AYO DOLANAN, Mahasiswa KKN RDR DR 77 UIN Walisongo Semarang lestarikan permainan tradisional bersama anak-anak pedesaan.
Trend permainan online mulai menyingkirkan keberadaan permainan tradisional. Banyak anak yang lebih memilih bermain gadget daripada bermain permainan tempo dulu. Hal ini sangat miris bila tidak segera ditangani.
Permainan tradisional memiliki segudang manfaat yaitu dapat dijadikan sebagai media pengembangan kemampuan sosial dan komunikasi anak, pelestarian budaya, dan penanaman nilai-nilai hidup bermasyarakat. Jadi, sangat penting untuk menghidupkan kembali kiprah permainan tradisional di era modern ini.
"Zaman telah modern, namun tidak semua hal tatanan kehidupan diubah menjadi gaya modern. Anak-anak tidak seharusnya selalu bermain gadget, sebaiknya mereka dipegangi gadget jika dibutuhkan dalam pembelajaran daring saja. Ketika mereka ingin bermain sebaiknya bermainlah permainan tradisional dengan para temannya." ungkap mahasiswa KKN RDR 77 UIN Walisongo Semarang, Hana Syafitri.
Permainan tradisional memang sangat beragam yaitu dapat kita ketahui beberapa contohnya seperti, petak umpet, cublak-cublak suweng, boi-boian, bekel, lompat tali, singkongan, egrang, engklek, congklak, dan tentunya masih banyak lagi.
Salah seorang anak di kampung itu yang bernama Mutia Rahma mengaku kepada Hana, kalau ia jarang sekali bermain permainan tradisional, ia lebih memilih bermain game online yang katanya lebih seru dan menantang.
Indonesia kaya akan keanekaragaman budaya tapi mengapa anak-anak khususnya di pedesaaan justru mulai terlena dengan permainan online. Hal ini lah yang mendorong Hana Syafitri, untuk menghidupkan kembali permainan tradisional di lingkungan tempat tinggalnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H