Mohon tunggu...
Roy Soselisa
Roy Soselisa Mohon Tunggu... Guru - Sinau inggih punika Ndedonga

Sinau inggih punika Ndedonga

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Pemberian Itu Bahasa Kasih

21 September 2014   19:43 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:01 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendaftaran tes CPNS tahun 2014 telah berlalu, saat ini telah masuk ke dalam masa penantian pelaksanaan tes. Ketika saya mendengar kisah teman-teman yang berjuang dengan sistem pendaftaran selama proses pendaftaran kemarin, saya jadi teringat dengan proses yang saya alami empat tahun lalu, terlebih teringat dengan yang saya lakukan terhadap gaji pertama saya sebagai CPNS.

Sebagai Calon PNS yang masih diuji coba kinerjanya selama (kurang dari) dua tahun, saya hanya mendapat gaji 80% dari gaji pokok PNS Golongan III/a pada saat itu. Gaji CPNS untuk pertama kalinya saya terima pada bulan Maret 2011 sebesar Rp 1,7 juta. Tanpa pikir panjang, sesaat setelah mengambil gaji sebesar Rp 1,7 juta tersebut, saya langsung pulang ke rumah dan membaginya ke dalam tiga bagian: 10% untuk persepuluhan, 45% untuk Papa, dan 45% untuk Mama.

Ya, saya memberikan 90% gaji pertama sebagai CPNS kepada kedua orang tua saya, dan hanya 10% untuk persepuluhan. Mungkin ada pertanyaan dari teman-teman yang menggunakan Alkitab sebagai pedoman hidup: "Loh, kok untuk Tuhan hanya 10%? Bukankah ini buah sulung (gaji pertama)? Bukankah buah sulung harus seluruhnya dipersembahkan kepada Tuhan?" Dan jawaban dari saya: tentunya tindakan tersebut bukan tanpa alasan yang kuat, secara pribadi saya telah melakukan penafsiran tentang persembahan buah sulung yang ada dalam Kitab Imamat: persembahan buah sulung bukanlah mempersembahkan keseluruhan hasil ladang untuk panen pertama kalinya, melainkan hanya seberkas dari hasil panen. Seberapa besar ukuran seberkas itu? Entahlah, yang pasti karena saking sedikitnya, hingga bisa dikibas-kibaskan oleh tangan Imam.

Berangkat dari penafsiran seperti itulah yang mengantarkan saya pada keputusan memberikan 90% untuk Papa Mama, dan hanya 10% untuk Tuhan sebagai bentuk ketaatan (pemberiannya melalui rumah ibadah yang akan dikelola untuk pelayanan kepada sesama, biaya operasional rumah ibadah, dll.). Kalaupun penafsiran saya tentang buah sulung meleset, pekerjaan sebagai CPNS bukanlah pekerjaan yang pertama saya dapatkan (hanya statusnya saja yang berubah, pada saat CPNS digaji oleh negara, sebelumnya digaji oleh swasta/yayasan). Dari pekerjaan yang sebelumnya, saya sudah pernah memberi, meski cara mempersembahkannya dengan sikap hati (cara berteologi) yang salah: banyak "memberi" kepada Tuhan, supaya makin banyak "diberi" oleh Tuhan (hanya memperalat Tuhan melalui pemberian-pemberian).

Saya lebih memilih untuk mempersembahkan 90% gaji saya kepada Papa Mama, karena saya ingin membahasakan kasih yang saya miliki melalui pemberian. Mustahil saya bisa mengasihi Tuhan yang tidak terlihat, jika kedua orang tua yang terlihat tidak pernah saya kasihi. Masih teringat jelas dalam benak saya, saat kasih itu saya bahasakan dalam bentuk pemberian. Mama merespon kasih itu dengan menitikan air mata, sambil berkata dalam bahasa Jawa: "Oalah, anang lanangku ngerti ambek wung tuwo (Oalah, anak laki-lakiku ngerti sama orang tua." Dan Papa merespon kasih itu dengan suara bergetar terucap kata-kata sederhana yang menjadi bekal berharga bagi saya untuk menjalani kehidupan yang penuh tantangan: "Yang penting jangan lupa berdoa."

Kala itu, saat menatap mata Papa Mama, hati saya pun jadi bergetar merasakan bahasa kasih yang menggetarkan hati mereka. Bahkan saat menulis catatan ini, hati saya bergetar kembali karena mengingat perjalanan panjang mereka dalam mengantarkan saya sampai sejauh ini, perjalanan panjang yang tidak bisa saya ukur dengan pemberian apa pun.

Akhir kata, melalui catatan ini kiranya tujuan saya tercapai dalam menginspirasi melalui tulisan, bukan untuk mencari pujian atau pamer pemberian. Selamat mempersiapkan diri bagi teman-teman yang akan menghadapi tes CPNS tahun 2014. Apa pun hasilnya, tetap naikan syukur kepada Sang Pemberi Kehidupan, dan tetap miliki kasih yang terbahasakan melalui pemberian.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun