Mohon tunggu...
Glen Oktavian Turambi
Glen Oktavian Turambi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Graduate of International Relations degree.Studied History, Diplomacy, War Studies, and International Politics

Sangat tertarik dengan topik Hubungan Internasional dan strategi Geopolitik

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Strategi Indonesia Dalam Menghadapai Aliansi AUKUS (Australia, United Kingdom, United States)

30 Maret 2023   09:10 Diperbarui: 30 Maret 2023   09:22 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.ussc.edu.au/analysis/a-new-age-for-deterrence-and-the-australia-us-alliance

Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia pada tanggal 14 Maret 2023 memberikan pernyataan kecemasan akan perjanjian aliansi Australia, Inggris, dan Amerika Serikat yang bernama program aliansi AUKUS. Menurut pandangan Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri stabilitas dan perdamaian kawasan menjadi tanggung jawab semua negara, oleh karenanya Indonesia kembali mengingatkan Australia untuk tetap mengikuti kewajibannya sesuai rezim non-proliferasi senjata nuklir dan IAEA agar selalu transparan dan tidak diskriminatif.

Dalam kasus terkait reaksi Indonesia menanggapi aliansi antara Amerika Serikat, Australia, dan Inggris sudah terlihat menunjukkan ketidaksepakatan yang didasari oleh kecemasan. Indonesia dalam hal ini sebagai negara yang bertetangga dengan Australia takut semakin lama kekuatan negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan sekutunya mempengaruhi stabilitas kekuatan regional Asia Tenggara, menurut Indonesia negara besar seperti Amerika Serikat bisa mengancam Indonesia secara langsung jika kekuatan aliansi militernya semakin dekat.

Yang dimaksud disini ialah Indonesia khawatir akan konflik negara terjadi akibat gesekan perbedaan prinsip kepentingan nasional, kedua negara bersama menyepakati untuk mengusahakan perdamaian dunia tetapi Amerika Serikat memiliki visi pandangan sendiri terkait perdamaian dunia. 

Amerika Serikat tidak takut akan dampak hegemoni politik luar negeri negaranya pada negara lain asalkan kepentingannya bisa tercapai yaitu memperluas pengaruh nilai demokrasi dan kebebasan, akan tetapi hal ini disertai juga dengan efek samping yaitu untuk menjalankan nilai tersebut Amerika Serikat tidak segan menggunakan kekuatan "Hard Power" seperti politik, militer, dan ekonomi untuk menekan negara yang tidak sejalan dengan ide nilai tersebut.

Kasus serangan Irak 2003, perang Afghanistan 2001, dan terakhir invasi Libia 2011 merupakan serangkaian langkah kebijakan luar negeri Amerika Serikat kepada negara-negara yang dianggap mengancam pada nilai kebijakan luar negerinya. Tiga contoh kasus di atas hanyalah beberapa contoh di antara banyak kasus lain dimana kebijakan luar negeri Amerika Serikat membawa kecemasan bagi Indonesia, melalui penjelasan singkat di atas Kementerian Luar Negeri Indonesia kemudian menyatakan ke khawatirannya pada ide aliansi AUKUS. Rumusan masalah menarik pada tulisan saya kali ini ialah apa strategi Indonesia dalam menghadapi aliansi militer AUKUS untuk stabilitas perdamaian kawasan?

Untuk menjawab pertanyaan rumusan masalah tersebut dapat saya katakan Indonesia perlu mengikuti strategi kebijakan luar negeri Soeharto dalam buku karya Leo Suryadinata berjudul Politik Luar Negeri Indonesia di bawah Soeharto (silahkan dibaca review saya pada tulisan sebelumnya). Dalam buku tersebut pakar ahli keamanan nasional Indonesia seperti Ali Moertopo dan Sayidiman mengemukakan pendapat akan pentingnya ada ketegangan terbatas antara negara besar yang ingin membangun aliansi dekat dengan kawasan Indoensia.

Harus saya katakan Indonesia mendapatkan keuntungan dan kekurangan dari aliansi AUKUS dengan pengaruh kekuatan militer negara Inggris, Australia, dan Amerika Serikat di Asia Tenggara. Keuntungan Indonesia adalah dengan adanya aliansi ini Republik Rakyat Cina dapat terbendung dan terawasi akibat adanya kekuatan besar yang masuk untuk mengimbangi, dalam pertimbangannya kekuatan besar seperti Amerika Serikat hanyalah satu-satunya kekuatan yang mampu menekan RRC dikarenakan Indonesia dan negara di Asia Tenggara lainnya tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk membendung.

Kekurangannya adalah Indonesia dengan adanya aliansi AUKUS tentu keamanan nasional akan terancam jika kemudian negara besar mulai menggunakan pangkalan militer dalam jarak terlalu dekat dengan wilayah Nusantara, Indonesia kemudian akan terseret konflik besar jika Amerika Serikat misalnya berperang dengan RRC kawasan Asia Tenggara akan menjadi arena peperangan. Poin utama disini ialah Indonesia harus memiliki kerjasama keamanan yang seimbang antara negara kawasan Asia tenggara terkait prinsip keamanan seperti apa yang harus disepakati.

Dalam perkembangan membahas keamanan kawasan Asia Tenggara lembaga internasional ASEAN merupakan kunci geopolitik bagus bagi Indonesia untuk masuk membahas isu ini, titik utamanya pertama dan utama semua anggota ASEAN harus mampu diyakinkan akan ide konsep keamanan dari Indonesia yang terlihat tidak mewakili status quo sama seperti sebelum-sebelumnya. Dalam hal ini ide saya adalah Indonesia harus membentuk aliansi keamanan kolektif dengan prinsip tegas mengatur keterlibatan kekuatan negara besar seperti aliansi AUKUS dalam terlibat di kawasan Asia Tenggara, poin utamanya adalah mengatur sedemikian rupa agar negara besar tersebut tidak berbenturan dengan negara besar lain dengan berkonflik maupun masuk terlalu bebas dalam menjalankan politik luar negerinya.

Indonesia dan negara anggota ASEAN yang lain harus mampu merumuskan batasan sejauh apa pengaruh kekuatan besar masuk di kawasan Asia Tenggara sembari memperkuat diri dengan membentuk sistem aliansi kolektif yang saling menopang sesama anggota. Penting sekali saya rasa terkait masalah keamanan kawasan semua anggota ASEAN harus memiliki pandangan yang sama karena jika tidak konsekuensinya adalah kerangka kerja keamanan tidak bisa terbentuk, oleh karenanya poin disini Indonesia sebagai negara dengan kekuatan regional power di kawasan Asia Tenggara harus menjadi motor penggerak inisiasi ide pertahanan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun