[caption id="attachment_20514" align="alignleft" width="204" caption="Aktivitas Ladang Minyak Bumi (http://www.chinadaily.com.cn/photo/2007)"][/caption]
Met jumpa Kompasianers, maaf saya baru muncul. Ini aja berani nongol, karena “dijewer” Mbak Rosiy kompasianer imut pretty yang lagi belajar di NZ. Saya terus terang gamang dengan wajah baru kompasiana ini. Apalagi membaca keluhan-keluhan rekan kompasianer yang postingannya jadi amburadul di “flat megah”yang disediakan Adm Kompasiana. Aduh, pokoknya nggak PD….maklum gaptek.
Nih kompasianers, jangan ditiru sifat burukku. Di kompasiana “lama” aja, saya amat bergantung pada Ardi, anak saya. Tiga kali saya diajari posting ama Mas Is, Admin Kompasiana yang amat baik hati. Belum bisa juga,....maklum udah ”PDIP” (istilah Omjay), meski saya masih aktif di PTN & LSM & Asosiasi yang penuh dengan ”PDI” (Prof, Doktor dan Insinyur). Sampai-sampai saya seharian di Serpong “merayu”ajar posting diMbak Nuni Kompasianersi kandidat Doktor. Alhamdulillah postinganterakhir (klik di-sini),saya udah “pandai” dan mampu mandiri. Tapi kok keterlaluan, tega amat si Adm Kompasiana……saya dikasi “flat charming” tapi dampaknya Roy jadi nol lagi….he,he,he.
Energi = Vital di Era ini Kali ini di tengah “banjir bandang dan puting beliung” cicak lawan buaya, saya tetap konsisten posting tentang energi. Why,energi paling penting lho di dunia ini ! Bayangkan bila tidak ada energiuntuk membangkitkan listrik. Pasti si tjitjak tidak mampu menyadap. Mbak Rosiy tidak mampu “menjitak” saya dengan komentarnya dari NZ nun jauh di sono. Tanpa BBM, mobil dan motor hanya di garasi atau car-port doang. Tanpa energi, kompor tidak mampu masak…. dan tentunya kita tidak punya energi untuk melaksanakan dan kerja praktek ajaran Mbak ML (ha,ha,ha). Juga pasti kita tidak dapat menikmati roti gambang...nan lezat (hi,hi,hi).
Tapi kali ini, nada postingan saya penuh dengan puji syukur. Roy janji suwer, tidak seperti kelaziman,hanya berkeluh kesah. Tapi sayakali ini cuman akancopy paste berita dari ”nenek atau kakek”kita,Harian Kompas Cetak di dua minggu terakhir Oktober 2009 (kompasiana kan ”cucu”,sedang kompas.com adalah ”ayah – bunda” kompasianers). Namun melanggar aturan Adm atau enggak, bila postingan ini hanya copy paste doang ? Ntar, saya digusur dari ”flat cantik” ini ? Atau, kali ada yang mengatakan Roy menyebar ”berita basi”.Biarlah basi, karena mungkin Mbak Rosiy di NZ belum baca, Pak Prof di KL belum tahu, Mas Boy di Sngap belum paham, Mas Klaus di Beijing belum dengar. Demikian juga Mas Soni di Jerman, dan Mas Rudy di Amrik.
Copy Paste
[caption id="attachment_20507" align="alignleft" width="300" caption="Produksi Minyak Mentah Indonesia (sumber Kompas)"][/caption]
Yuk, kita mulai lihat di Kompas Cetak,tanggal 26 Oktober 2009. Perhatikan grafik di sebelah kiri, tampak produksi Minyak Mentah per hari di Republik ini (2004-2009)menunjukkan tren menurun.Tapi sebaliknya lihat grafik di sebelah kanan halaman ini. Tengok di konsumsi BBM per sektor....tampak warna hijau yakni transportasi cenderung meningkat. Fakta menunjukkan mobil berjejal terutama di Jakarta dan kota besar lain dengan dampak global warming seperti ditulis
[caption id="attachment_20509" align="alignright" width="300" caption="Konsumsi BBM Per Sektor (%)"][/caption]
dengan apik oleh Prof. Emil Salim, sesepuh lingkungan Republik ini dikolom opini Kompas 15 Oktober 2009 (halaman 7).Ditambah lagi penggunaan BBM mobil dan motor terkatagori boros sebagai dampak kemacetan.Bahkan, konon pabrik sepeda motor merk beken di Republik ini, tiap 5 menit melahirkan sebuah motor terangsang kredit konsumtif mobil dan motor yang relatif mudah. Mungkin kredit ini adalah bisnis yang menggiurkan di Nusantara ? (ditunggu tanggapan Kang Unang, kompasianer si banker).
[caption id="attachment_20510" align="alignright" width="300" caption="Konsumsi Listrik Per Sektor (%)"][/caption]
Lihat pula di konsumsi listrik per sektor, di 7 tahun terakhir ini (warna biru) yang menunjukkanpenggunaan rumah tangga meningkat. Ya, data menunjukkan di samping penduduk bertambah artinya jumlah rumah meningkat; tapi penggunaan listrik di tiap rumah pun meningkat. Iya kan,saat ini berapa jam TV di rumah kita dihidupkan dibandingkan beberapa tahun lalu ? Kita memiliki kulkas yang hidup 24 jam. Nggak kuat panas karena”ozon telah rusak” maka kita pakai AC di rumah juga di kantor, sepanjang waktu. Beras yang udah jadi nasi aja kita simpan di magic jar untuk dihangatkan sepanjang hari atau malam. Perhatikan di kantor kita, hotel, tempat seminar, mall, air mancur atau muncrat .......lampu tidak hanya untuk penerangan tapi untuk ”keindahan” !
Namun sebaliknya tengok warna merah di grafik yang sama. Tampak porsi konsumsi energi sektor industri justru menurun alias menunjukkan gejala deindustrialisasi ! Saya tidak berkompeten membahas gatra ekonominya. Ditunggu komentar kompasianer yang pakar ekonomi antara lain Mas Doddy – kompasianer owner realestat sontoloyo (karena saya hanya makar). Namun jelas tampak penggunaan BBM dan/ atau listrik di sektor industri menurun tapi di sektor rumah tangga malah meningkat. Mungkin ada kompasianer yang menyimpulkan....kan bisa juga listrik itu digunakan oleh industri rumah tangga. Ya...mungkin benar, termasuk digunakanindustri .... ”bikin anak”, abis lampu di kamar redup indah, dibuai lagu-lagu indah, adem kena AC...apalagi sehabis baca ”kuliah” Mbak ML di kompasiana atauobservasi di klinik cinta Kang Elha .
Sikon Dua Minggu Ini
[caption id="attachment_20511" align="alignleft" width="300" caption="Pompa Angguk di Ladang Minyak"][/caption]
Kompas Cetak, 21 Oktober 2009, di head line, di halaman depan, memberitakan ”Pemerintah Jaga Harga Minyak. Kenapa ? Asumsi yang ditetapkan dalam APBN 2010, yakni 65 dollar AS per barrel.Padahal di Kompas, 20 Oktober 2009, halaman 11, tertulis ”Harga Minyak Melejit” mencapai 79 dollar AS per barrel, menyentuh titik tertinggi pada tahun ini. ....bahkan di tanggal 21 Oktober (Kompas halaman 11) memberitakan 80,05 dolllar AS...meski hari selanjutnya harga itu turun dikit. Namun sampai 30 Oktober 2009 (Kompas 31 Oktober 2009, halaman 11, di kolom komoditas) menulis ” Minyak Kembali Dekati 80 Dollar AS” (beranikah pemerintah menaikkan harga BBM, padahal janjinya it’s OK ? Seperti kita bahas di klik di-sini)
Mengapa harga minyak melambung ? Minyak bumi suatu saat habis tuntas...tas...tas. Data di Republik ini, konon minyak bumi habis 20 tahun yang akan datang (data ESDM-RI) ...sedang minyak cadangan energi dunia akan habis 25 tahun ke depan ( James Canton, 2006). Klik di-sini. Ya pasti dong, berdasar hukum ekonomi supply dan demand maka wajar harga fossil oil merangkak naik. Mas Boy, kompasianer ”berwajah” Kumbakarna pasti mampu menjabarkan hitungan ini lebih lanjut.
Alhamdulillah 1 : KIB jilid II Puji syukur, pak Beye ”menyadari”... Kompas 25 Oktober 2009, di head line ”Kabinet” dicantumkan 6 sektor yang akan akan menjadi fokus utama arah pembangunan ekonomi dalam lima tahun ke depan....dan salah satunya ENERGI. Kompas 24 Oktober 2009 di halaman 14, memberitakanMeneg Riset Teknologi Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II akan fokus pada riset : pangan, energi, dan transportasi.
Demikian pentingnya energi, sampai mantan Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono di Kompas, 20 Oktober 2009, halaman 4 menyatakan pendapatnya di tulisan berjudul ”Isu Energi dan Pertahanan Sangat Terkait”. Secara lengkap beliau menyatakan ” persoalan energi kian lama akan berhubungan erat dengan isu pertahanan. Keberadaan sumber daya energi menjadi salah satu faktor penentu keamanan negara” Berdasar alasan ini, maka beliau melihat penunjukan Purnomo Yusgiantoro, mantan Menteri ESDM di KIB I di promosi atau dipindah tugaskan sebagai Menteri Pertahanan di KIB jilid II adalah tepat (meski sejumlah kalangan mencibir dengan mengatakan ”antek Amrik”, Non Muslim, tidak berpengalaman di militer....tapi NIP Pak PY adalah Hamkan lho, bahkan beliau pernah menjabat di Lemhanas).
Iya deh, kita ingatbahwaenergi terkait erat dengan politik. Lihatlah demo-demo yang telah (dan akan) terjadi di Republik ini terkait penyesuaian harga BBM. Salah satu Presiden Republik ini ”jatuh” karena menaikkan harga BBM. Malah salah satu ”jargon” Pak Beye di kampanye lalu adalah ”mampu menurunkan BBM sebanyak 3 kali.Bahkan Hery Kissinger, negarawan USA menegaskan : “dengan mengontrolminyak,anda akan mengontrol negara”. Seperti pula kita dapat simpulkan, bahwa sebenarnya perang Amrik di Timur Tengah yang lalu pada hakekatnya adalah mempertahankan keberlangsungan pasokan energinya.
Alhamdulillah 2 : Green Energy Puji syukur pula Energi Baru Terbarukan (EBT) atau green energy mulai tampak ”diperhatikan”. Kompas, 25 Oktober 2009, hal. 32,di ”Rubrik Kehidupan” dengan artikel berjudul ”Pergi Dengan Kebesaran Hati” mengungkap bahwa Pak JK akan mengisi pensiunnya dengan tetap mencari jalan ikut memajukan ekonomi bangsa ini. Beliau akan mengembangkan green energy dengan belajar dari negara yang sudah melakukannya seperti China, India, dan Selandia Baru (Hallo. Mas Klaus di Beijing dan Mbak Rosiy di NZ, bisa bantu sebagai guide Pak JK ?).
Di atas telah dikit kita bicarakan, bahwa di Kompas, 15 Oktober 2009, Prof Emil Salim mengemukakan saat ini bumi makin panas yang berdampak pada ”perubahan iklim” akibat konsentrasi CO2-ekuivalen yang terbentuk di udara. CO2-e berasal dari polusi pembakaran minyak bumi dan batu bara yang naik dan menumpuk di udara. Beliau menyarankan Republik ini segera mengembangkan energi terbarukan.Kompas 22 Oktober 2009, hal. 18 memuat berita bahwa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Bahan Bakar Nabati akan ditanggung pemerintah. Pagu sebesar Rp 180 milyar disediakan khusus untuk penggunaan bahan bakar nabati sejak 5 Oktoberhingga 31 Desember 2009. Kebijakan ini dikeluarkan untuk meredam sebagian dampak perubahan iklim dan mendorong produksi BBN.
Iya semoga bioetanol dan biodiesel akan segera mengisi kembali SPBU-SPBU, sebab seperti saya kemukakan di postingan berjudul ”BBN (diplesetkan : Bener Bener Nekat)” selama 2-3 bulan terakhir ini ”terpaksa” dilakukan pembohongan publik karena biosolar dan biopremium atau biopertamax yang dijual Pertamina sebenarnya tanpa tambahan bio ...gara gara para produsen BBN ”mogok”.
Pembuatan biodiesel sebagai bahan dasar biosolar akan berdampak multi guna...tidak hanya pro-planet seperti telah dikemukakan Prof Emil Salim di atas,tetapi juga pro-job, pro-poor, dan pro-growth.Mengapa demikian ? Seperti diketahui, Indonesia adalah penanam sawit terluas di dunia. Tetapi kini market CPOnya (minyak sawit) terancam, Kompas 15 Oktober 2009, di hal. 17 menulis ”Ekspor CPOke Pakistan Merosot”. Pangsa pasar CPO Indonesia di Pakistan tahun 2008 masih 42,6 %, pada semester I-2009 tinggal 12,8 %. Nilai ekspor tersebut turun dari 1,17 miliar dollar AS tahun 2008 menjadi 722,6 juta dollar AS pada semester I-2009.
Mengapa ? Malaysia mampu menjual relatif lebih murah 14 dollar AS per ton, karena Malaysia mampu negosiasi dengan ”indah”. Bea masuk CPO Malaysia hanya 5,5 persen sejak 1 Januari 2008 dari sebelumnya 15,5 %. Bahkanmulai 1 Januari 2010, malah turun lagi jadi 5 persen. Bagaimana nih kompasianers, tolong bantuCPO Indonesia melawan Malaysia seperti kalian membela tari pendet ? !
CPO Indonesia tidak hanya “ditekan” oleh Malaysia tetapi juga oleh Uni Eropa. Bila rekan kompasianers akan refresh bahasan ini, silahkan klik di-sini. Maka petani, pabrikan CPO (termasuk Roy) pasti mengucap alhamdulillah, puji syukur bila CPO dapat diolah semaximal mungkin menjadi biodiesel di Indonesia....karena ada peluang pasar.
Subsidi BBN Bagimana tentang nasib subsidi BBN, yang Roy keluhkan di postingan BBN (diplesetkan Bener-Bener Nekat). Lagi-lagi alhamdulillah ada berita ½ gembira. Lho kok, hanya 50 persen gembira. Ntar di bagian kedua dari postingan ini, saya akan ceritakan, khususnya terkait kegiatan di National Summit 2009 – Rembuk Nasionaltanggal 29 Oktober 2009 lalu, yang kebetulan saya hadir di Komisi Energi.
Udah dulu ya rekan kompasianers..., Bye bye, nih saya maubelajar caramasuk di ”flat” http://www.kompasiana.com/royhendroko yang disediakan Admin Kompasiana. Semoga berhasil, belajar cara posting yang ”memusingkan” ini. Mumpung ada Ardi yang udahpulang dari apel wakuncar (wajib kunjung pacar).
Kuningan 21 Residence, 31 Oktober 2009 SALAM ENERGI HIJAU, Berkah Dalem Gusti Roy Hendroko
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H