Mohon tunggu...
Roswitha Ndraha
Roswitha Ndraha Mohon Tunggu... -

Ibu rumah tangga yang suka menulis. Ibu dua putra.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Pergilah, Saya Jaga Anak-anak!

9 Mei 2011   01:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:56 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Ini adalah kalimat Sondra Huxtable ketika suaminya minta pendapatnya, apakah dia boleh pergi reuni dengan teman-teman SMA-nya atau tidak. Pada saat yang sama sebenarnya dua adik Sondra sedang bertamu ke apartemen mereka. Malam nanti kedua remaja ini harus diantar pulang. Selain itu, Sondra juga harus menulis makalah untuk salah satu matakuliah Ilmu Hukum-nya yang akan dipresentasikannya di kampus besok.

Philip (saya lupa nama suami Sondra di film itu) tahu istrinya cukup sibuk. Tetapi dia juga ingin menghadiri reuni. Karena itu, dia bertanya dengan manis, “Aku pergi ya. Boleh?”

Sondra menatap suaminya, “Pergilah. Saya jaga anak-anak. Saya akan menyuapi mereka sebelum kemudian mengantar Rudy dan Vanessa ke rumah mama. Saya juga bisa menyelesaikan makalah ini. Jadi, selamat bersenang-senang!”

“Oke sayang. Aku tahu, aku dapat mengandalkanmu. Terimakasih!” jawabnya berlari ke pintu, takut istrinya berubah pikiran, “sampai nanti!”

Lewat tengah malam Philip kembali ke rumah, bersama dua wanita teman SMA-nya. Dia menemukan istrinya sedang menghadapi meja tulis. “Halo, sayang,” sapanya sambil mengecup pipi Sondra, “Si A dan si B mau kenalan denganmu. Kami taruhan. Mereka bilang, kamu tidak mau keluar. Tapi aku kenal istriku, kau pasti mau keluar dan bicara dengan mereka.”

“Hm…, saya sedang sibuk,” Sondra seperti mendengus lelah.

“Ayolah, sebentar saja,” bujuk Philip, “nanti saya bantu kamu menyelesaikan paper-mu. Ini sudah malam. Mereka hanya mau kenalan saja, kok.”

“Saya tidakmau,” Sondra bersikeras. “Saya baru saja tiba di rumah sehabis mengantar Rudy dan Vanessa. Tadi si kembar agak sulit makan sehingga saya harus beri waktu lebih banyak mengurus mereka. Saya baru mau mencoba mengerjakan makalah ini.”

“Kalau begitu saya kalah taruhan dengan mereka. Dan itu adalah kesalahanmu!” Philip bersuara keras.

“Oh ya? Kamu tinggalkan saya dengan anak-anak. Kamu bersenang-senang dengan mantan pacar SMA-mu. Kamu tidak peduli walaupun saya punya tugas untuk besok, anak kita rewel, dan aku harus antar adik-adik pulang.”

“Hei,” bantah Philip, “saya sudah minta izinmu, kan? Kamu bilang ‘pergilah sayang, aku jaga anak-anak’. Kamu tidak sungguh-sungguh dengan kata-katamu?”

Pertengkaran mereka yang meninggi mau tidak mau terdengar di ruang tamu apartemen yang sempit itu. Wanita teman Philip mengetuk pintu dapur, meminta perhatian.

“Halo, permisi.”

Philip tersentak, “Oh, maafkan. Istriku sedang sangat sibuk dengan makalah untuk presentasinya besok pagi. Tapi saya rasa dia baik saja. Iya kan, sayang?”

Dengan sedikit kikuk Philip mengenalkan istrinya pada kedua temannya, “Sondra, ini Susan dan Bertha. Susan, Bertha, ini istriku Sondra.” Philip merangkul pundak istrinya, yang langsung ditepis Sondra.

“Oh,” dengan manis Sondra menghadapi kedua teman Philip, “maaf ya, terimakasih sudah mampir. Bagaimana reuninya, menyenangkan?”

“Yaaahhh … seperti lazimnya reuni, banyak cerita lama terungkit kembali,” Bertha menanggapi.

Sondra memperlihatkan sikap jemu dan tidak tertarik, “Maaf, tapi saya harus menyelesaikan ini dulu,” katanya menunjuk laptopnya. Merasa mengganggu, Susan dan Bertha pamit.

Balik dari mengantar Susan dan Bertha ke parkiran, Philip menemui istrinya siap pergi juga. “Aku mau tidur di rumah mama malam ini,” kata Sondra sambil mengambil kunci mobil, “masa bodo presentasi besok!” Pintu dapur pun dibanting keras.

Besoknya sorenya…

“Sayang,” kata Mrs. Huxtable pada putri sulungnya, “Belajarlah mengerti cara pikir laki-laki. Mereka itu tidak mengenal arti sindiran. Kata orang, laki-laki lebih mengandalkan pikiran daripada perasaan. Jadi, kalau kau mau suamimu tinggal dan membantumu menjaga si kembar, katakan itu terus terang.”

“Aku pikir, kalau aku menyebutkan semua kesulitanku tadi malam, dan menyuruh dia pergi, dia akan tahu bahwa aku sayang dia dan ingin dia bersenang-senang, tapi maksudku janganlah pergi. Ternyata dia nggak ngerti juga.”

Ibunya tertawa. “Aku sudah menikah hampir 30 tahun. Di tahun ketika pernikahan kami aku belajar berterus terang dengan sangat manis pada ayahmu. Akhirnya Mr. Huxtable mengerti, saat Mrs. Huxtable berbicara sangat halus, yang dimaksudkannya adalah jangan lakukan!”

“Lantas, bagaimana presentasimu tadi?” tanya Ny. Huxtable lagi.

Hehehe … beres. Aku ke kampus lebih pagi dan selesaikan tepat pada waktunya.”

Refleksi dari kisah ini adalah hindari mind reading dalam komunikasi dengan pasangan.

Tulisan ini agak dimodifikasi dari percakapan aslinya, karena filmnya sudah lama, tetapi tidak mengubah tujuan cerita. *)

*) Refleksi dari Film The Cosby Show

Roswitha Ndraha

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun