Mohon tunggu...
Rosydhan Arby
Rosydhan Arby Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Penelitian Berdasarkan Ekspektasi

19 Juni 2015   21:06 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:38 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pendekatan Terhadap Ontologi Arsitektur Terhadap Langgar Dhuwur Yogyakarta

           

Yang telah dijelaskan bahwa dalam penelitan ini, peneliti mencoba untuk memakai satu pendekatan yang lebih ke-arsitekturnya, karena memang ini sangat berkaitan dengan makna sebuah konsep arsitektur islam. Maka dalam pendekatan ini memakai pendekatan ontologi yang memahami sebuah makna yang mungkin bisa dipecahkan untuk dapat mengetahui kenapa shingga terjadinya konsep dua langgar dhuwur yang telah dijelaskan diatas.

Ontologi secara ringkas membahas realitas atau suatu entitas dengan apa adanya. Pembahasan mengenai ontologi berarti membahas kebenaran suatu fakta. Untuk mendapatkan kebenaran itu, ontologi memerlukan proses bagaimana realitas tersebut dapat diakui kebenarannya. Untuk itu proses tersebut memerlukan dasar pola berfikir, dan pola berfikir didasarkan pada bagaimana ilmu pengetahuan digunakan sebagai dasar pembahasan realitas. Maka dari itu penilit mencoba untuk memberikan sutu pandangan mengenai makna apa yang sebenarnya ada pada logika untuk dapat mendapatkan konsep tersebut.

Pada penelitian ini, peneliti mendapatkan ada dua alasan kenapa ini bisa dikonsepkan. Pertama ialah langgar dhuwur terkonsepkan karena adanya pengaruh Islam, dan yang kedua terkonsepkan karena adanya kebutuhan para penghuninya. Tetapi untuk yang konteks yang kedua ini, memang di bagi lagi menjadi dua, kalau di langgar dhuwur di celenan, memang adanya langgar dhuwur yang dirancang sebagai tempat Ibadah yang memenuhi kebutuhan keluarga dan para pekerja perak. Kedua langgar dhuwur yang berada di Purbayan, memang adanya konsep rancangan yang memenuhi kebutuhan hanya dalam kompleksitas keluarga dan Masyarakat di sekitar tanpa adanya suatu penyatuan fungsi ruang yang sama, seperti yang berada di langgar dhuwur celenan. Selain daripada itu langgar dhuwur ini sengaja dirancang, memang memberikan pandangan secara kerohanian, karena adanya suatu pandangan Islam mengenai pelaksanaan Ibadah lima waktu, sesibuk apapun manusia tetap harus menjalankan Ibadah lima waktu yang sudah di wajibkan dalam Al-Quran, dan kontekstual ini diaplikasikan melalui pemaknaan konsep bangunan langgar dhuwur tersebut. Maka pada kesimpulanya bahwa langgar dhuwur ini dirancang sesuai dengan kebutuhan para penghuni yang memang tidak sempat untuk datang ke Masjid karena tugas sebagai pekerja dan mungkin tugas lain yang tidak bisa ditinggalkan karena adanya keterkaitan dengan huniannya.

 (tetapi Penelitian ini baru ekspektasi sementara)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun