Mohon tunggu...
rosyida nuril izzati
rosyida nuril izzati Mohon Tunggu... -

asli Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sempurnaku Karenamu

9 Desember 2014   13:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:43 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hidup itu memang susah, tapi tetaplah jalani dengan senang hati”, kalimat itu yang sejak dulu aku tanamkan pada diriku karena aku pecaya bahwa semua pasti ada hikmahya dan ujian yang diberikan Tuhan pasti sesuai dengan kemampuan kita. Tuhan tidak akan memberi cobaan seorang hamba yang melebihi kemampuannya. Prinsip itulah yang selalu aku tanamkan sejak dulu.

Aku adalah seoran laki-laki sederhana yang hidup bertiga di sebuah gubuk kecil ang hanya memiliki dua kamar didalamnya. Aku tinggal bersama dengan bidadari dan mutiara kecilku yang sangat aku sayangi dan aku banggakan. Namaku adalah Andi Irawan, semua teman-temanku serta keluargaku memanggilku Andi. Pekerjaanku adalah sebagai karyawan disebuah perusahaan di dekat gubukku. Aku senang dengan hidupku sekarang, karena mengingat bahwa gaji yang aku peroleh cukup untuk menghidupi bahtera rumah tanggaku.

Pagi ini aku terbangun dengan suasana hati yang sangat baik sekali. Pagiku aku sapa dengan bulan sabit yang terlukiskan di bibirku. Aku sangat senang dan bahagia. Tak luput aku menyapa pendamping hidupku orang terhebat di dalam kehidupanku dengan sebuah senyuman dan kecupan. “Hari ini akan menjadi hari tehebat dalm hidup kita”, bisikku kepada istriku dengan mesra. Istriku membalas senyumanku dengan senyuman manis yang tergambar dibibir merahnya itu.

Hari ini aku berangkat ketempatku mengais rezeki dengan sangat senang dan penuh semangat. Hari ini merpakan hari terbaikku, hari dimana hidupku akan berubah untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Peristiwa yang ku nanti-nanti akan benar-benar terjadi, peristiwa dimana aku akan mejadi karyawan tetap di perusahaan tempatku mencari rezeki setelah dua tahun aku bekerja sebagai karyawan tidak tetap dengan gaji yang sedikit. Namun hal itu akan berubah, karena dari titik inilah kehidupanku yang serba pas-pasan akan menadi lebih baik.

Pagi…” sapaku dengan melebarkan senyuman kepada rekan kerjaku yang lalu-lalangaku temui di dalam perusahaan. Entah mengapa, hari ini senyumanku dan wajah bahagiaku tak pudar sedikitpun, sungguh aku sangat bahagia.

ndi, semua karyawan disuruh kumpul. Katanya ada pengumuman penting”, ujar rekanku sambil menepuk pundakku.

owh iya.. terimakasih”, sambarku

Yes, inilah saat yang aku nanti-nantikan sejak tadi pagi. Aku akan diangkat menjadi karyawan tetap denga gaji yang lebih banyak dari sebelumnya. Hidupku akan mlai berubah.hatiku sngat berdebar-debar, hatiku bersorak gembira seakan-akan ingin meloncat-loncat.

Lututku terasa lemas, dadaku sagat sesak, kepalaku sangat using, dan lama-kelamaan apa yang aku lihat semakin buram. Dan..

Braaaakkkkk….

Aku tersungkur, kesadaranku mulai hilang. Yang kulihat hanyalah banyak orang yang berjalan kepaku dan berbicara susuatu yang aku sendiri tak begitu jelas dan mengerti maksudnya. Setelah sekian menit telah berlalu aku mulai membuka mataku, aku bingung apa yang terjdi. “aku ada dimana?”, aku melontarkan pertanyaan pertama yang muncul dari mulutku kepada rekanku yang berda disampingku. Kemudian ia mulai menceritakan peristiwa yang terjadi sebelum ku tak sadarkan diri.

Aku benar-benar tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, bukankan hari ini adalah hari yang baik untukku. Namun kenapa kenyataannya sesuatu yang sebaliknya terjadi. Aku tidak menjadi karyawan tetap dalam perusahaan tersebut, akan tetapi aku malah dipecat dari persahaan tersebut. Aku merupakan salah satu dari puluhan karyawan yang mengalami PHK. Aku sangat kaget dan tak menyangka hal ini akan terjadi.

kenapa sudah pulang sayang?” sebuah pertanyaan yang terlontar dari bibir mera bidadariku. Akpun langsung memeluknya erat. Berharap semua hal yang aku alami hari ini tidak penah terjadi. Aku pun menceritakan kepada istriku bahwa hari ini perusahaan melakukan PHK ke beberapa karyawannya dan aku adalah salah satunya.

Hari demi hari telah berlalu, beberapa perusaaan telah kulangkahi. Akan tetapi belum ada yang menerimaku sebagai karyawan. Dan hari ini aku sangat lelah karena telah berjalan kebeberapa perusahaan, akhirnya aku memutuskan untuk pulang serta istirahat sejenak. “dia tidak berguna ya, sudah pengangguran miskin pula. Iya si Andi itu sangat payah”. Seketika aku diam dan termenung sejenak mendengar kalimat-kalimat itu secara tidak sengaja dibalik jalan yang akan kulalui.

Ku paksakan melangkah dan tersenyum ketika melewati kerumunan ibu-ibu tersebut. Meski hatiku sakit dan akupun sangat mara kepada mereka semua. Setibanya dirumah, kalimat-kalimat tersebut selalu ku ingat dan aku pikirkan. “Apa aku seperti itu, apa aku memang tidak berguna”, pikiran tersebutlah yang selalu menghampiriku dan seketika itupun aku langsung marah, sedih, dan tak bisa memikirkan hal lainnya. Hingga satu minggu telah berlalu, tapi aku tetap memikirkannya. Bidadariku datang meghampiriku dan memelukku, iya berkata bahwa semua itu adalah kebohongan semata, kamu adalah yng terbaik. Semua perkataan istriku tidak bisa aku pahami, aku tak mengerti apa maksudya. Yang bisa ku pikikan hanyalah perkataan-perkataan ibu-ibu yan aku temui seminggu yang lalu.

Sudah dua minggu sejak kejadian tersebut. Entah kenapa perkataan-perkataan itu tidak pernah hilang sedikitpun dari pikiranku. Hari demi hari telah berlalu, setiap bangun tidur aku selalu sedih dan hatiku bergejolak ingin marah. Dan setiap bangun tidur tersebut, istriku aka langsung memelukku dan menenangkan aku. Selam ini yang aku lakukan hanyalah dirumah dan dirumah saja. Aku enggan untuk keluar dari tempat teramanku meskipun istriku berulang kali menyuruhku. Semua orang diluar sana jahat, semua tega kepadaku, begitulah aku menilai orang-orang yang ada diluar sana. Semakin lama keadaanku semakin memburuk, kadang aku mendadak pergi ke kamar dan menutup pintu kamar ketika ada tamu yang berkunjung kerumahku. Melihat reaksiku demikian, istriku mulai khawatir dengan keadaanku. Ia kemdian berkonsultasi dengan seorang konselor untuk mengetahui apa yang terjadi denganku. Dari apa yag aku ceritakan kepada beliau, beliau mengatakan bahwa aku tengah mengalami gangguan skizofren.

Beliau memberitahuku apa yang seharusnya istriku lakukan untuk suamiku, langkah apa yang harus ia kerjakan. Ia pun mengikuti apa yang disarankan oleh koselor tersebut. Setiap kali aku menjauhi orang lain, ia kerap langsung menghampiriku dan bertanya kepadaku. Kami pun kemudian berbicara banyak hal yang menurut ia jawabanku sangatlah tidak masuk akal (irrasional) dan ia menembakku dengan pertanyaan-pertanyaan kembali yang membuat serta menuntunku untuk berfikiran rasional. Ia menyuruhku untuk secara perlahan namun pasti untuk bersosialisasi kembali dengan orang lain.

Aku yang kala itu tidak bisa mempertahankan pendapat irrasionalku, sedikit demi sedikit mulai melangkah keluar rumah dan berbicara dengan oran lain. Istriku selalu mendorongku dan memperkuat langkahku. Setelah sekian hari aku memaksakan diriku untuk bersosialisasi, aku menyadari bahwa ada orang yang ramah dan peduli terhadapku. Apa yang selama ini aku pikirkan tentang orang lain tidak semuanya benar, banyak dari mereka yang ramah dan baik hati.

Hari-hari telah berlau, aku sekarang telah bisa melewati hari-hariku seperti biasanya. Dan aku kembali melamar pekerjaan di beberapa perusahaan. Ada sebuah perusahaan memanggilku untuk melakukan interview. Dan dari hasil interview yang telah aku lakukan, aku diterima menjadi karyawan tetap di perusahaan tersebut. Tidak hanya itu, aku kini mendapatkan jabatan diatas karyawan biasa. Semua yang ku lalui ini tidak lain karena support dari bidadariku. Bidadari yang selalu menghiasi hari-hariku. Bidadari yang membuat hidupku sempurna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun