Rupanya Bangsa ini harus mencari identitasnya sebagai bangsa yang benar-benar kuat dan punya arahan sebagai bangsa punya suatu identitas. Menurut Anthony D. Smith Bangsa adalah suatu komunitas manusia yang memiliki nama, menguasai suatu tanah air, memiliki mitos-mitos dan sejarah bersama, budaya politik bersama, perekonomian tunggal, dan hak serta kewajiban bersama bagi semua anggotanya.
Dalam artiannya bangsa ini benar-banar harus punya kekuatan secara rasional budaya sehingga identitas itu muncul dalam kepatrian bangsa yang sudah tertanam sejak lama sebelum bangsa ini menamakan bangsanya. Selain itu yang kita ketahui bahwa ekonomi ialah salah suatu kekuatan bangsa sebagai bangsa yang maju dan benar-benar bisa mencukupi kebutuhan masyarakat yang hidup dalam bangsa ini.
Pembangunan Ekonomi mengacu pada proses perubahan dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Jika ada beberapa daerah terpencil mengalami pembangunan, itu tidak berarti bahwa seluruh negara sedang mengalami perubahan. Pembangunan ekonomi hanya mencakup perubahan ke tingkat aktivitas ekonomi yang lebih tinggi. Menurut Michael. P. Todaro, pembangunan harus dipahami sebagai suatu proses multi-dimensi yang melibatkan perubahan besar dalam struktur sosial, sikap populer dan lembaga rasional percepatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan kesenjangan dan pemberantasan kemiskinan absolut.
Maka yang harus kita pikirkan ialah bagaimana pembahasanya mengenai instrumen pembangunan yang objektif bukan seubjektif, apalagi mengenai kepentingan satu pihak dan pihak tersebut ialah pemimpin Negara. Ini yang menjadi permasalahan dan harus di takutkan sebagai masyarakat bangsa yang punya keprihatinan terhadap tersendatnya pembangunan di Indonesia.
Jokowi dan Jusuf Kalla ialah pemimpin Negara pada saat ini, pemimpin yang menurut penulis ialah pemimpin yang juga banyak janji, banyak di intervensi dari pihak internal (Parpol) dan juga banyak di besar-besarkan oleh media. Sehingga hanya luar biasa di mata kamera tapi tidak di mata bangsa. Jokowi yang dulunya berkiprah sebagai pembisnis walaupun bisnisnya hanya bisnis yang tidak terlalu besar di bandingkan dengan wakilnya Jusuf kalla, yang begitu luar biasa bisnisnya di Sulawesi Selatan sampai ke Jawa hingga sampai ke luar Negri.
Tetapi dalam penulisan ini tidak membahas bagaimana kekayaan dari dua pemimpin bangsa ini yang dulunya sebagai pembisnis tetapi bagaimana pemahaman bisnisnya yang di takutkan, jikalau di bawa sampai ke ranah kebijakan Negara. Hakikatnya orang yang punya pemahaman bisnis selalu akan terbawa dalam konteks keuntungan tetapi keuntungan dalam sisi individualistis dan mudah-mudahan bukan Jokowi dan Kalla sebagai pemimpin Negara ini.
Salah satu contoh ketika Jokowi mempresentasikan mengenai apa yang ada di bangsa ini di forum KTT APEC di Beijing pada waktu itu, memang benar-benar punya suatu nilai yang berharga di mata Internasional, sehingga dinilai oleh para pengamat, salah satunya ialah Efendi Gazali, beliau menyebutkan bahwa Jokowi sangat luar biasa dan to the point dalam menyampaikan suatu presentasi dengan bahasa Inggris mengenai apa yang bangsa Indonesia punya dan yang akan dikembangkan dalam sisi pembangunan.
Menurut pandangan tersebut, Jokowi sudah menaruh gula dalam sarang semut. Yang berarti bahwa Jokowi sudah mengundang secara terbuka untuk para investor-investor asing untuk masuk ke bangsa ini demi membuka peluang usahanya yang akan ada transaksi dalam konteks bisnis, dalam istilahnya kamu kasi apa? Aku kasi apa? Inilah yang di sebut dalam transaksi bisnis politik yang akan mementingkan suatu pihak yang berwenang, mau Pak Jokowi sendiri atau Bunda Partainya dan sekaligus partainya. Waullahualam Bissawaab
Jangan kita hanya terhanyut dengan nuansa dinamika politik yang di bangun oleh para politikus-politkus dimedia-media yang sengaja hanya mencari keuntungan dalam kepentingan mereka sendiri. Yang sementara ini bergulirnya berita yang mengenai reshuffle kabinet Indonesia Hebat, dan juga masalah-masalah mengenai unsur-unsur politik, mengenai porstitusi dikalangan artis dan lain sebagainya.
Pak Jokowi dengan kebanggan Nawa Cita-nya sampai saat ini, apa yang telah di buat untuk konsep nawa citanya?? Spertinya belum tersampaikan dan yang disebutkan belum terlaksana dengan apa yang telah di ombar-ombarkan sebelum di lantik menjadi Persiden di Negara ini. RPJMN yang telah di susun dengan ratusan lembar tetapi apakah sudah terlaksana?? Dirsakan hanya membosankan dengan begitu banyak lembaran kertas yang ada di dalam buku RPJMN tersebut, tetapi belum sama sekali terlaksana secara segnifikan. Silahkan para pembaca memikirkan apakah janji yang telah di janjikan dengan konsep Nawa Citanya sudah terlaksana?? Jangan-jangan konsep Nawa Citanya hanya terbatas menjadi konteks bayangan abstrak dengan roh pengaplikasianya di manfaatkan oleh para-para pembisnis yang datang ke Indonesia untuk menjadikan sebagai bahan acuan yang akan menguntungkan beberapa pihak. Harapan kami bahwa bapak Persiden bukan orang yang kecil hatinya tetapi yang diharapkan hati yang besar yang bisa menerima kritik, menerima saran dan aspirasi kami sebagai rakyatnya dan juga yang diingikan bisa membangun bangsa ini dengan keikhlasan beliau sebagai pemimpin Negara bukan sebagai petugas Partai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H