Mohon tunggu...
Rosya Megawati
Rosya Megawati Mohon Tunggu... -

Salah satu alumni di Universitas Sunan Giri Surabaya lulus angkatan 2013 di fakultas Agama Islam Program Studi Pendidikan Agama Islam, salah satu kader PMII di Sidoarjo

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Potret Pengabdian Bu Een Sukaisi Terhadap Pendidikan di Tengah Arus Pragmatisasi Pendidikan

24 Juni 2014   17:45 Diperbarui: 18 Juni 2015   09:19 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

POTRET PENGABDIAN BU EEN SUKAISI TERHADAP PENDIDIKAN DI TENGAH ARUS PRAGMATISASI PENDIDIKAN

“ Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Guru ibarat bulan purnama yang telah menyinari dunia ini dari kegelapan. Guru tak pernah mengenal kata lelah untuk mengamalkan ilmunya dalam membebaskan generasi muda bangsa dari kebodohan. Guru yang selalu mengajari anak-anak didiknya tentang kehidupan. Uluran tangan guru ibarat berlian yang selalu menyilaukan mata yang memandang “.

Kata-kata mutiara di atas sangatlah tepat untuk ditujukan kepada bu Een sukaisi “Sang Inspirator dari Sumedang“. Mungkin sangatlah sulit mencari sosok guru seperti buEen di negeri ini, ibarat mencari jarum di dasar lautan. Bu Een sukesi adalah manusia biasa yang sama seperti guru-guru pada umumnya, yakni sama-sama memiliki unsur-unsur intelektualitas, pedagogik, dan unsur-unsur lain yang diperlukan oleh seorang guru. Namun, beliau memiliki nilai plus yang jarang dimiliki oleh guru di Indonesia, yakni nilai pengabdian yang militan dan ketulusan dalam mencerdaskan generasi-generasi bangsa tanpa pamrih. Beliau seperti rumput ilalang yang disulap menjadi berlian. Melihat fenomena yang terlukiskan di lembaran-lembaran sejarah peradaban bangsa Indonesia yang mengindikasikan adanya krisis figur seorang guru teladan bagi peserta didiknya, maka kehadiran bu Een sukesi telah menjadi oase di tengah padang pasir yang tandus. Pengejawantahan bu Een sukesi telah menepis segala fenomena paradigmatik masyarakat tentang kepribadian guru di Indonesia.

Bu een adalah manusia biasa yang diberi oleh Allah swt., sebuah anugrah yang luar biasa, yakni kedayaan atau kekuatan fisik maupun psikis dalam membantu murid-muridnya untuk mengajari tentang segala macam ilmu pengetahuan, meskipun beliau dalam kondisi fisik yang lumpuh total hingga tak berdaya untuk menggerakkan seluruh anggota badannya, hanya bisa berbicara dengan lancar. Beliau memiliki semangat juang yang sangat tinggi untuk mencerdaskan anak-anak bangsa yang memiliki cita-cita dan masa depan yang cerah. Apa yang dilakukan oleh bu Een hanyalah semata-mata sebagai bentuk pengabdian beliau terhadap pendidikan di negeri ini, meskipun beliau tidak mendapatkan materi seperti layaknya guru pada umumnya yang selalu mendapatkan tunjangan keprofesian dan gaji. Sungguh beliau merupakan guru teladan yang dapat dijadikan inspirasi bagi guru-guru di Indonesia.

Dewasa ini, banyak guru di negeri ini yang tidak murni menggeluti dunia pendidikan sebagai suatu proses pengabdian diri terhadap negara, tetapi dijadikan sebagai media untuk mencari penghidupan yang selayak-layaknya. Banyak sekali upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan serta kemakmuran guru sebagai pahlawan dalam mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara, seperti adanya sertifikasi guru, memberikan tunjangan keprofesian, gaji yang dinaikkan, memberikan kesempatan untuk mengikuti tes PNS, dan lain-lain. Adanya fenomena seperti itu telah mengakibatkan guru-guru di Indonesia tidak fokus dalam melaksanakan substansi dari pendidikan, yakni tidak hanya sekedar mentransforkan ilmu pengetahuan tertentu saja, tetapi juga mendidik, membimbing, mengarahkan, serta mengajarkan nilai-nilai kebaikan terhadap peserta didik secara professional. Selain itu, taraf pengabdian di dalam sanubari mereka mengalami degradasi akut. Apayang mereka lakukan di dalam dunia pendidikan juga mengubah paradigmamereka yang merlabuh pada paradigmapragmatis dan materialitis.

Sebenarnya tidak salah ketika guru-guru di Indonesia menuntut atau berupaya untuk mendapatkan penghidupan yang layak menuju suatu kesejahteraan atau kemakmuran hidup mereka dengan berbagai macam cara apapun. Hal itu menjadi hak dari mereka sebagai bentuk terima kasih negara terhadap guru-guru di Indonesia karena ikut serta dalam mewujudkan cita-cita kemerdekaan Indonesia, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Akan tetapi, apa yang dikejar oleh mereka tidak melunturkan nilai-nilai profesionalisme dan pengabdian mereka terhadap pendidikan di negeri ini. Namun, realita yang terjadi tidak relevan dengan teoritik keilmuan. Banyak guru yang menuntut haknya tetapi melalaikan kewajibannya sebagai pendidik generasi muda. Guru seyogiyanya mampu menjadi suri tauladan bagi peserta didiknya, baik dalam hal akhlaqnya maupun intelektualnya. Apa yang tercover di dalam diri para guru merupakan upaya motivasi ekstern untuk generasi muda agar selalu termotivasi untuk meningkatkan semangat belajar dalam mencapai cita-cita dan masa depannya demi kemakmuran bangsa Indonesia.

Inilah potret perbandingan antara bu Een sukesi dengan guru-guru di Indonesia meskipun tidak semuanya yang berorientasi pada pragmatisasi atau materialisasi bukan pada nilai profesionalisme dan pengabdian yang luhur terhadap pendidikan di Indonesia di tengah dunia globalisasi. Bu een sukesi merupakan salah satu contohdari sedikit orang yang ditinggikan oleh Allah swt., derajatnya karena ilmunya yang bermanfaat untuk semuanya serta didukung oleh niatnya yang tulus dalam mengabdikan hidupnya untuk menolong sesamanya dalam kebaikan. Allah swt., telah memberikan pesan tertulis kepada umatnya di dalam QS. Al-Mujadalah ayat 11 yang artinya

Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Ayat tersebut menjelaskan bahwa hanya orang-orang yang beriman dan berilmu menjadi satu kesatuan secara utuh yang akan ditinggikan derajatnya oleh Allah swt., untuk manusia di muka bumi ini karena mereka mengamalkan ilmunya, baik untuk dirinya sendiri, masyarakat, bangsa dan negara. Hal itu telah terjadi pada bu Een sukesi yang telah diberikan oleh Allah swt., berupa anugrah yang tak ternilai harganya atas segala pengabdian beliau terhadap bangsa ini.Anugrah tersebut ialah beliau mendapatkan hadiahdari SCTV berupa menjalankan kewajiban umat Islam yang terakhir, yakni berangkat haji yang diterima oleh beliau saat diwawancarai oleh SCTV bersama bapak presiden RI , yakni Susilo Bambang Yudoyono dan Ibu negara, yakni Ani Yudoyono di istana kepresidenan RI. Selain itu, bu Een juga mendapatkan penghargaan dari ajang bergengsi, yakni Liputan 6 Awards dengan katagori Inspirator, serta murid-muridnya yang berprestasi tetapi tidak mampu dalam hal ekonomi akan mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan ke perguruan tinggi negeri yang dibiayai oleh negara, dan masih banyak lagi anugrah yang beliau terima sebagai hasil dari jerih payah pengabdiannya.

Seharusnya para guru di Indonesia mulai detik ini juga harus membuka mata hati, telinga, dan pikiran mereka tentang substansi pendidikan, profesionalisme guru, serta nilai pengabdian yang tak bisa diukur dengan materi atau finansial. Guru sebagai inspirator, motivator, orator bagi generasi muda agar mereka menjadi pemuda yang mampu mewujudkan pembangunan nasional secara komprehensif dan evolutif. Apa yang kita lakukan tidak selamanya dapat di ukur dengan materi karena sejatinya tujuan substansi hidup ini bukanlah mengejar sebuah materi tetapi yang harus kita raih ialah nilai pengabdian yang paling berharga daripada berlian yang paling mahal sekalipun. Cermatilah kata-kata mutiara ini : “ Guru yang biasa ialah guru yang berbicara, guru yang bagus ialah guru yang mengajar, guru yang hebat ialah guru yang mampu mendemonstrasikan, tetapi guru yang agung ialah guru yang mampu menjadi inspirator bagi peserta didiknya “. Pengabdian tidak akan pernah luntur meskipun kondisi fisik tidak memungkinkan untuk digerakkan asalkan nafas kita masih ada dan jantung kita masih berdetak secara stabil. Nilai perjuangan dan pengabdianlah yang tulus akan mengantarkan kita pada kebahagian yang hakiki, yakni dunia dan akhirat. Belajarlah dari bu Een sukesi!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun