Untuk mengembangkan kemampuan anak berpikir kritis adalah dengan mengembangkan kemampuan intelektualnya. Dalam kaitannya dengan kemampuan intelektual, Bloom memberikan sumbangan ide yang cukup bermakna dalam kemampuan intelektual ini, yaitu membagi kemampuan intelektual dari tingkatan yang sederhana menuju tingkatan yang komplek antara lain pengetahuan atau pengenalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kemampuan dalam menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi pada taksonomi Bloom merupakan tingkatan keterampilan yang lebih tinggi. (Cotton, 1991).
Eric Jensen merincikan beberapa keterampilam yang harus ditekankan pada tingkat abstraksi sebagai bagian dari perkembangan dalam mengajari kemampuan memecahkan masalah dan berpikir kritis, yaitu :
1.   Mengumpulkan informasi-informasi dan sumber-sumber yang berguna. Suatu informasi yang diperoleh akan berguna padi seseorang untuk melakukan upaya mengganggulangi atau mengatasi dampak-dampak negatif dari suatu permasalahan.
2.   Mengembangkan fleksibilitas dalam bentuk dan gaya. Pengolahan informasi yang diperoleh dalam berbagai bentuk dan melibatkan beberapa sudut pandang.
3.   Mempertanyakan pertanyaan-pertanyaan berkualitas tinggi
4.   Menimbang bukti sebelum menarik kesimpulan
5.   Menggunakan metafora dan model
6.   Mengonsepkan strategi(diagram, daftar, keuntungan dan kerugian, penjabaran, dll)
7.   Berhubungan secara produktif dengan ambiguitas, perbedaan, dan kebaruan
8.   Mencari kemungkinan dan probabilitas(meletuskan ide secara cepat dalam kelompok, membuat formula, survai, sebab akibat)
9.   Keterampilan debat dan diskusi
10.   Identifikasi kesalahan, ketidaksesuaian, dan ketidaklogisan
11.   Mengkaji pendekatan-pendekatan alternatif (mengubah kerangka referensi, berpikir di luar kotak, dll)
12.   Strategi-strategi hipotesis – pengujian
13.   Mengembangkan objektivitas
14.   Generalisasi dan deteksi pola (identifikasi dan mengorganisasikan informasi, menerjemahkan informasi, aplikasi lintas batas)
15.   Peristiwa-peristiwa yang berurutan. (Brain Based Learning, 2008: 280)
Berpikir kreatif yang tampak pada anak-anak berbeda dengan orang dewasa. Berpikir kreatif merupakan sifat yang komplikatif; seorang anak mampu berkreasi dengan spontan karena ia telah memiliki unsur pencetus kreativitas.
Pada dasarnya anak-anak yang berpikir kreatif bersifat ekspresionis. Ini karena pengungkapan ekspresi itu merupakan sifat yang dilahirkan dan dapat berkembang melalui latihan-latihan. Ekspresi ini disebut dengan spontanitas, terbuka, tangkas dan sportif.
Ada 3 ciri dominan pada anak yang berpikir kreatif:
(1) spontan,
(2) rasa ingin tahu,
(3) tertarik pada hal-hal.
Faktor lingkunganlah yang menjadikan anak tidak kreatif. Dengan demikian, peran pendidik sebenarnya lebih pada mengembangkan anak untuk berpikir kreatif.
Cara Mengembangkan Anak untuk berpikir kreatif
a.   Membangun kepribadian
Pendidik dapat membangun kepribadian baik pada anak yang tercermin dari pola pikir dan pola sikap anak yang kreatif. Pendidik yang paham akan senantiasa menstimulasi/merangsang aktivitas berpikir dan bersikap anak. Menstimulasi aktivitas berpikir dilakukan dengan cara menstimulasi unsur-unsur/komponen berfikir (indera, fakta, informasi dan otak). Aktivitas bersikap adalah aktivitas dalam rangka pemenuhan kebutuhan jasmani dan naluri (beragama, mempertahankan diri dan melestarikan jenis).
Pendidik dapat menstimulasi alat indera anak dengan cara melatih semua alat indera sedini mungkin. Pendidik senantiasa menghadirkan keteladanan yang baik pada anak di mana saja mereka berada. Jadi dapat dikatakan kepribadian menentukan potensi berpikir yang kreatif yang lebih besar.
b.   Menumbuhkembangkan motivasi
Berpikir kreatif dimulai dari suatu gagasan yang interaktif. Bagi anak-
anak, dorongan dari luar diperlukan untuk memunculkan suatu gagasan. Dalam hal ini, pendidik banyak berperan. Dengan penghargaan diri, komunikasi dialogis dan kemampuan mendengar aktif maka anak akan merasa dipercaya, dihargai, diperhatikan, dikasihi, didengarkan, dimengerti, didukung, dilibatkan dan diterima segala kelemahan dan keterbatasannya. Dengan demikian, anak akan memiliki dorongan yang kuat untuk secara berani dan lancar mengemukakan gagasan-gagasannya. Selain itu, untuk memotivasi anak agar lebih berppikir kreatif, sudah seharusnya pendidik memberikan perhatian serius pada aktivitas yang tengah dilakukan oleh anak, misalnya dengan melakukan aktivitas bersama-sama mereka. Dengan demikian, sesungguhnya anak memiliki peluang yang lebih besar untuk menjadikan anak-anak yang berpikir kreatif. Sebagai pendidik senantiasa berusaha untuk memperkenalkan anak dengan berbagai hal dan sesuatu yang baru untuk memenuhi aspek kognitif mereka. Tujuannya adalah agar mereka lebih terdorong lagi untuk berpikir dan berbuat secara kreatif. Dalam memotivasi anak agar kreatif, dilakukan dengan cara menyenangkan dan tidak di bawah tekanan/paksaan.
Hal-hal yang harus dilakukan guru agar anak dapat mengembangkan cara berpikir kreatif anak :
1)Â Â Â Menciptakan lingkungan yang aman dan memberikan kebebasan bagi anak dalam mengungkapkan pendapat, perasaan dan sikapnya.
2)Â Â Â Guru harus menghormati anak sebagai individu, menghargai keunikan anak.
3)Â Â Â Guru jangan menghargai prestasi anak hanya dengan rangking.
4)   Guru harus dapat menjadi model atau panutan bagi anak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H