Mohon tunggu...
Healthy Artikel Utama

Angka Kematian Ibu Melahirkan di NTT Masih Tinggi

11 Desember 2017   16:58 Diperbarui: 13 Desember 2017   04:33 3267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Kompas.com

Tak bisa dipungkiri, Ibu adalah sosok perempuan yang paling berjasa dalam kehidupan seorang anak. Ibu mengambil peranan penting dalam menentukan kemajuan generasi di masa mendatang. Sehingga dalam pengelolaan kesehatan, ibu menjadi salah satu bagian keluarga yang harus diprioritaskan dan mendapat perhatian khusus. 

Oleh karena itu, Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator yang peka untuk menggambarkan kesejahteraan masyarakat. Kematian Ibu menurut definisi WHO adalah kematian selama masa kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan/cedera.

Menurut hasi Survey Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2007, angka kematian ibu melahirkan di NTT sangat tinggi yakni sebesar 306 ibu dari 100.000 kelahiran bila dibandingkan dengan angka kematian nasional yakni 228 ibu dari 100.000 kelahiran. (health.liputan6.com) Provinsi NTT sendiri merupakan provinsi yang cukup miris dikarenakan ketertinggalannya di berbagai aspek, tapi sering tidak dilirik oleh pemerintah atau masyarakat Indonesia. Sehingga harapan satu-satunya adalah keajaiban Tuhan. Salah satu aspeknya adalah tingkat kesehatan yang rendah khususnya tingkat kematian Ibu yang tinggi.

Ada banyak faktor yang memengaruhi hal tersebut. Mulai dari kondisi geografis NTT dengan iklimnya yang kering serta jenis tanahnya yang tidak semua tanaman bisa tumbuh subur di atasnya atau dalam kata lain gersang.

 "NTT itu bukan tanah berbatu melainkan batu bertanah" ujar Ibu Rulik, tenaga medis yang pernah ditugaskan di NTT pada 17 tahun silam. 

Kondisi geografis tersebut tentu memengaruhi ketersediaan air bersih di Kepulauan Sunda Kecil. Pada Oktober 2017, sebanyak 16 dari 22 Kabupaten di NTT mengalami krisis air bersih (pressreader.com/Indonesia/kompas). Warga bersusah payah mendapatkan air sisa yang mengendap pada sumur atau pada embung, yaitu wadah penampungan air hujan. Jika sangat mendesak, mereka terpaksa membeli air dengan harga yang sangat mahal atau berebut mengambil air dari sumbernya seperti danau yang terletak sangat jauh di pedalaman. Sangat miris bukan?

Selain aspek fisik berupa geografis, aspek kependudukan seperti tingkat pendidikan, jenis pekerjaan penduduk, dan karakter yang melekat pada setiap orang juga turut memengaruhi tingkat AKI di NTT. Menurut Sensus Penduduk pada tahun 2010, 31% penduduk di NTT hanya menamatkan pendidikan Sekolah Dasar, selebihnya tidak tamat SD atau bahkan belum pernah mengenyam bangku pendidikan, hanya sebagian kecil yakni 2% yang bisa merasakan bangku universitas. (sp2010.bps.gp.id) Masyarakat di NTT pun menjadi minim wawasan terutama tentang pencegahan kematian ibu.

Selain itu, tingkat pendidikan juga memengaruhi jenis pekerjaan yang bisa dilakukan oleh penduduk NTT. Yang cukup mengejutkan, dari 72% penduduk yang bekerja, 57% bekerja sebagai petani padi dan palawija. Padahal, kondisi geografis NTT kurang berpotensi untuk dijadikan lahan pertanian. (sp2010.bps.go.id) Hal ini juga berpengaruh pada tingkat kesejahteraan masyarakat dimana NTT menduduki peringkat ketiga setelah Papua dan Papua Barat dalam tingkat kemiskinan tertinggi se-Indonesia (bps.go.id)

Ketika penduduk miskin maka kebutuhan sehari-hari tidak akan pernah terpenuhi. Penduduk menjadi tidak mampu untuk mengakses berbagai macam fasilitas. Menurut anggapan mereka, biaya pendidikan terlalu mahal. Begitu pula dengan harga barang makanan sehingga gizi mereka, khususnya bagi Ibu hamil menjadi tidak terpenuhi. Sehingga memperbesar kemungkinan kematian ibu.

"Penduduk di NTT baru akan pergi ke tempat berobat apabila penyakitnya sudah parah." Ibu Rulik menambahkan. "Ketika ada penyuluhan dari tenaga ahli, masyarakat cenderung sulit untuk diajak berpartisipasi."

Karena medan yang sangat berat, penduduk di NTT tidak dapat dengan mudah mengakses fasilitas kesehatan. Masih ada penduduk yang lebih mempercayakan persalinannya kepada dukun beranak dan semacamnya daripada tenaga kesehatan yang berwenang.  NTT mendudukiperingkat 3 terbawah dalam pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun