Mohon tunggu...
Roy Soselisa
Roy Soselisa Mohon Tunggu... Guru - Sinau inggih punika Ndedonga

Sinau inggih punika Ndedonga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gerhana Matahari Total: Alam Bukanlah Pemuas Nafsu Manusia, Alam Manunggal dengan Manusia

9 Maret 2016   00:06 Diperbarui: 9 Maret 2016   00:25 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Gerhana matahari total (GMT) merupakan momen yang langka terjadi di planet bumi ini, khususnya di Indonesia. Terakhir terjadi di Indonesia pada 11 Juni 1983, saya pun belum lahir pada saat itu, hanya mendapatkan cerita pada tahun-tahun sesudah terjadinya GMT tentang sederet fakta lucu (mitos yang dihembuskan oleh pemerintah pada saat itu) yang menambah kesan betapa seramnya GMT, belakangan pun peristiwa tersebut kembali didengungkan sebagai sejarah astronomi Indonesia yang memalukan.

Lain dulu lain sekarang, GMT kini bukanlah sesuatu yang menyeramkan seperti mitos yang pernah dihembuskan oleh pemerintah Indonesia pada tiga dasawarsa yang lalu. GMT akan menjadi hiburan yang terdahsyat pada tahun ini, tepat pada 9 Maret 2016 akan ada jutaan umat manusia menyaksikan pertunjukan yang indah dari alam berupa Gerhana Matahari Total.

Minimal yang akan menyaksikan pertunjukan yang eksotis dari alam tersebut adalah seluruh masyarakat Indonesia (ditambah dengan turis asing yang telah mendongkrak pariwisata Indonesia), tak terkecuali masyarakat pada daerah-daerah yang tidak dilalui oleh garis khatulistiwa, yang hanya mendapatkan paparan gerhana matahari dengan persentase yang lebih kecil (kurang dari seratus persen). Saya pribadi bersama isteri berencana akan menyaksikan pertunjukan dari alam tersebut di tepian Pantai Kenjeran Surabaya, atau mengikuti acara Nonton Bareng Gerhana di Masjid Agung Surabaya.

Lagi-lagi alam memberikan hiburan (menurut KBBI, alam adalah segala yang ada di langit dan di bumi), setelah segala yang ada di permukaan bentang alam, baik di daratan dan lautan, dataran tinggi dan dataran rendah, kini giliran yang bersinar terang di atas langit sana yang menghibur kita. Bahkan, alam bukan hanya sekadar memberikan hiburan, tetapi juga merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Lalu pertanyaannya: Apakah alam ini hanya sekadar objek penghibur kita? Apakah alam ini hanya sekadar pemuas nafsu kita (pemicu keluarnya hormon endorphins dalam tubuh)?

Hendaknya kita tidak menjadi mabuk karena terlena oleh hiburan-hiburan yang ada, justru melalui hiburan-hiburan yang telah disuguhkan oleh alam tersebut, menjadikan kita sadar bahwa alam lebih dari hanya sekadar objek, karena alam manunggal (bercampur sehingga tidak terpisahkan) dengan kita. Alam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kita, bagian yang tak boleh diabaikan masa depannya, bila kita dapat mempersiapkan masa depan (karier, keluarga, dll.) dengan sangat baik, maka demikian pula hendaknya kita dapat mempersiapkan masa depan alam yang menjadi sumber kehidupan bagi generasi selanjutnya.

Melalui GMT kali ini, hendaknya kita dapat berefleksi: Sinar yang tak terpancarkan untuk sementara karena bulan telah menghalanginya, saat ini boleh menjadi hiburan dengan keindahannya yang luar biasa. Namun, pelan tapi pasti (bila kita tak peduli dengan masa depan alam ini), bersiaplah dengan sinar yang sama akan terpancarkan sengatan yang begitu hebat tanpa ada yang menghalanginya, bahkan atmosfer pun tak akan sanggup memberikan perlindungannya.

Akhir kata, selamat menikmati Gerhana Matahari Total. Kiranya saat menikmati suguhan dari alam ini, kita disadarkan (diingatkan kembali) tentang global warming dan kerusakan ekologi yang makin parah, dan melalui kesadaran yang ada kita semua dapat menjadi jawaban untuk masa depan alam. Menjadi jawaban dengan dimulai dari diri kita sendiri melalui cara-cara yang sederhana, seperti: sebisa mungkin mengurangi penggunaan kertas, mengurangi pemakaian plastik, mematikan lampu yang tidak terpakai, menanam pohon, dan lain sebagainya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun