi ginjal mulai terganggu. Dia tentu saja tak ingin jantungnya membaik tapi ginjalnya malah rusak.
Nah, berdasarkan contoh kasus di atas dan tentu saja berbagai kasus yang saya hadapi membuat saya tergerak untuk menuliskan apa yang saya ketahui tentang penanganan komplementer pada PJK.
Pengantar terhadap PJK
docwirenews.com
Penyakit Jantung Koroner, sering disebut di kalangan dokter sebagai PJK, atau Coronary Artery Disease (CAD), atau Coronary Heart Disease (CHD), adalah sebuah penyakit yang menyerang arteri (pembuluh darah) koroner.
Arteri koroner merupakan cabang dari aorta dan bertugas mengalirkan darah ke seluruh otot jantung. Hal ini terjadi ketika arteri koroner terganggu fungsinya untuk mengalirkan cukup darah yang kaya oksigen ke otot jantung akibat adanya plak aterosklerotik.Â
Arteri kita sebetulnya mulus dan elastis tapi ketika terbentuk aterosklerosis akan menjadi kaku dan sempit. Elastisitasnya, karena kandungan kolagen, membuat diameter arteri sangat fleksibel sesuai kebutuhan, mampu melebar dan menyempit sesuai pengaruh beberapa hormon yang memiliki efek terhadap elastisitasnya.
Plak aterosklerotik membuat kemampuan tersebut menjadi berkurang dan mengganggu suplai darah ke otot jantung. Dan plak ini memiliki kecenderungan untuk pecah karena timbunan sel busa yang makin tebal dan selalu digerogoti oleh enzim pemecah protein (proteolitik) dari bagian dalam.
Karena itu, tubuh kita berusaha mempertahankannya dengan cara membuat selubung plak menebal dengan lapisan otot polos. Akibatnya diameter arteri semakin menyempit.Â
Suatu saat, bila selubung plak kemudian pecah, terjadi pendarahan di dalam pembuluh darah. Terjadi bekuan darah (trombus) di lokasi pecahnya plak.
Trombus yang cukup besar terkadang membuat arteri yang tadinya sempit oleh aterosklerosis menjadi tertutup komplit. Bila trombus ini terlepas dan mengalir bersama aliran darah, bekuan darah ini disebut emboli.Â