Mohon tunggu...
Roy Hendroko
Roy Hendroko Mohon Tunggu... -

Roy adalah mania di bBH (jangan diartikan Bra Mania), atau dalam Bahasa Indonesia yang salah kaprah : BBN Mania, atau di-Inggris-kan : Biofuel Mania. Saat ini mencangkul di perusahaan swasta yang berbasis perkebunan dan industri kelapa sawit, sebagai Researcher Biofuel Plant Production. Roy pensiun dengan masa kerja 35 tahun dari sebuah BUMN yang mengelola 10 Pabrik Gula, 2 Pabrik Bioetanol, dan 2 Pabrik Kelapa Sawit. Aktif di Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI), Asosiasi Pengusaha Bioetanol Indonesia (APBI) skala UKM, Asosiasi Bioenergi Indonesia (ABI), Asosiasi Petani Jarak Pagar Indonesia (APJPI), Forum Biodiesel Indonesia (FBI), dan Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI). Tujuanku menulis adalah memberitakan bahwa minyak bumi sedang menuju titik nadir dan suatu hari BBM adalah akronim dari Bener Benar Malu. Masa depan Republik ini adalah pertanian energi karena pro poor, pro job, pro growth, dan pro planet. Postinganku berupaya menjadikan BBN (bahan bakar nabati) menjadi back bone di negara ini. Bukan seperti saat ini yang hanya Bener Bener Nekat atau hanya sekadar Bener Bener Narcist dan akhirnya pabrik Benar Bener Nyaris jadi rosokan besi tua karena hanyalah merugi. Apakah "mimpi", "utopia", atau "misi"-ku akan tercapai ? INSYA ALLAH dan semoga rekan Kompasianer mendukungku.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Ooh Listrik (yang Tercecer dari “Intelijen Bertawaf”)

7 Desember 2009   16:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:02 1262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_34840" align="alignleft" width="270" caption="Ketua suku Pakde Pray mejeng"][/caption]

Meski terlambat saya tetap nekat ikutan sumbang artikel sebagai pengembira pada lauching buku “ketua suku” tercinta Pak Pray, tanggal 5 Desember 2009 lalu. Saya cuman mampu cerita hal-hal yang tercecer karena udah “ketinggalan kereta”. Semulaniat saya menulis kayak Jeng Lintang (apa Roy bisa ya ?). Iya, saya udah memotret sejumlah momen cantik. Tapi tiba-tiba di sabtusore dan seharian di hariminggu lalu,saya harus “merayu” Lisa, calon mantu yang merajuk.

Saya posting ini juga karena “iri” pada Mas Uddin, Pak Honny, Mas Aris, Mas Timoer alias MT, Mas Amritg, Mas Eshape, Romo Wage, Mas Dizzman, dan rekan lain yang udah melaporkan acara gebyar itu.Meski saya pasti tidak mampu melaporkan reportase “seindah” kawan-kawan. Abis tidak menyimak seluruh acara dengan saksama(nih Roy cari alasan, ha-ha-ha). Mas Dr Anugra ”memanggil” saya untuk menyampaikanpesan Olive, adik kecil centil....dilanjutkan diskusi tentang ”perbedaan dan persamaan” Islam dan Kristen (tangkiu Pak dokter atas anugerah pada ”diskusi”kita).

[caption id="attachment_34842" align="alignright" width="240" caption="Yuni Shara, si imut centil menghibur kompasianer"][/caption]

Perkenan, salut saya untuk Pak Chappy Hakim yangudah kasi wejangan serius tapi penuh ha-hi-he. Tapi masih juga beliau posting wejangannya sebagai “pegangan” kita(nih penting karena kita pelupa bila hanya sebagai pendengar). Lebih hebat lagi….. beliau yang “dipestakan” Pakde Pray masih sempat-sempatnya menulis reportase agar jadi “catatan sejarah” yang tak lengkang dan lapuk dimakan zaman.

Malaysia Saya trenyuh mendengar kata-kata Pak Chappy, purnawirawan Marsekal TNI AU di saat ”bedah Intelijen Bertawaaf”.Beliau mengatakan saat ini Malaysia dan Singapura telah mengambil alih peran kedirgantaraan dunia, utamanya di belahan Selatan. Mereka telah mampu menyelenggarakan dengan profesional ”air show” tahun ganjil di Malaysia (Langkawi) dan tahun genap di Singapura sebagai penyeimbang ”air show” di Paris (tahunganjil) dan Paris (tahun genap).

Hebat ya, Malaysia padahal Republik ini yang merintis dengan Indonesian Air Show, tahun 1995. Lebih miris saya mendengar, saat ini 60 persenpangsa pasar kedirgantaraan dunia dipegang Malaysia dan Singapura. Iya, sampai Mbak Rosiana sebagai emce meminta penegasan Pak Chappy.....apakah benar negara jiran nan serumpun tersebut, berperan di kedirgantaraan 60 persen?

Sabah Meski mulut terbahak-babak,….sampai perut kaku tapi hatiku rasa teriris sembilu mendengar mantan (manusia militan) KaBIN, Pak Hendropriyono bercerita tentang Era Ganyang Malaysia. Beliau mengatakan masa itu,kapal selam Republik ini sejumlah dua belas buah. Sekarang belasnya ilang…tinggal 2 ekor. Itu aja untuk menyelam udah ngos-ngosan. Namanya kapal selam tapi nggak mampu menyelam, sebaliknya kapal perang kita…..maunya selam terus alias tenggelam.

Bangga rasa hati mendengar cerita Pak Hendropriyono tentang RPKAD, Kopasgat, dan MenPor yang kala itu “ditakuti” namun dikagumi di Sabah (iya, almarhum ayahku adalah purnawirawan Menpor/ Tjakrabhirawa). Tapi …..untung aja, Sabah tidak jadi masuk ke Indonesia. KenapaRoy berkata “sejahat” itu?

[caption id="attachment_34843" align="alignleft" width="240" caption="Jaringan distribusi listrik. Salah satu permasalahan utama PLN saat ini"][/caption]

Listrik impor Sebagai BBN Mania, tentunya saya concern tentang energi, utamanya listrik yang selama November 2009 ramai dibahas di Kompasiana (coba klik search, ada 372 temuanbahasan kompasianers tentang listrik, antara lain tulisan Roy, Pak Faizal Basri, Prof Syamsir Abduh, Rekan Firman Seponada,Bung Katendra, Mas Rio, bahkan Mbak Ghassani Amalia mempersembahkan “puisi untuk listrik”).

Apa kaitan listrik dengan “kemajuan”Malaysia? OK, saya jelaskan.Kompasianer udah baca Kompas Cetak, tanggal 23 November 2009 di halaman 22, tentang “ Malaysia Pasok Listrik”.Versi web, silahkan klik di sini. Saya copas sebagian ya ?

Untuk mengatasi krisis listrik, Kalimantan Barat kini menambah lagi pasokan listrik dari Serawak, Malaysia. Di Kabupaten Sambas, penambahan pasokan listrik impor itu hingga ke pusat kota Sambas, ibu kota Kabupaten Sambas dan dijadwalkan bisa dinikmati mulai Januari 2010.Sebenarnya sejak Maret 2009, listrik dari Malaysia sudah masuk ke perumahan warga perbatasan di Kecamatan Sajingan Besar, Kabupaten Sambas. Selanjutnya diperluas ke Kecamatan Badau, Kecamatan Kapuas Hulu dan di-lanjutkan ke Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau.

Besar (ke)malu(an) Bagaimana pendapat kompasianers? Malukah kita impor listrik ? Jawabnya pasti tidak.. wong kita negara kaya...gemah ripah loh jinawi, sehingga nggak salah kita impor. Ngapain repot-repot ? Dirut PLNmenyatakan dengan “gagah” di depan Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi XI DPR RI, di gedung DPR, Jakarta, tanggal 16 November 2009 bahwadengan impor itu,Republik ini akan hemat Rp 1,36 Milyar per semester. Mengapa ? Biaya listrik produksi SEB (Serawak Energy Berhard) lebih murah Rp 1.000 per Kwh dari pada PLN memproduksinya. Hebat kan ?

Bicara tentang energi di postingan “BBN (di plesetkan : Bener Bener Nekad)” klik di sini, saya mengeluhdan bertanya kenapa Petronas mampu membuka SPBU di Indonesia dan bahkan (rencana) akan menyalurkan BBM-PSO (BBM bersubsidi) di tahun 2010 ? Kenapa Pertamina tenang aja dan tidak memasuki pangsa pasar Malaysia? Di obrolan, tentang kelapa sawit, klik di sini , saya juga telah memaparkan kepurukan kita di industri hilir kelapa sawit dibanding Malaysia. Di bahasan tentang “Berita kepada kawan”, klik di sini saya mempaparkan pangsa pasar sawitRepublik ini “digerus” Malaysia di Pakistan (Kompas 15 Oktober 2009). Aduh, kasihan Republikku tercinta.

[caption id="attachment_34848" align="alignright" width="240" caption="Kwh per kapita Indonesia dibanding sejumlah manca negara"][/caption]

Check dan RecheckSaya penasaran tentangketersediaan listrik di Malaysia, sehingga mampu impor.Pingin tahu, berapa sih kwh per kapita negara kita dibanding Malaysia. Saya mencarinya di nationmaster.com dan ternyata peringkat pertama kwh per kapita adalah negara Islandia dan selanjutnya diikuti oleh Norwegia. Negara Amrik di urutan ke 9. Berapakah peringkat Indonesia....di nomor 158 (diwarnai orange tua, di grafik samping), kalah dibanding Thailand, Vietnam, dan Philipina.

Eh....berapa peringkat Malaysia (karena grafik di samping amat kecil, nggak terbaca) ? Ternyata Malaysia mampu bercokol di peringkat nomor 67. BRAVO, SALUT, dan TAHNIAH layak kita berikan ke Negara Jiran.

Akhirnya, matur sanget nuwun pada Pakde Pray atas acara yang sunguh menawan dan berkesan. Juga untuk Bude Uti atas masakan-masakan yang enak tenaaaaan (nih sampai saya harus minum Lipantyl, karena semua yang tersaji kuembat).  Oh ya, makasih pula untuk Mas Is, Admin sebagai penyelenggara "Intelijen Bertawaf" dan atas pemberian buku ke saya dan Rosiy.

Plaza BII,Menara II, lantai 22, tanggal 7 Desember2009 (tempat ngungsi “sementara”) SALAM ENERGI HIJAU, Berkah Dalem Gusti Roy Hendroko

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun