Mohon tunggu...
Gaya Hidup

Konvoi Saat UN? Udah Gak Kekinian!

13 April 2016   11:58 Diperbarui: 13 April 2016   14:46 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendengar kata-kata UN, memang sudah tidak asing lagi bagi kita. UN merupakan sebuah agenda tahunan yang diadakan sekali dalam setahun oleh pemerintah. Kegitan UN ini dilakukan sebagai upaya dalam melakukan evaluasi standar pendidikan dan persamaan mutu untuk tingkat pendidikan antar daerah, baik itu untuk pendidikan dasar dan pendidikan menengah. (1)

UN identik dengan kata LULUS. Ya, LULUS merupakan satu kata yang sangat dinanti-natikan oleh peserta didik setelah menempuh Ujian Nasional yang dianggap akhir dari sebuah penantian dari perjuangan selama menempuh kegiatan pembelajaran di sekolah.

Bukan menjadi rahasia umum lagi ya, bahwa kelulususan ini banyak disambut dengan aksi negatif. Salah satunya LULUS identik dengan “TRADISI KONVOI”. Kepolisian dan pihak sekolah sebenarnya sudah melarang para pelajar untuk berkonvoi ketika merayakan kelulusan. Tetapi larangan tersebut masih saja tidak di indahkan, karena masih ada saja pelajar yang nakal melakukan konvoi.

Gambar (2) [caption caption="Sumber: antaranews.com"][/caption]Tradisi konvoi menurut mereka, dijadikan sebagai bentuk untuk berekspresi meluapkan kegembiraan atas pengharapan mereka (kepuasan jiwa) yang terealisasikan usai pelaksanaan UN. Padahal kenyataannya, ketika mereka melakukan aksi ini, hasil ujian belum diumumkan. Tak cuma itu, konvoi juga dibarengin dengan aksi corat-coret seragam sekolah dengan cat pilok dan spidol, baju seragam yang dicorat-coret ini nantinya akan dipajang didalam kamar sebagai kenang-kenagan.

Aksi foya-foya seperti ini sebenarnya tidak perlu dilakukan, karena sesungguhnya aksi ini dikategorikan sebagai perilaku menyimpang dan tidak untuk dijadikan sebuah kebiasaan secara turun temurun. Karena jauh dari nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Aksi ini tidak hanya merugikan diri sendiri, tetapi merugikan dan mengganggu kenyamanan orang lain. Contohnya saja, banyak terjadi kecelakaan laulintas, kemacetan, memancing bentrok akibat tidak tertibnya pelajar ketika berkonvoi.

Coba deh, untuk pelajar yang merasa kekinian. Tinggalkanlah aksi seperti ini. Lakukan kegiatan yang lebih bermanfaat, jangan hanya sebagai ajang gengsi. Lihat dimana letak sisi positifnya, apakah ada? Tentu tidak ada sama sekali, karena tidak ada yang dapat dipelajari. Yang terlihat hanyalah buang-buang uang, tenaga, dan tidak memiliki manfaat sama sekali. Banyak ko hal yang bisa dilakukan dan tentunya lebih bermanfaat, bukan hanya untuk diri sendiri tapi untuk orang lain juga. Misalnya saja, berkumpul dengan keluarga, melakukan do’a bersama, liburan ke tempat-tempat wisata (refresing), hunting foto, mengadakan acara kecil-kecilan dengan sahabat, atau dengan menyumbangkan seragam sekolah untuk calon peserta didik yang kurang mampu.

Yang menjadi catatan  adalah bagaimana pihak sekolah, kepolisian, dan para orang tua bekerja sama dalam menangguli aksi ini. Khususnya pribadi para peserta didik untuk sadar diri dengan apa yang dilakukan.

Nah, bagi pelajar kekinian yang sudah mengikuti UN tahun ini. Jangan sampai ada aksi seperti ini lagi ya, jangan sampai merayakan kegembiraan dengan cara berlebihan dan tidak berguna. Tebarlah hal-hal positif, LULUS setelah UN bukan berarti perjuangan sudah selesai, karena didepan masih ada pendidikan yang lebih tinggi lagi yang akan kalian jalani.

referensi :

 (1

 (2

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun