“Apa yang kamu sumpahkan? Tanyanya mengancam.
“Demi langit dan bumi ini. Aku bersumpah loncat ke sungai ini. Jika nanti sungai ini berbau wangi, maka aku benar tulus mencintaimu dan salah apa yang kamu pikirkan. Tetapi jika suangi ini keruh dan busuk, niscaya aku bohong kepadamu.” Kata Surati dengan pelan.
Akhirnya dia melompat setelah sekian lama berfikir dalam-dalam. Hingga ia terjun dari ketinggian sungai tersebut.
“Selamat jalan kanda” titahnya.
Sang Pangeran seketika merasakan hal yang aneh telah melakukan istrinya bodoh seperti itu. Lama kemudian air sungai tersebut jernih dan wangi. Sang pangeran tidak menyangka dan menuruni sungai tersebut. Ia mengambil air di telapak tanganya dan menciumnya dengan tulus.
“Wangi… Banyu… Wangi.. Banyu… Wangi.. Sungguh aku telah berdosa. Surati ! Surati ! Surati !” Teriaknya keras setelah sadar bahwa ia memang benar mencintainya.
Ia menyesal telah menuruti nafsunya yang berlebihan. Banterang pun menangis histeris seketika ditinggal oleh Surati. Kemudian sebagai permohonan maafnya ia rela mati jatuh ke sungai itu juga.
Berkat itulah air sungai yang ada di situ disebut Banyuwangi, yang mengandung kata banyu = air dan wangi = harum. Daerah ini sekarang dikenal luas dengan nama Bnayuwangi karena kisah seorang pengabdian Surati kepada suaminya, Banterang.
Nilai yang Terkandung :
1. Nilai Moral. Pada cerita tersebut dipaparkan sebuah kejujuran adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan. Dengan jujur kita akan selamat hidup di dunia. Selain itu, kepercayaan kepada seseorang, menjadi suatu kunci bagaimana suatu masalah dapat diselesaikan. Di dalam cerita tersebut kepercayaan Banterang yang kurang kepada istrinya membuat semua yang ada berantakan hingga akhirnya mereka terjun ke sungai yang sama. Selain itu kita diajarkan sifat baik dalam melakukan suatu hal. Tidak adanya hal kebaikan membuat suatu konflik yang berkepanjangan.