Krisis air bersih di wilayah urban,khususnya di kawasan pada penduduk seperti Rusunawa Marunda,Jakarta Utara,Telah menjadi masalah yang berkepanjangan. Sejak dua tahun terakhir, warga rusun ini mengeluhkan kesulitan dalam mendapatkan akses air bersih. Hal ini tidak hanya mempengaruhi kualitas hidup mereka, tetapi juga berpotensi menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Dalam esai ini, kita akan membahas penyebab utama dari krisis air bersih di Rusunawa Marunda serta dampaknya terhadap masyarakat
Salah satu penyebab utama dari kesulitan akses air bersih adalah debit air yang disuplai oleh PAM Jaya,perusahaan menyediakan air bersih di Jakarta menurut kepala dinas perumahan rakyat dan kawasan permungkiman (DPRKP) DKI Jakarta, Sarjoko, meskipun suplai air dianggap cukup, kenyataan debit yang diterima oleh warga minim. Hal ini diperparah dengan posisi geografis Rusunawa Marunda yang terletak jauh dari suplai air, sehingga tekanan air menjadi rendah dan sulit memenuhi kebutuhan sehari-hari penghuni.Â
Permasalahan ini semakin rumit dengan meningkatnya populasi dan aktivitas di sekitar Rusunawa. Aktivitas industri dan pendidikan yang kembali normal setelah pandemi COVID-19 menyebabkan lonjakan permintaan air. Dengan jumlah penghuni yang mencapai sekitar 2.000 orang, kebutuhan air bersih menjadi sangat tinggi. Namun, suplai yang ada tidak mampu memenuhi kebutuhan tersebut secara optimal.
Kondisi ini membuat warga harus mencari alternatif untuk mendapatkan air bersih. Banyak dari mereka mengandalkan pengiriman tangki air dari PAM Jaya yang tidak selalu mencukupi kebutuhan harian mereka. Penghuni seringkali harus menunggu lama untuk mendapatkan pasokan air dari tangki yang datang, dan ketika pasokan tiba, seringkali jumlahnya tidak mencukupi untuk seluruh penghuni.
Dampak dari krisis air bersih ini sangat signifikan. Kegiatan sehari-hari seperti mandi, mencuci baju, dan memasak menjadi terganggu. Beberapa penghuni bahkan terpaksa mandi di tempat kerja atau numpang mandi di unit lain yang kebetulan memiliki pasokan air lebih baik. Situasi ini tidak hanya menyulitkan tetapi juga menimbulkan rasa ketidaknyamanan dan kekhawatiran bagi keluarga-keluarga dengan anak kecil.
Krisis air bersih di Rusunawa Marunda juga berdampak pada kesehatan masyarakat. Kurangnya akses terhadap air bersih dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti infeksi saluran pernapasan akibat kebersihan yang buruk dan risiko penyakit lainnya terkait sanitasi. Selain itu, pencemaran lingkungan di sekitar rusun akibat aktivitas industri juga memperburuk situasi kesehatan penghuni.
Pemerintah DKI Jakarta telah mencoba mengatasi masalah ini dengan mengirimkan mobil tangki air sebagai solusi sementara sambil menunggu pembangunan reservoir komunal yang direncanakan akan dibangun di dekat Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Marunda. Meskipun langkah ini diharapkan dapat membantu mengatasi kekurangan pasokan air dalam jangka pendek, banyak warga tetap merasa khawatir apakah solusi tersebut akan cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam jangka panjang.
Dalam konteks ini, penting untuk memahami bahwa krisis air bersih adalah isu kompleks yang memerlukan pendekatan multidimensional. Selain membangun infrastruktur seperti reservoir komunal dan memperbaiki sistem distribusi pipa, diperlukan juga upaya edukasi kepada masyarakat mengenai konservasi air dan penggunaan sumber daya secara bijak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H