"Nak, aku rindu"
Kalimat yang begitu pendek, namun ketika aku mendengarnya langsung maka mungkin air mataku akan berlinang-linang membasahi bumi, dan menjadi penyesalan aku.
Mungkin bagi sebagian orang kalimat ini biasa saja. Tapi bagi aku, ketika mendengar ini rasanya sedih banget. Bisa jadi aku sudah jarang menghubungi mamakku atau aku lupa menelpon dia dalam jangka waktu yang cukup lama.
Namun apa pernah seorang ibu menyampaikan secara terus terang kepada anaknya kalau dia rindu anaknya? Kalau mamakku tidak secara langsung tetapi melalui orang lain atau dengan cara yang lain agar tidak membebankan pikiran anak-anaknya.
Kadang terngiang-ngiang di benakku apakah nanti ketika diberi kesempatan aku seumur mamakku bakalan seperti itu juga.
Jadi agar kalimat itu tidak terucap, maka sesering mungkin aku menanya kabarnya walau aku tahu dia pasti tetap akan rindu. Namun paling tidak ada pengobat rindu bisa melihat wajahnya melalui kecanggihan teknologi.
Berbahagialah kalau kita masih diberi kesempatan menyayangi orang tua kita, karena ketika penyesalan itu datang maka kita mungkin tidak bisa melihatnya lagi.
Sadarlah, sadarlah.
Roy Dabut
Bekasi, 23 Nov 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H