Tan Malaka, sosok legendaris dalam perjalanan sejarah kemerdekaan Indonesia. Merancang bentuk negara, sementara yang lain masih berpikir bagaimana untuk merdeka. Pikiran-pikirannya jauh melampaui tokoh-tokoh pada masa itu bahkan sampai dua generasi setelahnya. Naar de Republiek Indonesia, hasil buah pikiran Tan, menjadi tonggak dasar bentuk negara Indonesia.Â
Berbicara republik dalam konteks pemikiran Tan ternyata tidak serta merta sama dengan bentuk republik pada umumnya. Pemerintahan republik umumnya diisi eksekutif, yudikatif, dan legislatif. Pendeknya sebuah republik memiliki parlemen.Â
Dalam konsep republik Tan Malaka tidak ada parlemen, dia berpendapat parlemen hanya akan membentuk imperialisme baru. Orang-orang yang terpilih untuk duduk di parlemen akan menjadi kelompok eksklusif dan keluar dari kelompok masyarakat yang diwakilinya. Republik yang disusun Tan hampir sama dengan sebuah organisasi.
Sebagai seorang Marxis, Tan paham pentingnya organisasi yang kuat. Kekuatan dan kesolidan organisasi akan memberikan dampak yang signifikan dalam kemajuan. Itu juga yang membuat Tan tidak ikut pemberontakan PKI tahun 1926 dan 1948. Tan berpikir pada masa itu organisasi (partai) belum benar-benar solid.Â
Dalam negara komunis sejatinya hanya ada satu partai. Tan menyusun negara republik dengan pemerintahan organisasi. Tidak ada multi partai. Pemimpin ditentukan dalam kongres. Jabatan pemerintah harus singkat sehingga efektif dan diawasi oleh dewan yang dibentuk oleh organisasi. Dalam konteks sekarang barangkali republik yang diinginkan Tan sama seperti organisasi Muhammadiyah.Â
Kita bisa melihat bagaimana solidnya Muhammadiyah bahkan saat negara sedang tertimbun hutang organisasi ini malah punya cadangan devisa yang surplus. Perlu diingat, organisasi Muhammadiyah menyentuh sendi terjauh dari pemerintahan, desa. Organisasi ini bisa mendirikan ratusan bahkan mungkin ribuan sekolah dan universitas yang tersebar di seluruh Nusantara ini.
Menilik keadaan sekarang, pemikiran Tan yang disusun tahun 1920-an masih relevan sampai saat ini. Tan berpendapat adanya parlemen hanya akan memunculkan imperialisme (penjajahan) baru. Rasa-rasanya memang begitu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H