Mohon tunggu...
Roy Hendroko
Roy Hendroko Mohon Tunggu... -

Roy adalah mania di bBH (jangan diartikan Bra Mania), atau dalam Bahasa Indonesia yang salah kaprah : BBN Mania, atau di-Inggris-kan : Biofuel Mania. Saat ini mencangkul di perusahaan swasta yang berbasis perkebunan dan industri kelapa sawit, sebagai Researcher Biofuel Plant Production. Roy pensiun dengan masa kerja 35 tahun dari sebuah BUMN yang mengelola 10 Pabrik Gula, 2 Pabrik Bioetanol, dan 2 Pabrik Kelapa Sawit. Aktif di Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI), Asosiasi Pengusaha Bioetanol Indonesia (APBI) skala UKM, Asosiasi Bioenergi Indonesia (ABI), Asosiasi Petani Jarak Pagar Indonesia (APJPI), Forum Biodiesel Indonesia (FBI), dan Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI). Tujuanku menulis adalah memberitakan bahwa minyak bumi sedang menuju titik nadir dan suatu hari BBM adalah akronim dari Bener Benar Malu. Masa depan Republik ini adalah pertanian energi karena pro poor, pro job, pro growth, dan pro planet. Postinganku berupaya menjadikan BBN (bahan bakar nabati) menjadi back bone di negara ini. Bukan seperti saat ini yang hanya Bener Bener Nekat atau hanya sekadar Bener Bener Narcist dan akhirnya pabrik Benar Bener Nyaris jadi rosokan besi tua karena hanyalah merugi. Apakah "mimpi", "utopia", atau "misi"-ku akan tercapai ? INSYA ALLAH dan semoga rekan Kompasianer mendukungku.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Warta ke Rekan (Hanya Gembira 50 Persen Doang?)

3 November 2009   02:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:27 1548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_21240" align="alignleft" width="300" caption="SPBU Pertamina di Kuningan Jakarta. Menyediakan Pertamax, tapi SPBU ini salah satu dari hanya dua SPBU di Jakarta yang menyediakan BioPremium "][/caption]

Yuk, kita melanjutkan obrolan “Berita Kepada Kawan”, postinganku tanggal 31 Oktober jelangtanggal 1 November 2009 lalu (klik di sini). Oh ya sebelum terlanjur jauh,apakah kompasianers udah tahu kalau harga jual BBM Pertamaxnaik per           1 November lalu ?Bener, karena menyesuaikan dengan harga Mid Oil Plats Singapore (MOPS) yang naik sebesar 7,7 -10,1 persen (bayangkanSinggapura, negara sekecil itu bahkan tidak mempunyai tambang minyak, tapi jadi acuan harga BBM di Republik ini). Bagaimana komentar Bung Omri, pakar pertambangan Kompasiana ? Atautanggapan Mas Boy si “Kumbakarna” yang jadi TKI di Singapura?

Di SPBU-SPBU yang berdekatan dengan SPBU pesaing, pertamaxnaik antara Rp 100 sampai Rp 150 per liter. Untuk Jakarta, harga naik dari Rp 5.900 menjadi Rp 6.060 per liter. Secara nasional, harga pertamax yang sebelumnya Rp 5.900 hingga Rp 7.650 per liter (per 15 Oktober 2009) kini antara Rp 5.950 dan Rp 7.750 sampai Rp 8.500per liter. Sementara harga pertamax plus yang tadinya Rp 6.200 hingga     Rp 6.900 per liter kini menjadi antara Rp 6.300 dan Rp 7.000 per liter (Kompas Cetak, 2 November 2009, halaman 18).

[caption id="attachment_21241" align="alignright" width="270" caption="Ladang minyak "lepas pantai". Teknologi dan kemampuan ini belum dimiliki oleh Republik ini. Bagaimana pendapat kompasianers ?"][/caption]

Bagi kompasianers yang belum tahu, harga BBMPertamina, saat ini berbeda antar lokasi ….enggak seperti dulu yang seragam seluruh Indonesia. Harga tergantung jarak dari kilang Pertamina. Sebagai contoh di SPBU Extra Bersaing di Jakarta seharga Rp 5.950 tapi di Kotamobagu (Sulut) senilai Rp 8.500. Kasihan masyarakat di daerah, udah sepi,perputaran ekonomi lambat,pendapatan rendah, dan daya beli kecil tapi harga BBM mahal. Ironi, Jakarta di pusat perekonomian Republik ini,malah BBM murah. Bagaimana pendapatsang Prof kita di KL (semoga beliau masih mengingat “nasib” kita di Indon ini, meski beliau udah enaaaak di Malaysia karena dikelilingi mahasiswi yang banyaaak dan nan cantik sekali)atau piye petunjuk ahli cash-flow Kang Unang si banker ?

Kembali ke lap top,….eh ke judul postingan ini ....why, kunaon, kenapaRoy menulis “hanya gembira 50 persen”. Ntar di bawah, kita obrolkan….namun bagaimana pun, saya dan bBH mania wajib bersyukur. Bukan berarti, Roy bersyukur 50 % lho… ntar saya dihujat dan dimaki para ustad dan pendeta di Kompasiana, diantaranya Kang Elha, Mas Boy, Mas Dwiki, Mas Sis12, dan Mas Klaus, atau Dik Olive.

Duka Pak ES Mungkin kompasianers ingat di postingan BBN , klik di sini, saya cerita tentang keluhan senior saya di LSM, ketua asosiasi….., mantan petinggi salah satu BUMN industri petro kimia, dan kini direktur salah satu pabrik biodiesel yang jadi pelopor supply dan pemasok awal “nan setia” ke Pertamina (meski “menderita karena dikuyo-kuyo). Beliaumengeluh tentang danaRp…milyar yang udah dikeluarkan oleh para investor biofuel tapi mandeg, mangkrak gara-gara menunggutanda tangan Pak Beye di revisi Peraturan Presiden (Perpers) Nomor 71 tahun 2005 tentang subsidi BBM.

Waktu itu saya “menghibur” Pak ES dengan acuan “Berita Migas” 10 September 2009, bahwa Bu Dirjen menjanjikan aturan subsidi BBM termasuk BBNdipastikan keluar pertengahan Oktober 2009. Terkait janji itu, tanggal 14 Oktober 2009 lalu, saya SMS Pak ES menanyakan bagaimana realisasi janji Pak Beye via Bu Dirjen ? Jawab sms beliau sebagai berikut : “Pak Roy yth. Janji pejabat Indonesia ga ada yang valid. Nanti ganti baru juga gitu. Take care our self. SOS”

[caption id="attachment_21244" align="alignleft" width="192" caption="Darwin Zahedi Saleh, Menteri ESDM (ketua DPP Demokrat bidang ekonomi) sedang memberi arahan dan tanggapan usulan Komisi Ketahanan Energi National Summit, 29 Oktober 2009"][/caption]

Akhirnya Datang Jua …Gembira 50 Persen Di Komisi Energi, National Summit 2009 – Rembuk Nasional (saya di-dapuk hadir oleh bos) di hari pertama, 29 Oktober 2009 ….Bu Dirjen memberi “bocoran” bahwa akhirnya Pak Beye memberi angpao ke dunia BBN….setelah menunggu hampir setahun. Perpres No. 045 tahun 2009tentang subsidi antara lain BBN udah keluar.

Alhamdulillah… puji syukur,Pak Darwin Zahedi Saleh, Menteri ESDM membenarkan berita gembira ini (Makasih Pak Darwin, sekalian juga met ulang tahun.Semoga “hoki” menyertai kita semua di dunia energi ini. Bapak ultah persis di hari arahan dan perkenalan pertama bagi kami para energi mania di Republik ini dalam National Summit 2009. Maaf kami tidak memberi kado….karena takut “tjitjak”, tapi malah Anda yang semula kami ragukankarena tidak ”berlatar profesi energi” memberi dan meneruskan kado berupa angpao dari Pak Beye).

Ya,namanya manusia….selalu tidak puas. Perpres udah ditanda tangani, masih ada aja sejumlah temanku “mengeluh”. Aduh, ternyata subsidi BBN hanya maksimal Rp 1.000 saja per liter selama tahun 2009 (sesuai kesepakatan Departemen Keuangan dengan Dirjen Migas, padahal Perpres 045 tidak menyebut besaran rupiah ini). Dengan harga bahan baku BBN (molasses, CPO) yang merayap naik (sebagai dampakharga minyak bumi semangkin mahal), apakah layak ekonomi untuk berproduksi biodiesel atau bioetanol ? Bu Dirjen dulu “membujuk” subsidi Rp 1.000 adalah untuk bulan Januari s/d Juni 2009. Sedang Juli s/d Desember2009, BuDirjen sepakat hargaberdasar formula indeks pasar ….yang pasti kalau dihitung akan diperoleh angka di atas Rp 1.000 (karena mengacu harga internasional). Nih artinya, kami hanyadikasi gembira 50 % doang.

Tantangan Selesaikah masalah biodiesel dan bioetanol ? Akankah SPBU-SPBU terpenuhi kembali dengan bio yang menjadikan “langit biru” ? Tampaknya belum,masih banyak PR yang harus dikerjakan. Perpres itu masih harus dijabarkan dengan Permen, (bukan gula-gula lho, tapi peraturan menteri) selanjutnya masihharus rapat & meeting untuk menentukan HPE biodiesel dan bioetanol. Nih sekarang udah minggu pertama bulan Nopember 2009, akankah para produsen BBNsegera dapat menikmati hasil kerja untuk memperoleh Rp 1.000 tersebut, sambil “tutup buku” 2009. Selanjutnyapertanyaan besar, bagaimana di tahun depan di 2010 ? Masihkah loby-lobyharus dilakukan, utamanya dengan DPR….atau akan mulus ….melaksanakan kesepakatan yang telah puluhan kali dibahas interdep,yakni berdasar HPE? (Mbak Rosiy tahu HPE? Jangan oon dong…)

Gembira 50 persenlagi

[caption id="attachment_21248" align="alignright" width="183" caption="Roy Narchist"][/caption]

Dalam hajatan Rembuk Nasional yang megah dan dihadiri ribuan peserta (1.573 orang di hari ke-1, dan 1.300 orang di hari ke-2 terdiri dari anggota kabinet, gubernur, DPR, Pimpinan DPRD, eselon I kementrian/lembaga, asosiasi di KADIN, tokoh masyarakat, LSM, dan perguruan tinggi ). Rembuk seperti ini kata Pak Wapres, belum pernah terjadi dan dilakukan. Kata beliau, ini adalah model partisipasi yang merupakan bentuk dan bagian dari demokrasi, meski sejumlah kalangan (antara lain LSM Institut Hijau Indonesia.....tapi bukansobatku lho, meski pakai tag ”hijau”) mengatakan .....National Summit 2009 hanyalah tindakan yang tidak ”membumi”, lebih memperhatikan kekuatan korporasi, dan hanya akan memindahkan masyarakat lokal.

Manakah yang benar,Rembuk Nasional itu hanya sekadar inventarisasi masalah ataumomentum untuk menghadirkan harapan baru ? Saya tidak berkompeten memberi penilaian,…. Hanya sebagai BBN Mania, saya puas karena di salah usulan yang dicatat petinggi Republik ini tertera “diberdayakannyaprodusen BBN skala UKM, yang saat ini telah banyak jumlahnya, terutama produsen bioetanol khususnya ketegasan tentang penggunaannya, spesifikasi, dan lain-lain”. Demikian juga dicatat : “diperlukan insentif untuk pengguna dan produsen BBN”,serta “Pemerintah agar menjamin ketersediaan bahan baku BBN, termasuk molasses yakni bahan baku utama bioetanol, yang pada beberapa bulan terakhir sangat melonjak harganya”.Masalah ini penting seperti telah kita bahas di Bioetanol 1 (klik), Bioetanol 2 (klik), dan Bioetanol 4 (klik), serta Bioetanol 5 (klik) agar tidak meresahkan masyarakat.

Saya yakin kompasianer antara lainBang IKA atau Mas Donny si Ken Arok lebih lihay membahas dampak Summit itu. Ditunggu lho, tanggapan kalian berdua ! (Aduh ternyata postingan Bang IKA yang kritis udah muncul klik di sini). Namun di Summit ini, saya kembali dapat “bocoran berita”, dari Pak Hatta Rajasa, Menko Ekonomi (tentunya terkait dengan kebijakan energi hijau).

Pak Hatta mengatakan akan dibentuk direktorat baru, eselon satu di lingkungan DESDM yakni Direktur Jenderal (Dirjen) Energi Baru dan Terbarukan - EBT (klik di sini).Alhamdullilah, usulan seperti ini udah disampaikan sejak tahun 2006…namun “terbang” entah kemana ? Malah waktu itu, bBH Mania usul setingkat Menteri atau Menteri Muda dengan tugas khusus EBT. Bila berkenan baca buku mantan bosku “Dari Energi Fosil menuju Energi Hijau” halaman 146 (nihdalam buku itu, Roy tercantum sebagai Tim Riset, biasalah bos is number one.Prinsip “telur mata sapi”….ayam yang bertelur tapi sapi yang punya nama)

Tengok, India maju dalam green energy (sampai Pak JK, di masa pensiun tertarik untukbelajar ke India) karena mereka memiliki Ministry of Non Convential Energy Sources sejak tahun 1992.Malaysia, kini telah mempunyai kementrian energi hijau. Waktu mendengar Pak Beye, akan membuat wakil menteri …hati saya berbunga-bunga. Tapi kuntum itu layu sebelum berkembang….abis rencananya tidak ada wakil menteri ESDM. Tapi lumayanlah, alhamdulillah bila akan ada pejabat setingkat Dirjen.

Selama ini EBT tidak mempunyai “ibu”, tetapi “bapaknya” banyak (menganut azas poliandri, eh salah. Yang pasti, Mbak ML selaku guru sexy atau Pak Prof NT selaku biolog dapat menjelaskan) antara lain Deptan, Depkeu, DESDM, BPPT, Ristek, Depdagri dan lain-lain. Hampir semua departemen atau kementrian mengerjakan EBT. Maklum banyak proyek sehingga “basah”….alias banyak fulusnya. Tapi sayang, kok proyek-proyek itu jadi “museum” pabrik jarak pagar, “mesium” coco diesel, dan “mesiun” pabrik bioetanol seperti uneg-uneg saya di serial postingan ini. Juga kincir angin untuk energi bayu cuman bisa angin-anginan doang. Solar Home System (SHS) untuk energi suryadi Proyek Listrik Desa….akhirnya juga byar pet, byar pet karena kaca suryanya buram.

Tampaknya diperlukan penanganan di akhlinya. Perlu keseriusan dan konsisten, sehingga seyogianya ada Direktorat khusus agar dapat konsentrasi penuh. Puji syukur, doa Roy terkabul…dan semoga soul mate-ku yang jadi Dirjen EBT, agar saya bisa KKN. Tapi weleh, weleh pagi tadi saya buka milis METI (Masyarakat Energi Baru Terbarukan) yang beberapa hari ini geger, ramai penuh usulan balon (bakal calon) terkait akan diselenggarakan “fit and proper test” Dirjen EBT.

Saya hampir pingsan, kehabisan nafas dan mata berkunang-kunang. Email tesebut berisi : To : meti_ires@yahoogroups.com From : firxxxxxx@gmail.com Struktur dirjen untuk energi terbarukan sudah dibatalkan…..barusan pak Menteri bilang sama saya karena departemen tidak punya biaya untuk periode ini.

Aduh gimana ya ? why, warrom, kunaon, piye, kepriben, kenapah…..gembiraku cuman dikasi Gusti hanya 50% aja ! ! ! Semoga email di atas just a joke…only psy war para kandidatalias balon Dirjen.

Plaza BII, Lt. 10,Menara II, 2 Nopember 2009, 15.32 WIB (aduh akan posting, jalur internet down. Nih udah subuh 3 Nov 09 belum juga on) SALAM ENERGI HIJAU, Berkah Dalem Gusti Roy Hendroko

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun