Masalah penanggulangan sampah yang terjadi di tengah masyarakat memang sudah ada sejak dahulu, tetapi lambat laun masalah ini perlu mendapat perhatian lebih jauh. Tanpa disadari kian hari sampah tersebut semakin banyak dan menumpuk sehingga banyak memunculkan dampak negatif tidak hanya pada lingkungan yang menjadi tidak enak dipandang tetapi juga bisa menimbulkan berbagai kejadian berbahaya yang menyerang manusia. Dari merebaknya penyakit menular seperti diare, demam, dan infeksi kulit yang disebabkan oleh penumpukan sampah yang tidak ditanggulangi dengan baik yang mengakibatkan pencemaran air dan munculnya hewan-hewan kotor seperti lalat dan tikus, sampai kepada kasus yang lebih besar yaitu pernah terjadi ledakan pada TPA Leuwigajah di Bandung tahun 2005 silam. Kejadian ledakan itu mengakibatkan tumpukan sampah di TPA menjadi longsor dan menimbun puluhan rumah warga kampung sehingga menimbulkan kekacauan dan kerusakan yang tidak sedikit.
Kurangnya kesadaran masyarakat dalam menciptakan kebersihan lingkungan, juga keterbatasan lahan untuk pengumpulan dan pembuangan sampah akhir sementara seiring berkembangnya waktu jumlah penduduk semakin bertambah dan begitupun jumlah sampah rumah tangga yang semakin melonjak kian harinya, dan ketidaktahuan masyarakat tentang pengetahuan mengenai penanggulangan atau pemanfaatan dan pengelolaan sampah rumah tangga itu sendiri yang sebenarnya sangat diperlukan. Masih banyak masyarakat yang dalam pengelolaan sampahnya sendiri melakukan pembakaran, hal ini tentu memunculkan masalah baru yaitu terjadinya pencemaran udara di sekitar lingkungan setempat akibat pembakaran sampah yang menghasilkan senyawa karbondioksida dan metana. Tak jarang warga membakar sampah di depan halaman rumahnya tanpa diawasi dan ditinggalkan begitu saja, hal ini juga bisa menimbulkan hal yang lebih berbahaya lagi yaitu menjalarnya api yang masih menyala ke sekitar rumah.
Tentunya, setiap rumah tangga akan menghasilkan yang namanya sampah rumah tangga, termasuk sampah organik. Sampah organik meliputi sisa makanan, sayuran, buah-buahan ataupun hijauan lainnya. Yang membedakan sampah organik dengan sampah anorganik adalah terdapat kandungan karbon dan ikatan hidrogen yang membuat sampah organik mudah terurai oleh bakteri secara alami dan berlangsung secara cepat.
Sampah organik dapat mengalami dekomposisi atau yang disebut juga dengan pelapukan dan akan terurai menjadi bahan yang tidak berbau dan lebih kecil ukurannya, hal inilah yang disebut dengan kompos. Kompos merupakan hasil dari proses pelapukan bahan-bahan organik yang prosesnya dipercepat dengan bantuan manusia. Selain itu, kompos merupakan pupuk organik yang sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi bidang pertanian baik dari segi kuantitas maupun kualitas, kompos juga merupakan jenis pupuk yang ramah lingkungan, selain itu bahan untuk pembuatan kompos tidak perlu mengeluarkan biaya karena didapatkan sendiri dari masyarakat. Dalam penggunaan untuk jangka waktu yang lama, kompos yang dihasilkan dari bahan organik tidak akan merusak tanah sehingga aman untuk digunakan pada tanaman. Selain ramah lingkungan, hasil kompos juga memiliki kandungan unsur hara yang sangat dibutuhkan oleh tanaman sehingga cocok untuk digunakan pada kegiatan bercocok tanam. Unsur-unsur organik pada kompos juga dapat mempertahankan struktur tanah sehingga mudah diolah dan banyak mengandung oksigen. Hal tersebut dapat terjadi karena tanah lebih banyak menahan air sehingga unsur hara akan terlarut dan lebih mudah diserap oleh bulu akar tanaman.
Banyak masyarakat yang tidak menyadari pemanfaatan pupuk kompos dari sampah rumah tangga ini, nantinya penggunaan kompos bisa digunakan dan dimanfaatkan oleh warga untuk menanam sayuran atau buah-buahan sebagai pasokan makanan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain itu, dalam pembuatan kompos maka dapat mengurangi jumlah sampah yang dibuang dan juga memiliki nilai ekonomis. Sehingga dapat dikatakan pengolahan sampah organik rumah tangga menjadi kompos memiliki manfaat ganda, yakni mengatasi masalah sampah rumah tangga, sekaligus mendapatkan pupuk organik yang bermutu.
Pembuatan pupuk kompos organik dapat dimulai dari memotong bahan-bahan menjadi bagian-bagian kecil dengan tujuan agar mempercepat proses pembusukan dan bisa segera digunakan, kemudian sampah organik, larutan gula, dan air dituangkan dan dicampur merata ke dalam baskom/wadah sampai menutupi sampah organik, lalu EM4 dituangkan ke dalam wadah yang sudah terdapat sampah organik, kemudian disimpan di tempat yang tidak terjangkau sinar matahari dan tertutup rapat, dan sekitar 4-6 minggu sampah akan terurai sehingga pupuk kompos pun siap digunakan.
Didapatkan kesimpulan bahwa pengetahuan dan ilmu terkait penggunaan kembali sampah organik rumah tangga menjadi kompos sangat diperlukan oleh lebih banyak masyarakat. Selain untuk mengurangi jumlah sampah rumah tangga dan menjadikannya berguna untuk hal yang lain seperti untuk pupuk tanaman dalam kegiatan bercocok tanam, dengan melihat potensi sumber daya yang ada di sekitar lingkungannya, sampah organik yang tadinya tidak berguna bisa menjadi nilai yang berharga bahkan bernilai jual. Seiring berkembangnya zaman, mungkin banyak pihak berpikir apa gunanya memanfaatkan kembali sesuatu yang sedari awal tidak memiliki nilai. Tetapi justru hal seperti inilah yang perlu diajarkan kepada masyarakat, karena dengan adanya pengetahuan terkait penggunaan kembali sampah organik, masyarakat dapat melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda dan mendapatkan banyak manfaat baik untuk kehidupannya sendiri maupun orang banyak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H