NPCI Provinsi Jawa Timur mendapatkan kesempatan untuk memberikan masukan dari sudut pandang praktisi olahraga disabilitas dalam Focus Group Discussion terkait dengan proyek penelitian dan pengembangan (multi years) model jam getar detector untuk perlombaan lari bagi disabilitas netra yang akan diteliti dan dikembangkan oleh Dr. Sri Joeda Andajani, M.Kes. (bersama dengan tim) selaku Ketua Program Studi Magister Pendidikan Luar Biasa, Pascasarjana, Universitas Negeri Surabaya.
Kesempatan NPCI Provinsi Jawa Timur untuk memberikan masukan ini didapatkan atas rekomendasi dari Dr. Abdul Rahman Syam Tuasikal, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Magister Pendidikan Olahraga, dan Dr. Edy Mintarto, M.Kes. selaku Direktur Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya yang terlibat pula dalam Focus Group Discussion untuk memberikan masukan sesuai dengan kepakaran beliau masing-masing sebagai akademisi.
Selain itu, dihadiri pula oleh akademisi lain dari selingkung Universitas Negeri Surabaya sesuai dengan kepakarannya masing-masing, di antaranya Dr. Oce Wiriawan. M.Kes., Dr. Dwi Cahyo Kartiko, M.Kes., Dr. Nanik Indahwati, M.Or., dan Kunjung Ashadi, S.Pd., M.Fis.
Melalui momen Focus Group Discussion yang berlangsung kemarin (5/9/2019) di ruang rapat Direktur Pascasarjana, Gedung Continuing Program Development (CPD), Kampus Lidah Wetan Universitas Negeri Surabaya, kami dari induk organisasi olahraga disabilitas yang berada pada tataran tingkat Provinsi Jawa Timur memberikan apresiasi tersendiri dengan adanya penelitian dan pengembangan dalam olahraga disabilitas seperti demikian---kami tidak menulis secara detail tentang rencana penelitian dan pengembangannya di sini, dengan pertimbangan tertentu (terjadi pencurian ide penelitian, dll.).
Selama ini, kami pun selalu membuka diri---salah satu upaya pengembangan olahraga disabilitas dengan menggunakan pendekatan keilmuan---terhadap pihak luar yang ingin menjadikan olahraga disabilitas sebagai subjek penelitian, baik untuk penelitian kuantitatif yang membutuhkan populasi, maupun untuk penelitian kualitatif yang membutuhkan situasi sosial (social situation) yang berinteraksi secara sinergis.
Kami pun selama ini telah membuka diri untuk menjadi subjek penelitian bagi beberapa mahasiswa yang sedang menyelesaikan tugas akhir, baik dari jenjang sarjana maupun magister dengan latar belakang ilmu psikologi, kedokteran, serta keolahragaan sendiri.
Konsekuensi logis dari makin banyak peneliti yang menjadikan olahraga disabilitas sebagai subjek penelitian, maka akan makin berlimpah ketersediaan literatur dari berbagai sudut pandang keilmuan yang dapat digunakan sebagai dasar pijakan untuk menentukan arah dan tujuan dalam pembinaan dan pengembangan olahraga disabilitas---mengingat buku-buku dengan tema olahraga disabilitas yang dapat digunakan sebagai referensi masih sangat langka, terutama yang berbahasa Indonesia.
Dengan adanya literatur-literatur yang (dengan harapan) masih akan terus diperbarui dan diperluas lingkupnya oleh banyak peneliti selanjutnya, maka niscaya percepatan pembangunan olahraga disabilitas di Indonesia secara merata akan terjadi dengan prestasi yang lebih gemilang dan mendunia.
Berangkat dari pengertian tersebut, maka bisa dipahami bahwa usaha dalam pembangunan olahraga disabilitas bukanlah usaha seorang diri maupun kelompok tertentu saja, melainkan merupakan usaha bersama dari berbagai kalangan dengan masing-masing pilar yang harus berdiri kokoh untuk menopang bangunan.
Namun, saat bangunan telah berdiri yang perlu dipahami bahwa tuan rumah dari olahraga disabilitas adalah insan disabilitas itu sendiri, maka usaha dalam membangun pun dilakukan dengan cara memberikan pendampingan bagi insan disabilitas supaya bisa menjadi tuan rumah di rumah sendiri, bukan menjadikannya sebagai komoditas untuk kepentingan tertentu, bahkan hingga harus terusir dari rumah sendiri.