Dalam ingatan yang kuingat di kota ini hanyalah dirimu,
Tak ada yang lain yang bisa kunikmati selain hembusan nafasmu ,
Ada desah nafasmu wahai kekasih, yang terhirup dengan begitu lembut
Menghangatkan dada di sepanjang perjalanan sendu di kota ini.
Dari persinggahan, di malam itu. Dengan kedatanganmu yang hanya berpakaian kaos panjang dan mengenakan sarung. Amatlah sederhana.
Akhirnya aku juga tahu, mengapa Jogja disebut istimewa,
Karena memang ia mendatangkan rindu, dan selalu dirindukan oleh pelancong yang menyinggahinya, begitupun aku. Dan untuk mereka yang singgah atau menetap di sana.
Layaknya seperti Jogja yang istimewa, dan selalu dirindukan,
Akhirnya, aku tahu jawaban dari sebuah kicauan hati. Ya, selama ini, ternyata alasan terbesar mengapa aku tetap selalu merindukanmu, di dalam kota jogja itu.
Bahkan meski kita tidak bersama lagi, dengan pertemuan singkat malam itu dengan kata lain kita hanya singgah dalam sebuah ruang hati yang sebenarnya nyaman,
Ialah, Barangkali kamu terlalu istimewa, layaknya kota Jogja,
dan ada milyaran untaian memory hangat yang telah terlukis di ruang hati, Meski akhirnya kita berbeda arah dalam pelabuhan takdir.
Jogja itu bagaikan candu, candu yang haus akan di rindu
Rindu yang datang selalu menggebu dan masuk ke dalam ruang rindu
Menggebu untuk kembali pada keramahan kota gudeg, Jogjakarta
Dimana datang sebuah kerinduan yang datang bersemanyam
Jogja selalu memanggil dan merengek untuk kembali di singgahi
Riuh suasana Tugu Jogja membuat rindu yang tercipta semakin membuncah
Membuat hati setiap orang yang pernah mencicipi riuh kota ini meradang kerinduan
Entah sebuah rindu yang datang tergesa-gesa yang membuat ingin kembali sekali lagi ke kota ini
Rindu yang makin hari makin mengikis waktu senggang ingin bertemu dengan seseorang