Mohon tunggu...
Roy Soselisa
Roy Soselisa Mohon Tunggu... Guru - Sinau inggih punika Ndedonga

Sinau inggih punika Ndedonga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kesaktian Papa Terbukti Saat Telah Tiada

2 Juli 2020   16:03 Diperbarui: 2 Juli 2020   15:58 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
TPU Kembang Kuning Surabaya, 2 Juli 2020 (Dokpri)

Kemarin petang (1/7/2020), seekor kupu-kupu datang menghampiri saya pada salah satu ruangan yang berada di tempat saya bertugas, sebelumnya tak pernah terjadi seperti demikian. 

Tadi pagi pun tak seperti biasanya, saya terbangun menjelang subuh, meski belum lama tidur. Hingga fajar menyingsing, saya tak membutukan banyak tafsir lagi tentang dua tanda yang telah menghampiri. 

Setelah mempersiapkan diri untuk berangkat bertugas, saya pun mewujudkan rencana yang telah ada sejak seminggu terakhir yakni mengucapkan selamat ulang tahun kepada Mendiang Papa dengan mengunjungi makam beliau.

Pada hari ini (2/7/2020) merupakan hari kelahiran Papa, seandainya Papa masih bersama dengan kami saat ini, usia Papa menginjak yang ke-73 (tujuh puluh tiga) tahun.

Tahun ini untuk pertama kalinya saya mengucapkan selamat ulang tahun kepada Papa tanpa pernah bisa berjabat tangan, serta menerima ucapan berkat dari Papa saat tangan saya masih berada dalam genggaman Papa.

Dalam keheningan tanah pemakaman pagi ini, saya memandangi makam Papa dengan tersenyum, benak pun melambung pada hari-hari terakhir bersama dengan Papa. 

Kala itu, saat pagi hari mengantarkan buah hati ke rumah Papa untuk dititipkan selama saya dan istri bekerja (catatan selengkapnya), saya sering menjumpai Papa yang rebahan untuk mendapat pancaran sinar matahari di depan teras rumah Papa yang menghadap ke arah timur.

Pagi ini, saat memandangi letak makam Papa, jasad Papa pun untuk selamanya mendapatkan pancaran sinar matahari pagi seperti yang selalu Papa nikmati pada hari-hari terakhir bersama dengan kami. 

Tanpa disadari letak makam Papa menghadap ke arah timur, ternyata dalam keadaan yang sudah tak bernapas pun Papa mendapatkan yang terbaik dalam perjalanan di dunia ini---sebagai catatan untuk letak makam di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kembang Kuning Surabaya tidak beraturan, dari ribuan makam yang ada di sana bisa menghadap ke berbagai penjuru mata angin, jadi saat Papa bisa mendapatkan makam yang letaknya menghadap ke arah timur (tanpa ada unsur pembelian lahan), tentu yang terjadi bukan suatu kebetulan, setidaknya melalui yang terjadi supaya bisa dilihat oleh yang masih hidup seperti saya bahwa Sang Pemilik Kehidupan akan memelihara dan memenuhi kebutuhan setiap ciptaan-Nya hingga pada peraduan yang terakhir.

Selanjutnya, masih dalam keheningan tanah pemakaman pagi ini, benak saya melambung lebih jauh pada salah satu momen kebersamaan dengan Papa sejak saya masih kecil, momen kebersamaan yang menempatkan saya dalam posisi sering membuat bercandaan pernyataan Papa yang mengungkapkan tentang "kesaktian". 

Dalam banyak kesempatan, saat terjadi suatu peristiwa, Papa pasti sudah memprediksinya lebih dulu, dan memang yang terjadi sesuai yang diprediksikan Papa sebelumnya, sehingga ungkapan yang sering Papa ucapkan kepada saya (kurang lebih bahasa yang digunakan Papa sejak saya masih kecil hingga tumbuh dewasa tetap sama seperti demikian): "Benar kan apa yang Papa prediksikan, makanya jangan lupa berdoa, dekat dengan Tuhan, supaya kamu jadi orang sakti (seperti Papa)."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun