Mohon tunggu...
Rosya Mawaddah Susanto
Rosya Mawaddah Susanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Rosya

Rosya Mawaddah S PBS A UIN MALIKI MALANG

Selanjutnya

Tutup

Diary

My hero

3 Maret 2022   21:10 Diperbarui: 3 Maret 2022   21:20 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosok wanita dengan tinggi 156, tubuh yang terlihat kurus, kulit putih, mata belok dengan bibir tipis dan senyum yang cantik. Ya, Dia adalah ibuku, sosok wanita yang mengandungku 9 bulan lamanya, mengasuh ku sedari kecil hingga aku tumbuh menjadi seorang remaja. Ibuku merupakan wanita terkeren yang pernah kujumpai selama ini, ibuku mendidikku dengan gayanya yang sangat tegas, serius, tak jarang ibuku juga memaarahiku karena kenakalanku. Bercerita mengenai ibu, aku teringat sebuah kejadian masa kecilku yang tak akan pernah aku lupakan. Pada saat itu sedang musim laying-layang, dengan usiaku yang masih duduk di bangku sekolah dasar, aku pun ingin seperti temanku yang juga bermain laying-layang disore hari.

Suatu Ketika pukul 11 siang, sekolahku telah usai, akupun bergegas pulang dengan penuh semangat, akupun keluar kelas kemudian menuju gerbang dan mencari-cari ibuku, karena pada saat itu aku pergi ke sekolah diantar oleh orang tuaku. Sesampainya dirumah, ibuku memintaku untuk segera mencuci tangan dan kaki, kemudian memintaku untuk mengganti seragamku dengan baju biasa, dan memintaku untuk segera tidur siang. Tetapi, karena kenakalanku pada masa itu, akupun tidak mengindahkan perintah ibuku, Ketika ibuku telah lelap dalam tidur siangnya, aku pun segera mengambil uang di dompet ibuku, kemudian dengan sangat berhati-hati aku membuka pintu dan pergi secara diam-diam untuk membeli layang-layang, dan bermain bersama teman-temanku.

Tak terasa adzan pun berkumandang, yang menandakan bahwa waktu ashar telah tiba. Akupun segera Kembali ke rumah dengan membawa layang-layang yang ku beli tadi siang. Sesampainya dirumah ibuku memandangku dengan tatapannya yang tajam, dan tak berbicara kepadaku satu kata pun. Akupun segera meletakkan layang-layangku dan bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diriku. Waktu pun telah berlalu, adzan maghrib telah berkumandang, akupun segera mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat maghrib berjamaah bersama orang tuaku. Setelah sholat maghrib, akupun mengambil Al-Qur'an ku kemudian menghampiri ibuku untuk membaca Al-Qur'an bersamanya, karena itu memang rutinitasku setiap selesai sholat maghrib. Tetapi aku terkejut, ibuku melarangku mengaji bersamanya, ibuku berkata bahwa tidak perlu merayu dengan membaca Al-Qur'an, toh ibuku tidak akan mengizinkanku untuk bermain layang-layang lagi.

Akupun pergi menjauhi ibuku, dalam hatiku pun merasa kesal, akupun menggerutu dan berbicara dengan diriku sendiri bahwa aku bersungguh-sungguh ingin membaca Al-Qur'an, bukan untuk merayu ibuku, tetapi ibuku memandang niatku sebelah mata. Tetapi setelah kejadian itu, akupun kapok dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi. Tetapi tak cukup sampai disitu, dalam mendidik ibuku tak jarang memarahiku, mencubitku, dan menarik telingaku, karena aku bandel dan susah untuk diberi tahu. 

Waktupun telah berlalu, aku yang terbiasa dekat dengan ibuku, terbiasa mendengarkan teriakannya karena kenakalanku, terbiasa dengan cubitannya, marahnya, tiba-tiba aku merasa hal itu tak lama akan pergi untuk sementara waktu dari kehidupanku, dikarenakan orang tuaku harus pergi keluar pulau untuk mencarikanku biaya dan menghidupiku. Tetapi, aku tidak bisa ikut dengan mereka, karena aku harus tinggal bersama kakek dan nenekku dan tetap melanjutkan Pendidikan di tanah kelahiranku.

Setelah beberapa tahun berada di luar pulau, akhirnya orang tua ku pun pulang, tetapi tak lama mereka pulang, bapak ku pun meninggalkan kami dan memilih hidup bersama orang lain. Disinilah kisah perjuangan ibuku dimulai. Ibuku yang kukenal sebagai sosok yang tegas, bertanggung jawab, dan pekerja keras mulai menata strategi untuk tetap bertahan hidup bersama ku tanpa kehadiran sosok kepala keluarga. Semenjak saat itu, ibuku terus menyibukkan diri untuk membangun usaha sedikit demi sedikit, dimulai dari mengembangkan toko sembako dan menjual makanan yang sedang booming di kalangan anak muda. Hari-hari ibuku dipenuhi dengan belanja ke pasar, mengupas dan memotong sayuran, memasak bumbu, melayani pembeli, dan mengantar pesanan. Akupun tak lupa untuk selalu membantu ibuku. Ketika malam telah tiba, ibuku tak kunjung beristirahat, ibuku masih harus menyiapkan dagangan untuk esok hari. Aku yang mengetahui tersebut, terkadang menangis dalam hati, tak tega melihatnya berjuang sendirian tanpa sosok kepala keluarga. Tapi aku sangat salut pada ibuku, ibuku tak penah menampakkan kesedihannya di hadapanku, ibuku selalu menenangkanku, ibuku selalu tersenyum di hadapanku walaupun aku tahu bahwa ibuku pasti menangis di belakangku.

Ibuku tak pernah mengeluh, bahkan ketika terjadi permasalahan keuangan, ibuku tetap berusaha sekuat tenaga, untuk mengatasi permasalah tersebut dengan senyuman. Ibuku tak pernah mengizinkanku untuk mengeluh, terlalu bergantung pada orang lain dan putus asa. Selama ini, aku kuat menghadapi berbagai cobaan dalam hidup karena ibuku. Ibuku selalu mendukung apapun yang menjadi keinginanku, ibuku selalu mengutamakan kebahagiaanku di atas kebahagiaannya sendiri.

Aku dan ibuku tak pernah terlihat seperti anak dan ibu, kami terlihat seperti adik dan kakak, dalam keseharian kami pun tak jarang saling mengejek, bertengkar, saling berebut handphone, menyanyi bersama, melawak bersama dan saling berbuat usil. Tetapi hal tersebut tak membuat ibuku kehilangan kehormatan di mata anaknya, hal itu justru membuatku semakin dekat dengan ibuku, aku semakin bangga pada ibuku. Terkadang ketika aku termenung, aku teringat pada masa kecilku yang dipenuhi dengan cubitan ibuku, amarah ibuku dan teriakan ibuku. Aku baru merasakansaat ini dampak dari didikan ibuku, maksud dibalik cubitan, teriakan, dan marahanya ibuku, aku merasakan dampak yang sangat positif hingga saat ini. Berkat ibuku, aku menjadi sosok yang kuat, tegar, mandiri, dan selalu percaya diri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun