Mohon tunggu...
Roy Soselisa
Roy Soselisa Mohon Tunggu... Guru - Sinau inggih punika Ndedonga

Sinau inggih punika Ndedonga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mamaku Tiang Doaku

6 Juni 2023   10:33 Diperbarui: 6 Juni 2023   10:41 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kota Surabaya, 11 April 2023 (dokpri)

"Yak opo, Wi? Lancar yo izine? (Bagaimana, Wi? Lancar ya izinnya?) Mama selalu berdoa supaya dibukakan jalan, sampai keluar izinnya."


Hanya dengan tersenyum saya merespons perkataan Mama saat kami sedang berkunjung ke rumahnya, mungkin karena anaknya ini sudah terlampau liberal teologinya, hingga hanya senyum yang diberikan sebagai jawaban dengan seolah menjawab dalam diam: "Berdoa cukup sekali saja, tanpa perlu berulang kali dalam banyak kesempatan dengan banyak kata, cukup dalam satu kali kesempatan pertama dengan beberapa kata: jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga, selebihnya Tuh*n yang akan bekerja."

Konsep teologis seperti itulah yang saya miliki selama ini, saya lebih memilih untuk tidak pernah berdoa terlalu banyak bagi diri sendiri, selain hanya dengan beberapa kata pada kesempatan permulaan. Namun, meski saya tidak pernah berdoa untuk diri sendiri, ternyata ada yang senantiasa tekun bersyafaat bagi saya, dan pribadi yang dengan tekun bersyafaat ini adalah Mama yang telah melahirkan saya.

Saat catatan ini ditulis, saya sedang berjalan dalam sebuah jalan yang sebelumnya saya pandang mustahil untuk bisa dilalui sebagai Aparatur Sipil Negara, selain karena keluarnya perizinan memakan waktu yang sangat panjang, riwayat saya mendapatkan dispensasi selama ini paling lama hanya dua pekan. Hingga akhirnya beberapa pihak yang tak terduga hadir memberikan rekomendasi yang menguatkan kepada pemberi kewenangan untuk memberikan penugasan kepada saya.

Hingga saat ini telah terhitung lebih dari sebulan saya tidak masuk kerja (2/5/2023), karena sedang menjalani penugasan sebagai Pelatih dalam Pemusatan Latihan Nasional menuju Special Olympics World Games (SOWG) Berlin 2023, dan semua jalan yang mustahil ini bisa dilalui hanya karena ketekunan Mama menjadi tiang doa yang senantiasa menopang setiap langkah anaknya.

Mama yang tak pernah lelah untuk bersyafaat bagi anaknya, tak pernah meminta apa pun sebagai imbalan, selain hanya sebuah permintaan sederhana yang (mungkin) membanggakan bagi Mama, seperti tampak dalam foto terlampir---hati saya bergetar kala itu, bahkan setiap kali mengingat momen itu, termasuk saat saya sedang menulis catatan ini, hati saya bergetar kembali---yang dipotret saat pagi hari (11/4/2023) sesaat setelah Mama bangun tidur, karena sedang bermalam di kediaman kami untuk merayakan ulang tahun buah hati di sekolahnya: bit.ly/3LbQGa9

"Wih, gagahe anak Mama. Foto disek ambek Mamane kene (Wih, gagahnya anak Mama. Foto dulu sama Mamanya sini)." Pinta Mama dalam bahasa Jawa. Saya pun bergegas mengambil ponsel, dan meminta tolong istri untuk memotretnya. Saya memeluk Mama dengan berseragam Aparatur Sipil Negara (ASN), seragam yang dua belas tahun lalu (21/2/2011) saya dapatkan juga atas ketekunan Mama dalam bersyafaat bagi anaknya.

Tepat pada hari ini (6/6/2023), Mama memasuki usia yang ke-69 tahun. Terima kasih telah menerangi setiap langkah perjuanganku dengan doa Mama. Terima kasih, karena doa Mama pula, tak lama lagi akan mengantarku terbang (11/6/2023) menuju negara dan benua yang berbeda dari yang dipijak selama ini, semua ini terjadi hanya karena aku memiliki Mama yang hebat seperti Mama. Selamat ulang tahun, Mamaku.

Kota Semarang, 6 Juni 2023

RAS

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun