Mohon tunggu...
Roihatul Athiroh
Roihatul Athiroh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Aku seorang mahasiswa Uin Sunan Gunung Djati, Jurusan Management Pendidikan Islam. Seorang yang mencintai cerita dan perjalanan. Membaca novel membawaku ke dunia imajinasi, sementara traveling mengajarkanku tentang keindahan dan keberagaman kehidupan. Dua hal ini menjadi cara untuk terus belajar dan memperkaya diri.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tanggung Jawab Publik Etika Seorang Tokoh Agama: Belajar Dari Kasus Gus Miftah

10 Desember 2024   15:36 Diperbarui: 10 Desember 2024   16:02 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tokoh agama memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan nilai-nilai masyarakat. Sebagai figur yang dihormati dan dijadikan panutan, mereka tidak hanya berperan sebagai pemuka agama saja, tetapi juga sebagai penjaga nilai-nilai moral, pemimpin sosial, serta agen perubahan dalam masyarakat. Tanggung jawab moral dan sosial ini menuntut tokoh agama untuk menjadi teladan yang mampu membina masyarakat menuju kehidupan yang damai, penuh persaudaraan, dan saling menghargai. 

Tanggung jawab publik seorang tokoh agama terletak pada kemampuan mereka untuk menjaga kepercayaan masyarakat. Dengan pengetahuan agama yang lebih mendalam, mereka diharapkan dapat memberikan contoh nyata dalam sikap dan perilaku. Di tengah masyarakat yang beragam, peran tokoh agama menjadi semakin penting untuk menjaga keharmonisan dan mencegah konflik yang dapat timbul dari perbedaan.

Namun, tantangan juga muncul ketika tokoh agama tidak menunjukan keteladanan yang diharapkan. Contoh terbaru adalah kritik terhadap Gus Miftah yang dituduh menghina seorang penjual es teh. Kejadian ini menjadi perbincangan hangat di media sosial terutama di kalangan masyarakat setempat. 

Dalam sebuah acara shalawatan di Magelang, Gus Miftah yang dikenal sebagai pendakwah, menyebut pedagang es teh tersebut dengan kata "goblok" beliau mengatakan "Es teh kamu masih banyak nggak? Masih? Ya dijual lah, goblok" ucap Gus Miftah. Kata-kata ini disertai dengan tawa dari beberapa orang yang ada disekitar, yang membuat situasi ini malah semakin viral. Setelah video tersebut beredar luas, banyak netizen yang mengecam sikap Gus Miftah, merasa bahwa ucapan tersebut tidak pantas, terutama karna beliau seorang tokoh agama yang seharusnya memberi teladan dalam bersikap dan bertutur kata.

Gus Miftah menyadari kesalahannya dengan meminta maaf atas tindakannya tersebut. Dalam video permintaan maafnya ia mengungkapkan bahwa, ia sering bercanda dengan siapa saja, tetapi kali ini ia menyadari bahwa candaan tersebut tidak diterima dan malah menyakiti hati orang lain. "saya Miftah Maulana Habiburrahman, menanggapi yang viral hari ini. Pertama, dengan kerendahan hati saya meminta maaf atas kekhilafan saya. Saya memang sering bercanda dengan siapapun". Ucap Gus Miftah, dalam video permohonan maafnya, Rabu (4/12/2024).

Kasus Gus Miftah disini menjadi pelajaran penting bagi para ulama dan tokoh agama agar lebih berhati-hati dalam menyampaikan candaan saat berceramah. Meskipun berniat untuk menghibur, kata-kata yang tidak baik dapat menimbulkan salah paham dan melukai perasaan. Sebagai panutan masyarakat, ulama sebaiknya meneladani cara-cara ceramah yang santun, bijak, dan tetap menghibur tanpa menyinggung, sehingga pesan dakwah dapat diterima dengan baik dan agar tetap menjaga keharmonisan umat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun