Mohon tunggu...
Roviatus Sa'adah
Roviatus Sa'adah Mohon Tunggu... Writer.... -

DATA DIRI: Nama Lengkap : Roviatus Sa'adah Nama Populer : Dhara Tempat & Tanggal Lahir : Bondowoso, 28 September 1990 Agama : Islam DATA PENDIDIKAN: TK: TK PGRI 02 Koncer Tenggarang Bondowoso SDN : SDN Koncer 02 Tenggarang Bondowoso MTs: MTs NURUL HUDA Peleyan Kapongan Situbondo MA: MA NURUL HUDA Peleyan Kapongan Situbondo SARJANA S1: STAI Nurul Huda Peleyan Kapongan Situbondo BIOGRAPHY: Penulis pemula kelahiran Bonsowoso - Jawa Timur. Sekarang berdomisili sebagai warga Sukowono-Jember. Lulusan Fakultas Syari'ah jurusan Akhwalusy Syakhsyiah S1 STAI Nurul Huda Peleyan Kapongan Situbondo. FB: Dhara Jutex Abyzz Twitter : @roviatussaadah Blog: http://libranovel.blogspot.com/Email:roviatussaadah@yahoo.com Saya menulis sejak berusia 14 tahun. Namun mulai serius menulis dan tulisan banyak digemari teman-teman selama kurang lebih 10 tahun. Saat ini banyak sudah tulisan yang saya genggam. Tidak sedikit yang sudah membaca tulisan saya mengatakan bagus bahkan ada yang mengaku sampai menangis. Namun, tulisan saya masih belum dilirik penerbit manapun. Hingga sampai saat ini saya terus dan tetap menulis meski G.A.L.A.U selalu.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Bukan Diriku 4

7 November 2014   03:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:26 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

4

Di Lapangan Basket

“ Radit……Radit…..Radit….. “ terdengar suara penonton sambil berteriak ramai tangan mereka juga ikut memeriahkan acara latihan basket pagi itu. Para tim basket sengaja mengambil hari minggu sebagai hari yang tepat buat latihan basket, karena selain hari minggu libur, hari minggu juga hari yang menyenangkan bagi mereka, karena otak mereka terbebas dari yang namanya pelajaran.

Radit yang mendengar suara itu, menerbangkan cup jauh kearah penonton yang bersorak ramai. “ Huuuuuuuuu……….” Seru penonton bersama, tangan mereka melambai-lambai kearah Radit.“ Ilham… semangat “ teriak Linda dengan suara lantangnya. Ilham tidak mendengar teriakan itu, karena hanya suara Linda yang mendukung Ilham. Memang Ilham adalah bintang kelas XII, tapi dalam lapangan basket, Raditlah yang menjadi bintangnya.

Priiit, pripit…..” seorang pelatih basket berlari kearah lapangan basket. Dibibirnya terdapat sebuah peluit warna hijau, peluit itulah yang berbunyi sehingga, Para pemain basket yang mengenal suara itu seperti dikomando, mereka semua menghentikan permainannya. Tubuh mereka langsung membentuk sebuah lingkaran. “ Cukup, kita istirahat sepuluh menit “setelah berkata pelatih itu pergi dari lapangan basket yang langsung di ikuti oleh para pemain basket, mereka menuju ke ruang istirahat, di sebelah utara lapangan basket.

“ Radit…..” panggil Calsa, berlari kearahnya. Tangannya menenteng sebuah kresek hitam. “ Ni buat kamu…” ujar Calsa mengulurkan tangannya yang memegang kresek hitam, “ Apaan? “ Tanya Radit mengamati kresek yang diberikan Calsa. “ Ini, minuman mineral kesukaanmu, “ jawab Calsa sambil mengarahkan tangannya ke dalam kresek, mengambil minuman kemudian memberikannya pada Radit. Radit menerimanya dengan dingin. “ Minum dong Dit… aku sengaja beli minuman itu buat kamu, karena aku yakin kamu pasti butuh minuman itu setelah latihan basket “ ucap Calsa bahagia karena Radit tidak menolak pemberiannya. Raditpun membuka tutup minuman itu.

“ Aduh haus…..” ucap Angga yang tiba-tiba datang dari arah belakang Radit, Radit menoleh kearahnya, dilihatnya Angga mengipas-kipas badannya dengan baju yang dikenakannya. “ panasss…” ucapnya sambil terus berjalan. “ Kamu haus Ang? “ Tanya Radit saat kaki Angga berhenti disampingnya. “ Ya iyalah men, orang lagi kipas-kipas….” Jawab Angga sambil terus kipas-kipas.“ Ni buat ello…” tiba-tiba Radit memberikan minuman pemberian Calsa yang hampir di minumnya. “ Bener men….? “ ujar Angga tak percaya, di matanya langsung terbayang sejuknya minuman yang ditawari sahabatnya itu. Tanpa menunda, Angga langsungmerenggut minuman dari tangan Radit, kemudian meminumnya. “ Dit, minumannya ko’ diberikan sama Angga sih? “ protes Calsa kesal, ada secarik kecewa di raut wajahnya. “ Cal, minuman itu sudah jadi milik aku, jadi, terserah aku dong, mau diberikan sama siapa? “ balas Radit sewot. “ Ya aku tahu, tapi minuman itu kan aku beli buat kamu Dit“ Calsa merasa sangat kecewa. Cal, lain kali, kamu ngga’ usah deh memberi aku apapun, kamu kira aku ngga’ bisa beli minuman yang seperti itu, lagian Angga itu sahabat aku, “ setelah berkata Radit pergi dari hadapan Calsa.

“Dit, Radit…..” teriak Calsa memanggil Radit, Radit tak menggubrisnya, ia terus saja melangkah menjauh dari Calsa. “ Ahhhhh, segar… “ ucap Angga setelah menghabiskan satu botol minumannya. “ Cal, terima kasih ya, lain kali, boleh dong aku minta di beliin lagi…” goda Angga seraya memegang dagu Calsa. “ Apa sih? kurang ajar banget… dengar ya Ang, minuman itu gue beli bukan buat ello, tapi buat Radit. “ jelas Calsa yang membuat mata Angga terbelalak. “ What…? “ ucapnya kemudian. “ Buat Radit? “ lanjut Angga terkejut. “ Ya, buat Radit “ jawab Calsa kemudian pergi. “ Masa bodoh, yang penting sekarang tubuhini terasa lebih segar dari sebelumnya. “ ujar Angga seraya melangkah.

***

“ Lin….” Panggil Radit sambil berjalan menghampiri Linda yang duduk di antara para penonton. “ Radit? “ucap Linda terkejut, tidak biasanya dia menyapa dirinya. “ Ada apa? “ Tanya Linda sambil beranjak dari duduknya, ia mendekat kearah Radit. “ Ada apa sih, tumben manggil Linda? “ Tanya Linda lagi setelah tahu Radit tak minat untuk menjawab pertanyaannya. “ Virda mana? “ jawab Radit bertanya. Linda membelalakkan matanya, hingga matanya yang biasa berteduh di bawah kelopak indahnya seakan mau keluar. “ Virda..? “ ucap Linda mengulang kata-kata Radit. “ Ya, Virda, sahabat kamu. Lihat dia ngga’? “ Tanya Radit meyakinkan Linda. “ Memangnya, Virda mau datang ke sini? “ Tanya Linda seraya mengedarkan pandangannya ke sekeliling, siapa tahu matanya menangkap sosok Virda. “ Katanya sih, Virda mau datang ke acara latihan basket hari ini. “ jawab Radit sambil membetulkan tali sepatunya yang memang sejak tadi copot. “ Oh, tapi aku ko’ ngga’ lihat Virda ya? “ ujar Linda yang ketularan mengamati tali sepatunya. “ Ya udah ya Lin, makasih..” ujar Radit kemudian berlalu dari hadapan Linda. “ Virda lagi, Virda lagi….. kenapasih, di dunia ini, banyak cowok yang nanyain Virda? Tadi Ilham, sekarang Radit…” ucap Linda menggeleng-gelengkan kepalanya.

Radit sedikit kecewa karena Virda, orang yang sangat diharapkannya tidak datang pada acara pelatihan basketnya, padahal menurut Radit, semuanya akan menjadi lebih baik, bila Virda juga datang ke acaranya. Dengan langkah gontai,. Radit berjalan kembali ke ruang istirahat yang terletak di sebelah utara lapangan basket. Mukanya menunduk, menekuri lantai yang berkeramik putih. Tapi tiba-tiba,

“ Aa……u “ seru seseorang, sambil memegangi kepalanya. Radit terhenyak, ia tidak sadar bahwa baru saja ia menabrak seseorang. “ Aduh….” Seru orang itu kesakitan. Radit yang ingin cepat pergi dari tempat itu, tergerak hatinya untuk mempertanggung jawabkan apa yang telah di buatnya. “ Ma….. Virda?...” mata Radit seakan mau keluar saat tahu siapa yang telah ditabraknya tadi. “ Radit…? “ ucap Virda yang juga terkejut saat melihat orang yang membantunya berdiri, ternyata Radit.

“ Maafin aku Vir, aku ngga’ sengaja “ ujar Radit sambil membantu Virda berdiri “ Ngga’ apa-apa Dit, lagian kamu kenapa sih, jalan ko’ ngga’ lihat kedepan. “ Tanya Virda heran sambil membersihkan bajunya yang sedikit kena debu. “ Sini aku bantu….” Ucap Radit yang langsung membantu Virda membersihkan bajunya. “ Habisnya, aku kira kamu ngga’ jadi datang ke acara latihanku. “ lanjut Radit yang masih membersihkan baju Virda. “ Memangnya, kalau aku ngga’ datang, kamu mau nabrak orang seenaknya, gitu..? “ protes Virda tersenyum, matanya memandang mata elang Radit yang sudah sejak tadi memandangnya. Radit tersenyum kearah Virda. “ Aku suka jika kamu tersenyum Vir..” kata-kata Radit membuat raut wajah Virda berubah menjadi merah jambu. “ Kalau kamu tersenyum, kamu tambah kelihatan cantik…” lanjut Radit yang masih belum melepaskan tatapannya. Virda tidak tahan dengan tatapan itu, ia menundukkan kepalanya, menekuri lantai tempatnya jatuh tadi. “ Vir…” panggil Radit pelan, membuat Virda yang sejak tadi menunduk, kembali memandang mata elang Radit. “ Aku……”

Pripit….prit…………….

Radit belum sempat melanjutkan kata-katanya, suara peluit yang berasal dari lapangan basket cukup membuatnya kaget, terkejut. Spontan Radit langsung melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. “ Maaf Vir, aku harus segera kembali ke lapangan, jam istirahatku sudah habis. “ pamit Radit seketika, membuat perasaan Virda kacau. Ia yakin tadi Radit akan mengatakan sesuatu yang pernah menjadi angan-angannya, tapi semuanya rusak oleh suara peluit itu. Virda menghela nafas kecewa. “ Vir, kamu harus melihat latihan basket ini, jangan pulang dulu, aku mohon..” ucap Radit sambil menggenggam tangan Virda. Virda mengangguk setuju, tidak lupa senyumnya juga ikut menjawab pertanyaan Radit. “ Makasih Vir….” Ucap Radit kemudian berlalu.

Virda berjalan kearah tempat kerumunan orang yang melihat latihan bola basket. Tanpa ia sadari, sepasang mata memandangnya muak, yang kemudian terdengar langkah kaki berjalan menghampirinya. “ Heh, ngapain ello kesini? “ Tanya Calsa yang sudah berada di depan Virda, Virda terkejut, belum sempat ia lari, Calsa sudah menjambaknya dan menariknya keluar dari para penonton latihan basket.

“ Au, sakit non…..” ujar Virda sambil berjalan cepat sesuai tarikan Calsa. Air matanya mengalir tanpa di komando. “ Non, lepaskan non, sakit….” Ulang Virda dalam tangisnya. “ Iiih… “ Calsa mendorong Virda, hingga Virda jatuh ke lantai. “ Hu…hu…hu….” Virda tambah menangis. “ Dasar cewek gatel ya, ngapain coba ello datang ke tempat latihan basket ini? “ hina Calsa pedas. “ Ngapain? Ayo jawab…! “ teriak Calsa, suranya semakin meninggi. “ Ngga’ ada non, Virda cuman pengen lihat latihan basket…” jawab Virda yang masih menangis. “ Denger ya Virda! Ello itu ngga’ pantas ada di tempat seperti ini, gara-gara kehadiran ello, bisa-bisa sekolah kita kalah tanding sama sekolah tetangga, ello tahu kenapa? “ Tanya Calsa yang kembali menjambak rambut Virda. Virda meradang kesakitan. Kepalanya menggeleng mendengar pertanyaan Calsa. “ Karena ello anak seorang pembantu, “ jawab Calsa. Wajahnya didekatkan ke wajah Virda, Virda berusaha menghindar. “ Ello pantasnya bukan ada disini, tapi ada di rumah gue membantu bunda ello yang sudah tua itu.” Ngerti ngga’ sih ello? “ suara Calsa semakin keras. Virda hanya mengangguk. “ Uh…..” Calsa melangkah meninggalkan Virda setelah sebuah cubitan menyakitkan melekat di tubuh Virda. Virda semakin menangis, air matanya seperti hujan deras yang turun di siang bolong, saat matahari memancarkan sinarnya.

Acara latihan basket telah selesai, pelatih basket itu kembali meniupkan peluit, dengan meletakkan peluit di antara kedua bibirnya. Radit yang tahu bahwa Virda datang ke acara latihan basketnya, langsung berlari ke temapat kerumunan penonton, ia mencari Virda. “ Lin, Virda kemana? “ Tanya Radit saat berpapasan dengan Linda. “ Virda….? “ Tanya Linda heran. Radit mengangguk meyakinkan. “ Memangnya, Virda ke sini? “ Tanya Linda kemudian. “ Ya, dan Virda bilang, ia akan pulang setelah acara latihan selesai. “ jawab Radit sambil mengedarkan pandangannya, mencari Virda.

“ Kalau Virda kesini, kenapa dia ngga’ nemuin aku? Pasti ada sesuatu sama Virda” ucap Linda dalam hati. “ Lin, pulang yuk…! “ ajak Ilham menghampiri Linda yang berdiri bersama Radit. “ Dit, aku pulang dulu ya, “ pamit Linda sambil berlalu dari hadapan Radit. Raditpun melangkah menuju kearah mobilnya.

“ Virda… “ ucap Radit saat melihat Virda dari dalam mobilnya, mesin mobilnya yang semula berderu segera dimatikan. Radit turun, ia berjalan kearah Virda. “ Virda “ panggil Radit berteriak. Virda menoleh, khas senyumnya selalu menghiasi wajahnya saat berpapasan dengan Radit. “ Dit, kamu belum pulang? “ Tanya Virda yang berjalan kearah Radit . “ Aku mencarimu Vir, aku kira kamu bohong, mau menungguku sampai latihan selesai. “ jawab Radit saat jarak mereka sudah semakin dekat. Virda hanya tersenyum, “ Ya ampun Vir, kening kamu kenapa? “ tanya Radit seraya memegang kening Virda. “ Ngga’ Dit, ngga’ apa-apa ko’ “ jawab Virda bohong. “ Vir, kening lecet gini kamu bilang ngga’ apa-apa? “ protes Radit heran, tangannya belum berpindah dari kening Virda. “ Virda, jangan pernah menganggap remeh pada segala sesuatu, “ lanjut Radit. “ Dit, bukannya aku meremehkan luka di keningku, tapi bener ko’ Dit ngga’ apa-apa, tadi sewaktu aku bangun dari duduk, kepalaku terbentur kursi, aku kira ngga’ ada yang luka, tapi ternyata…..” jawab Virda berbohong. Virda sengaja merahasiakan kejadian tadi, sebenarnya, lecet di kening Virda itu adalah gara-gara Calsa yang menjambaknya dan kemudian mendorong Virda hingga jatuh ke lantai. “ Ya udah yuk, aku antar kamu pulang. “ ucap Radit kemudian. Virda melangkah memasuki mobil Radit setelah tangan bersih Radit membukakan pintunya. Radit pun tancap gas, mengantar Virda pulang.

Calsa yang melihat langsung kejadian itu, dengan dada yang panas, dia langsung menaiki mobilnya, pulang. Dalam hati ia berjajnji, untuk membalas sakit hatinya itu.

***

Maaf ya,  _BERSAMBUNG_ lagi.....

hehehe,,,,

Tapi BUKAN DIRIKU 5 akan segera terpublish ke hadapan anda... nantikan!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun