Mohon tunggu...
Rosyidatul Fauziyah
Rosyidatul Fauziyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulislah selagi kamu bisa.

Rosyidatul Fauziyah merupakan mahasiswi S-1 di Universitas Islam Negeri Walisongo, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mahasiswi KKN UIN Walisongo Semarang Nguri-nguri Dolanan Tradisional

7 November 2021   11:16 Diperbarui: 7 November 2021   11:18 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Permainan Cublek-Cublek Suweng/dokpri

AYO DOLANAN, Mahasiswa KKN RDR DR 77 UIN Walisongo Semarang lestarikan permainan tradisional bersama anak-anak pedesaan.
Trend permainan online mulai menyingkirkan keberadaan permainan tradisional. Banyak anak yang lebih memilih bermain gadget daripada bermain permainan tempo dulu. Hal ini sangat miris bila tidak segera ditangani.

Permainan tradisional memiliki segudang manfaat yaitu dapat dijadikan sebagai media pengembangan kemampuan sosial dan komunikasi anak, pelestarian budaya, dan penanaman nilai-nilai hidup bermasyarakat. Jadi, sangat penting untuk menghidupkan kembali kiprah permainan tradisional di era modern ini.

"Zaman telah modern, namun tidak semua hal tatanan kehidupan diubah menjadi gaya modern. Anak-anak tidak seharusnya selalu bermain gadget, sebaiknya mereka dipegangi gadget jika dibutuhkan dalam pembelajaran daring saja. Ketika mereka ingin bermain sebaiknya bermainlah permainan tradisional dengan para temannya." ungkap mahasiswa KKN RDR 77 UIN Walisongo Semarang, Hana Syafitri.

Permainan tradisional memang sangat beragam yaitu dapat kita ketahui beberapa contohnya seperti, petak umpet, cublak-cublak suweng, boi-boian, bekel, lompat tali, singkongan, egrang, engklek, congklak, dan tentunya masih banyak lagi.

Dokumentasi Permainan Engklek/dokpri
Dokumentasi Permainan Engklek/dokpri
Salah seorang anak di kampung itu yang bernama Mutia Rahma mengaku kepada Hana, kalau ia jarang sekali bermain permainan tradisional, ia lebih memilih bermain game online yang katanya lebih seru dan menantang.

Indonesia kaya akan keanekaragaman budaya tapi mengapa anak-anak khususnya di pedesaaan justru mulai terlena dengan permainan online. Hal ini lah yang mendorong Hana Syafitri, untuk menghidupkan kembali permainan tradisional di lingkungan tempat tinggalnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun