Mohon tunggu...
Roy Andreas
Roy Andreas Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi Menulis

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Perjuangan Petani di Desa Sei Beras Sekata dalam Menghadapi Perubahan Iklim dan Tantangan Ekonomi

10 Juli 2024   01:32 Diperbarui: 10 Juli 2024   01:33 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Apakah kita siap menghadapi dampak perubahan iklim pada sektor pertanian? 

Perubahan iklim telah menjadi isu global yang mendesak, mempengaruhi berbagai sektor kehidupan, termasuk pertanian yang menjadi sumber mata pencaharian bagi jutaan orang di seluruh dunia. Fenomena seperti peningkatan suhu, perubahan pola curah hujan, dan meningkatnya frekuensi bencana alam berdampak langsung pada produktivitas pertanian dan kesejahteraan petani.

Di Indonesia, Desa Sei Beras Sekata di Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, menjadi contoh nyata bagaimana petani menghadapi tantangan perubahan iklim. Mayoritas penduduk desa ini bergantung pada sektor pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Penelitian yang dilakukan di desa ini mengungkap berbagai tantangan yang dihadapi petani serta potensi yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan ketahanan pangan dan kesejahteraan mereka.

Dalam wawancara dengan petani padi, Ibu Sembiring dan Ibu Ginting, serta tiga petani jagung, Bapak Tarigan, Ibu Nangin, dan Ibu Surbakti, ditemukan bahwa perubahan iklim mempengaruhi hasil panen mereka. Meskipun demikian, para petani berusaha mengatasi tantangan ini dengan menggunakan air irigasi selama musim kemarau. Selain itu, masalah hama seperti tikus, ulat, dan siput juga menjadi tantangan signifikan yang dihadapi petani. Penggunaan pestisida menjadi solusi, meskipun menambah biaya produksi.

Salah satu masalah utama yang dihadapi petani di Desa Sei Beras Sekata adalah subsidi pupuk yang hanya mencukupi 50% kebutuhan mereka. Petani terpaksa membeli pupuk dengan harga dua kali lipat dari harga subsidi, yang meningkatkan biaya produksi. Selain itu, rendahnya harga jual padi yang hanya mencapai Rp6.000/kg, sementara harga pasaran beras mencapai Rp15.000/kg, menunjukkan ketidakseimbangan dalam rantai pasok dan marjin keuntungan yang rendah bagi petani.

Untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan keberlanjutan pertanian, beberapa langkah perlu diambil. Pemerintah perlu mempertimbangkan peningkatan subsidi pupuk untuk memenuhi kebutuhan petani secara penuh. Selain itu, intervensi untuk menyeimbangkan harga jual padi dengan harga pasaran beras sangat diperlukan agar petani mendapatkan marjin keuntungan yang wajar.

Pelatihan dan penyuluhan kepada petani tentang praktik pertanian berkelanjutan dan manajemen hama yang lebih efektif juga sangat penting. Diversifikasi tanaman perlu didorong untuk mengurangi risiko ketergantungan pada satu jenis tanaman dan meningkatkan ketahanan pangan. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan petani di Desa Sei Beras Sekata dapat menghadapi tantangan perubahan iklim dengan lebih baik dan meningkatkan kesejahteraan mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun