"Tuhan, aku nggak tau apa-apa soal dunia ini. Tolong ajari aku bertahan"
Tiba-tiba aja air mata yang udah 10 tahun nggak pernah keluar, kini banjir di bantal. Mungkin kalo orang lain lihat, bakal dikira air liur. Sebulan ini terasa berat buat orang sepertiku. Sebulan ini aku ngerasa hopeless, homeless, dan emptiness. Gila banget pokoknya. Ibadah, makan, mandi dan bahkan sekedar membuka mata rasanya berat banget. Tiap saat tiap waktu rebahan doang. Aku juga kehilangan semangat ke hobiku, yaitu baca komik, nonton anime, nulis, dan nggambar kartun. Sebulan yang cukup berat, dalam kesendirian dengan berbagai kejutan di dalamnya. Â
Nggak ada yang kuharapkan saat ini selain pulang. Tidur dengan nyenyak karena lelah beraktivitas, bukan karena banyak pikiran. Aku juga berharap ibadahku bisa sesemangat dulu, waktu masih SMA. Aku berharap, aku bisa bekerja dengan ikhlas, tanpa memikirkan berapa gaji yang akan diberikan. Aku ingin hidupku mengalir dengan tenang seperti dulu.
#
Nggak tau udah keberapa kalinya aku jadi penunggu kantor penerbitan.Siang, sore, malam, duduk untuk  memperjuangkan tulisanku, "Paper Kites". Orang penerbitan udah minta berkali-kali revisi, sampek cerita ini jauh dari khayalan asliku. Yah, turuti saja, yang penting terbit.
Paper Kites bercerita tentang perempuan yang setia menunggu orang yang dicintainya pulang. Perempuan itu selalu menunggu di dermaga. Berharap sosok itu datang  demi melepas kerinduan. Namun, takdir selalu punya kejutan. Sosok yang ditunggu sampai menua di dermaga tak pernah datang hingga si perempuan dijemput takdir selanjutnya.
#
Cerita ini terinspirasi dari film yang sangat aku suka. Judulnya Di Bawah Lindungan Kakbah, yang diperankan oleh Harjunot Ali, aktor favoritku. Dimana si perempuan (Laudya Cinthya Bella) menunggu orang yang dia cintai sampai sakit-sakitan dan meninggal di pinggir pantai.
#
Jujur saja, aku jarang sekali menulis tentang romance. Menurutku banyak sekali cerita romance yang membosankan dan tidak sesuai kenyataan. Ah, tapi ini pendapat pribadi. Aku menyukai cerita horor, kemampuan berkhayalku lebih baik dari kebanyakan orang, sehingga stok cerita fiktif dan horor menumpuk di file komputer. Namun, tak satupun yang selesai. Bukan karena malas, tapi karena ide cerita tiba-tiba hilang di tengah jalan dan tak sanggup otakku mengubah cerita agar lebih plot twist.
Dari kegagalanku, aku jadi berikir, di dunia ini banyak sekali kesamaan antara manusia satu dengan yang lainnya. Yang paling menonjol, kesuksesan banyak mengerumuni oleh orang-orang yang berani tampil beda. Mengambil lebih banyak resiko, dan tahan omongan orang. Meski begitu, menurutku jadi orang yang biasa-biasa saja tidak ada salahnya. Hidup damai, tanpa tekanan, makan dengan nyaman, dan beribadah dengan tenang.