Mohon tunggu...
Roy Hendroko
Roy Hendroko Mohon Tunggu... -

Roy adalah mania di bBH (jangan diartikan Bra Mania), atau dalam Bahasa Indonesia yang salah kaprah : BBN Mania, atau di-Inggris-kan : Biofuel Mania. Saat ini mencangkul di perusahaan swasta yang berbasis perkebunan dan industri kelapa sawit, sebagai Researcher Biofuel Plant Production. Roy pensiun dengan masa kerja 35 tahun dari sebuah BUMN yang mengelola 10 Pabrik Gula, 2 Pabrik Bioetanol, dan 2 Pabrik Kelapa Sawit. Aktif di Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI), Asosiasi Pengusaha Bioetanol Indonesia (APBI) skala UKM, Asosiasi Bioenergi Indonesia (ABI), Asosiasi Petani Jarak Pagar Indonesia (APJPI), Forum Biodiesel Indonesia (FBI), dan Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI). Tujuanku menulis adalah memberitakan bahwa minyak bumi sedang menuju titik nadir dan suatu hari BBM adalah akronim dari Bener Benar Malu. Masa depan Republik ini adalah pertanian energi karena pro poor, pro job, pro growth, dan pro planet. Postinganku berupaya menjadikan BBN (bahan bakar nabati) menjadi back bone di negara ini. Bukan seperti saat ini yang hanya Bener Bener Nekat atau hanya sekadar Bener Bener Narcist dan akhirnya pabrik Benar Bener Nyaris jadi rosokan besi tua karena hanyalah merugi. Apakah "mimpi", "utopia", atau "misi"-ku akan tercapai ? INSYA ALLAH dan semoga rekan Kompasianer mendukungku.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Sehat, Segar, dan Bersih Udara di Indonesia ?

12 November 2009   09:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:22 1682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

[caption id="attachment_24507" align="alignleft" width="190" caption="Jakarta jelang Malam.Apakah Kemacetan Berkorelasi Dengan Sehat Lingkungan?"][/caption]

Hallo Kompasianers, met jumpa. Hari ini tanggal 12 November 2009, ingat ngak…apa yang diperingati di hari ini ? Yuk siapa bisa jawab ? Iya betul, hari ini adalah HKN,Hari Kesehatan Nasional ke-45. Kesehatan bukanlah segalanya, namun tanpa kesehatan kita juga tidak menjadi apa-apa. Masalah kesehatan dianggap penting oleh Republik ini, malah selama 30 hari mendatang, yakni mulai tanggal 12 November hingga 12 Desember 2009 dinobatkan menjadi “Bulan Lingkungan Sehat” (BLS).

Bicara tentang lingkungan sehat, sebenarnya adalah komitmen global pemerintah Indonesia dalam MDGs (Millennium Development Goals). Pada tujuan tujuh MDGs terdapat kewajiban “Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup”. Ngobrol tentang lingkungan sehat....apa yang Roy sharing sebagai Bra Mania dalam memasuki bulan BLS ? Yuk, kita ngobrol lebih jauh.

[caption id="attachment_24508" align="alignright" width="162" caption="Deklarasi FUBI"][/caption]

Di peringatan hari pahlawan, 10 November 2009, saya diundang Mas Puput menghadirideklarasi “Forum Udara Bersih Indonesia” yang di akronimkan jadi FUBI….di salah satu hotel bintang lima di Jakarta Selatan. Acara itu digelar dan didukungoleh Asian Development Bank (ADB), Clean Air Initiative Asia Center (CAI-Asia), Swiss Contact Indonesia (kompasianers ingat ? di postingan BBN, saya pinjam sejumlah foto mereka, klik di sini), Suistanable Urban Mobile in Asia (SUMA), Sweden International Development Agency (SIDA), WWF, Walahi dan bersama sejumlah LSM lokal lain,hadir pula sejumlah Asosiasi diantaranya asosiasi kendaraan bermotor, asosiasi sepeda motor, asosiasi bengkel, asosiasi pemerintah daerah, juga sejumlah pejabat kementrian, ITB, IPB,dan Mabes Polri.

Puput adalah nama beken, nama asli beliau adalah Ahmad Syafrudin. Orangnya nyentrik, maklum NGO alias LSM. Wajahnya mirip John Lennon-sayang tidak berkaca mata bulat-anggota Beatles (saya adalah penggemar berat band jadul ini. Alhamdulillah selama November ini, Radio Motion Jakarta di 97,5 memutar non stop lagu-lagu cantik Beatles) dengan rambut dikuncir tapi hatinya amat baik. Mas Puput adalah koordinator Komite Pembebasan Bensin Bertimbal (KPPB), sebuah LSM yang berutopia tentang “langit biru”, dan berjuang untukpenggunaan “clean transport energy” di Indonesia.

[caption id="attachment_24510" align="alignleft" width="210" caption="Mbak Dollarris in Action"][/caption]

Saya mohon kesediaan kompasianers mengucapkan salut, terima kasih, dan penghargaan yang tinggi pada Mas Puput dkk, karena kini Indonesia telah menikmati unleaded gasoline, bensin bebas timbalberkat perjuangan panjang beliau dkk…..sejak tahun 1990-an. What is timbal, dan why ia berada di bensin….ntar kita obrolkan. Bukan nasi timbel lho, ntar bikin ngiler alias air liur Rosiy menetes di NZ.. Mas Puput juga adalah salah satu dari penyunting ahli, buku saya dkk yang berjudul “Bioetanol Ubi Kayu, Bahan Bakar Masa Depan”, (diakronim :BUK-BBMD), terbitan Agromedia Pustaka, Jakarta, 2007. Bila kompasianers akan “melirik” versi Google klik di sini. Melirik aja lho, jangan dibaca detil….karena kita ngobrol copy pastenya di bawah ini.

Bahan Racun di Premium Timbal, atau Pb (plumbum) atau timah hitam dicampurkan ke bensin dalam bentuk tetra etil lead (TEL) yang rumus kimianya (C2H5)4Pb. Udah jadul, sejak tahun 1921 bahan ini ditambahkan dengan dua tujuan, yaitu sebagai bahan aditif untuk meningkatkan nilai oktan bahan bakar yang bermutu rendah (Mbak atau Ceu Rosiy tahu oktan ?), sehingga disebut octane booster. Gunanya untuk mengurangi atau menghilangkan proses knocking atau popular disebut ngelitik pada kendaraan bermotor. Fungsi yang lain sebagai pelumas antara katub mesin dan dudukannya.

Tapi ternyata Pb adalah racun berbahaya. Pengaruh Pb dimulai dari janin dalam kandungan sampai ke orang tua. Pb yang masuk ketubuh kita sebagian besar ditimbun dalam tulang. Saat-saat tertentu, misal pada stress…Pb diremobilisasi dari tulang dan masuk ke peredaran darah. Pada ibu yang mengandung, so pasti Pb masuk ke janin melalui peredaran darah si ibu. Setelah lahir, balita akan mendapat asupan timbal terus menerus dari udara melalui pernafasannya dan air susu ibu. Demikian pula bila si balita mempunyai kebiasaan memasukkan jarinya ke dalam mulut yang kemungkinan tercemar debu yang mengandung timbal.

Apakah kemungkinan buruk yang terjadi pada balita ? Pb menghambat sintesis sel darah merah... terjadi anemia. Pb dinyatakan pula menghambat perkembangan sistem syaraf. Anak menghadapi resiko neurotik, sukar belajar, dan akhirnya OON. Tak hanya itu, Pb dilaporkan memacu penyakit autis (kompasianers udah mampir ke ”flat” BH, penulis kocak yang cerita tentang putranya si Leon yang alhamdulillah sembuh dari autis ? Klik di sini. Oh ya, BH juga Detektif Kompasiana si pembuka kedok cerita melodrama PPA yang ngetop pada minggu-minggu lalu di rumah sehat ini). Juga Pb dilaporkan memacu kemarahan dan kriminalitas (lihat betapa buruk temparamen para sopir angkutan di jalan).

Pada perempuan dewasa, Pb mengganggu sistem reproduksi. Siklus menstruasi kacau, resiko keguguran, resikobayi lahir di bawah berat normal,danlahir cacat. Pada pria, akan menyebabkan jumlah sperma berkurang, kualitas sperma menurun dengan terbentuknya sperma cacat....yang berdampak resiko lahirnya bayi cacat. Pria yang darahnya tercemar Pb, besar kemungkinan mengalami penurunanlibido dan dapat menyebabkan disfungsi ereksi....yang mungkin nggak mampu disembuhkan oleh kompasianer favorit nan cantik, Mbak atau Ceu ML.

[caption id="attachment_24513" align="alignright" width="127" caption="Alat Pantau Polusi Udara di dekat Setasiun Gambir (rusak 2007)"][/caption]

Alhamdulillah, namun was-was Puji syukur sejak1 Juli 2006, Pb “hapus” di Indonesia karenaRepublik ini menggunakan HOMC (high octane motorgas component), yakni bahan baku pembuatan bensin (premium) yang memiliki oktan tinggi. Bila masalah Pb udah selesai, ngapain sobat Roy bikin FUBI ? Kenapa cari masalah ? Kali cari kerjaan aja....biar dapat sarana untuk mengkritisi Pak Beye ? Maklum LSM....atau biar dapat “proyek” khususnya dari manca negara? Apalagi lihatlah data status “good air” di wilayah DKI, yang datanya dipublish Pemda.

Sepanjang tahun 2001 – 2005, “good air” tercatat di bawah 30 hari dalam setahun. Tahun 2006, penduduk DKI menikmati 45 hari ber-udara bersih dalam setahun atau 12 persen. Tahun 2007, masyarakat DKI dapat menghirup udara bersih selama 55 hari dari 365 hari, atau 15 persen.Dan di tahun 2008, rakyat DKI diberi81 hari, atau 22 persen. Bukankah terjadi progres kemajuan naik 12 % - ke 15% - ke 22%. Hebat kan Pemda DKI.

Iya tapi bukankah kita masih menghirup udara kotor selama 275 hari di tahun 2008. Juga lihatlah alat ISPU (Indeks Standar Pencemar Udara) pada bobrok. Lihat aja di dekat setasiun Gambir, di dekat Pondok Indah Mall pada mangkrak. Dengan alat pantau emisi cuman sebuah yang beroperasi di tahun 2008, yakni yang di Jakarta Barat....mungkin (maaf bukan suudzon) angka rekayasa yang muncul ? (kan Republik ini jagonya rekayasa ?....ya di tingkat Nasional pada cerita ”tjitjak” maupun di Kompasiana dengan si ”memelas” Puri).

Pb ganti Ferosen Pencemar udara tidak hanya Pb, ada polutan PM10, karbon monoksida (CO), sulfur, nitrogen oksida (NO), O3, dan lain-lain. Belum lagi sas-sus bahwa dengan dalih HOMC mahal (karena harga fossil oil yang makin meningkat) maka kini Pertamina memakai bahan baku minyak mentah dengan oktan rendah dan mendongkraknya dengan bahan aditif berbasis ferro.

Iya kan yang dilarang Pb, bukan aditif atau octane booster berbentuk ferro?Padahal emisi gas oksida besi bila terhirup manusia akan menimbulkan gangguan penyerapan oksigen dalam darah, kerusakan syaraf, berkurangnya bobot tubuh, degradasi sel di organ pernafasan, mutasi gen hingga menimbulkan kangker, dll, dsb. Nih, belum lagi mesin kendaraan yang rusak karena ferosen. Udah deh, silahkan lihat buku BUK di halaman 22 dan 23. Tuh, Kang Unang udah kedip-kedip mata, kasi kode karena saya nulisnya panjang lebar.

Tak hanya Pb Lihatlah grafik di kiri halaman ini. Tampak populasi kendaraan meningkat dahsyat,dengan dampaknya CO2 penyebab ”global warning” menaik, namun ironinya PDB Republik ini menurun. Bagaimana nih ? Padahal Republik ini di kancah internasional komitmen menekan laju emisi sebesar 26 persen pada tahun 2020. Kata seorang senior LSM Environmental Investigation Agency (EIA), angka itu tidak masuk akal (Kompas cetak, 11 Nov 2009, hal 13). Piye pendapat Mas Cawi Setiawan, pakar lingkungan Kompasiana ? Rekan kompasianer udah kenal Mas CS? Please mampir di ”rumah” nya dengan klik di sini.

[caption id="attachment_24519" align="alignright" width="210" caption="Kendaraan Bermotor Penyebab Polusi Terbesar"][/caption]

Pada tahun 2008, Departemen Perhubungan melaksanakan uji petik emisi gas buangyang dilakukan di 16 kota, yakni 5 wilayah DKI Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, makasar, Yogjakarta, Denpasar, Palembang, Bekasi, Depok, dan Tangerang pada 32.800 mobil ber BBM premium dan solar. Berdasar Permen Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2006 ternyata hanya 21.274 kendaraan atau 65 % yang lulus uji emisi.Pada mobil bensin lulus 71%, sedang mobil solar lulus 45 %. Uniknya, mobilmerk beken, misal mercy aja hanya lulus 65 %,BMW lulus 80%. Sedang Toyota yang merajai jalanan di Republik ini, lulus 72 %.

Tengok data di atas, mobil ber BBM solar hanya lulus 45 %, padahal inilah permasalahan seperti saya udah sampaikan di postingan lalu (yang judul apa ya, kok lupa nih ? Ketularan Oon nih) bahwa solar produksi Indonesia amat buruk, jelek, dan ”kotor” . Why, kunaon ? Ya ”konon”, karena kemampuan kilang kita yang rendah performancenya , apalagi ”katanya” kualitas bahan baku yakni minyak mentahyang diolah memang jelek..... berkadar sulfur tinggi. Kata orang, minyak Indonesia yang ciamik......dijual, diekspor dan duitnya dibelikan minyak dari midle east yang berkadar S tinggi.....katanya karena kilang kita TIDAK MAMPU mengolah bila Snya rendah? (bagaimana pendapat Bung Omri,  pakar tambang     Kompasiana ?)

Dengan katagori sulfur lebih kecil atau sama dengan 500 ppm sesuai standar Euro-2(diacu berdasar SK Menteri LH No. 141, tahun 2003 dan “diterapkan” di Indonesia pada tahun 2005)yang memenuhi “kriteria aman”hanya 2 kilang dari 8 kilang, yakni Dumai dan Balongan. Sebagai contoh kilang Teluk Semangka, Lampung dan kilang Kalbut, Situbondo menghasilkan solar berpurata belerang sebesar 3.500 ppm (min 2.500 ppm dan max 5.000 ppm), tujuh kali lipat dari baku Menteri KLH. Opo ora hebat ?

[caption id="attachment_24521" align="alignleft" width="240" caption="Kadar Sulfur di Udara di 3 Kota Besar Selama 7 Tahun (2001-2008)"][/caption]

Jadi kita dipaksa menghisap udara ber-sulfur. Tampak di grafik di samping kiri atas alinea ini , kandungan sulfur di 3 kota Jakarta, Surabaya dan Bandung yang meningkat dari tahun ke tahun. Tampak pula di tabel di bawah sub bab ini, kita ”tertinggal” dibanding tetangga. Negara-negaradi Asia antara lain China, India, Philipina, Thailand menetapkan kadar Sulfur di BBM solar (diesel) lebih rendah dari Indonesia....meski belum serendah Japan, Korea, dan Singapura. Kenapa ya, mereka mampu ? Mungkin kita adalah superman dan super women. Daya tahan manusia Indonesia ”lebih kebal dan tahan banting” terhadap polusi dibanding bangsa-bangsa di atas ?

Bahaya Lain Kenapa belerang dituntut rendah ? Gas S adalah pemicu total partikulat (PM10) dan asap hitam. Semakin tinggitotal partikulat, semakin tidak aman, karena bila masuk ke dalam sistem pernafasan dapat menyebabkan penyakit bronkitis, asma, gangguan kardiovaskular, dan kanker. Dampak S terhadap keausan mesin, hujan asam, dan lain-lain….please tengok di Bab VI di buku “Menghasilkan Biodiesel Murah, Mengatasi Polusi & Kelangkaan BBM” Agromedia Pustaka, Jakarta, 2006….versi google klik di sini. Demikian juga bahaya “pengotor” lain…silahkan baca di buku Roy dkk, saya takut di jewer Kang Unang, bila bertele- tele, atau berlambat-lambat. Ha-ha-ha.

Namun sebuah data ingin saya sharing. Baku mutu premium Indonesia belumlah mencantumkan ambang batas benzene dan poli aromatic hidrokarbon. Padahal Kamboja, China, Jepang, Malaysia, Philipina, Singapura, Thailand menetapkan ambang batas dua zat ini. Mengapa ? Sejumlah penelitian terkini menunjukkan dua zat itu pemicu penyakit kanker paru-paru dan leukemia alias kanker darah.

Mas Puput menunjukkan data pemeriksaan purata konsentrasi urine t.t.-muconic acid (sebagai bio-marker benzene)pada warga Jakarta – adalah 2193.3 mg/g creatinine. Dengan data ambang WHO sebesar 500 mg/g, makasample urine orang Jakarta telah 4 kali lipat. Sedang konsentrasi urine 1-hydrocipirien (bio- marker PAH) adalah 8,62 mg/g creatinine. Angka ini 28 kali lipat dibanding standar WHO sebesar 0,3 mg/g

Doa dan pasrah Ngeri ya…melihat udara di Indonesia, khususnya Jakarta ?Eh salah bukan melihat…tapi hanya mendengar dari ocehan Roy. Inilah masalahnya, air dapat dilihat mata. Kita tidak akan meminum atau membeli air kemasan yang “keruh” atau kotor. Tapi air (diterjemahkan ke Indonesia yakni udara kotor,….tidak bisakita lihat dengan kasat mata, dan mau tidak mau, suka tidak suka kita terpaksa menghirupnya. Padahal ia adalah ”pembunuh yang silent

Apa yang dapat kita lakukan ? Apa kita cuman doa dan pasrah ? Atau kita pakai masker seperti saat ini kita lihat pada sejumlah rekan yang bersepeda motor atau pada para bapak dan ibu polisi di tepi jalan raya ? Dr. dr. Anugraha, lebih pas untukmemberi petunjuk apa yang harus kita lakukan… juga Pak Prof NT…yang gara-gara postingan melodrama si Puri, “terpaksa” jadi ahli kanker. Namun ”kata orang”,masker yang beredar di pasaran tidaklah efektif. PbBr2 berbentuk molekul sehingga tidak tertahan master kain tersebut. Masker juga tidak mampu menangkal polutan...... karena partikel polutan berukuran 2,5 mikron.

Pada saat peresmian Kilang Langit Biru Balongan, tanggal 28 Agustus 2005, Pak Beye mengatakan : ”....sudah saatnya Indonesia menggunakan octane booster yang berasal dari bahan nabati.....” Mengapa ? karena BBN memiliki sejumlah kelebihan, antara lain pro planet, disamping pro-job, pro-poor, dan pro-growth. Kata-kata ini terucap lima tahun lalu.....apakah BBN akan segera jadi primadona, jadiback-bone penunjang BBM ?

SEMOGA.....

Kebun Riset Cikarang, 11 Nopember 2009. SALAM ENERGI HIJAU, Berkah Dalem Gusti Roy Hendroko

Untuk Mas Puput (KPPB) dan Mbak Dollaris Riauaty (Swisscontact Foundation) : “maju terus” dengan FUBI jilid II….sebagai revitalisasi jilid I yang didirikan sepuluh tahun lalu.Zai You atau CHAYOOOO !!!! (kata Ceu Rosiy)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun