Mohon tunggu...
Roudlotul Jannah
Roudlotul Jannah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Airlangga Program Studi Ilmu Informasi dan Perpustakaan

Pecinta cerita dan perjalanan. Mengisi waktu dengan membaca untuk memperkaya pikiran, dan menjelajahi tempat baru untuk menyegarkan jiwa. Selalu mencari inspirasi di setiap langkah dan lembaran.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Keguguran yang Disalahpahami di Media Sosial: Sebuah Potret Rendahnya Literasi Digital di Indonesia

13 Desember 2024   12:33 Diperbarui: 13 Desember 2024   12:33 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kejadian Keguguran yang Viral

Seorang influencer berinisial S baru-baru ini mengejutkan netizen Indonesia dengan unggahan yang mengabarkan kegugurannya di media sosial. Unggahan tersebut langsung menarik perhatian publik dan menjadi perbincangan hangat. Saya, Roudlotul Jannah, mahasiswa Program Studi Ilmu Informasi dan Perpustakaan Universitas Airlangga, akan membahas kasus ini dan memberikan opini pribadi saya.

Unggahan instagram milik S mencuri perhatian publik dan menjadi viral. Banyak orang terkejut dan merasa empati terhadap cerita emosional yang dibagikan S. Namun, di balik empati yang diterima, tidak sedikit juga respon yang sangat tidak sesuai dan menyakitkan. Beberapa pengikut S justru mengucapkan selamat dan menyampaikan kebahagiaan mereka atas informasi yang diunggah. Hal ini sangat tidak pantas mengingat situasi yang sedang dialami oleh S. Kesalahan ini menunjukkan betapa pentingnya kesadaran dalam memberikan respon sesuai dengan situasi yang terjadi.

Kesalahpahaman ini bisa terjadi karena rendahnya literasi digital di kalangan masyarakat dalam bermedia sosial. Banyak orang yang belum sepenuhnya memahami bagaimana membaca dan menganalisis informasi dengan benar, terutama ketika disampaikan dalam bahasa Inggris. Unggahan S yang menggunakan bahasa Inggris mungkin menjadi faktor terjadinya kesalahpahaman dalam mengartikan informasi tersebut, karena tidak semua pengikutnya mahir dalam bahasa Inggris. Hal ini menunjukkan pentingnya peningkatan literasi digital, agar bisa lebih bijak dalam menyaring dan menanggapi informasi yang ada di dunia maya.

Rendahnya Literasi Digital di Indonesia

Literasi digital merupakan kemampuan dalam menggunakan teknologi dengan bijak, terutama internet dan media sosial. Ini mencakup keterampilan mencari informasi, memahami informasi dengan tepat, dan mengetahui bagaimana berinteraksi yang baik di media sosial. Literasi digital ini sangat penting terutama di media sosial karena agar dapat membedakan informasi yang benar dan hoaks, serta menghindari kesalapahaman dalam berkomunikasi. Dengan literasi digital yang baik, teknologi dapat digunakan secara efektif dan aman, serta mengurangi risiko menyebarkan hoaks atau berperilaku negatif di media sosial.

Rendahnya literasi digital di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya keterbatasan bahasa asing. Keterbatasan bahasa khususnya bahasa inggris menjadi hambatan dalam literasi digital di Indonesia, terutama dalam konteks penggunaan media sosial. Sebagian besar konten yang beredar di internet atau media sosial sering kali menyajikannya dalam bahasa inggris. Banyak pengguna yang tidak cukup mahir dalam bahasa inggris kesulitan untuk memahami isi konten atau unggahan tersebut, yang dapat menyebabkan kesalapahaman dalam mengartikan isinya. Oleh karena itu, hambatan bahasa ini memperburuk rendahnya literasi digital dan menghamnbat pemahaman terhadap informasi di internet.

Solusi untuk Meningkatkan Literasi Digital di Indonesia

Rendahnya literasi digital di Indonesia menjadi masalah yang serius. Salah satu solusi untuk meningkatkan literasi digital ialah dengan mendorong kebiasaan membaca yang lebih baik. Kebiasaan ini sebaiknya dimulai sejak usia dini, dengan mengajari anak untuk lebih teliti dalam membaca. Anak-anak perlu diajarkan untuk tidak hanya fokus pada gambar atau judul, tetapi juga untuk memahami pesan yang ingin disampaikan dalam teks. Dengan cara ini, mereka akan terbiasa untuk menganalisis informasi dengan mendalam, sehingga dapat lebih bijak dalam menyaring informasi digital kelak.

Berdasarkan apa yang telah saya sampaikan, saya menyimpulkan bahwa unggahan viral influencer berinisial S mengungkapkan pentingnya literasi digital di media sosial. Meskipun unggahan tersebut mendapatkan banyak empati, kesalahpahaman juga muncul akibat rendahnya kemampuan masyarakat dalam memahami informasi dengan baik, terutama yang disampaikan dalam bahasa Inggris. Rendahnya literasi digital di Indonesia merupakan masalah serius, dan salah satu solusi untuk mengatasinya adalah dengan mendorong kebiasaan membaca yang lebih baik sejak usia dini, agar generasi mendatang dapat lebih bijak dalam menyaring dan menganalisis informasi digital.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun