Mohon tunggu...
Roswitha Ndraha
Roswitha Ndraha Mohon Tunggu... -

Ibu rumah tangga yang suka menulis. Ibu dua putra.

Selanjutnya

Tutup

Edukasi Artikel Utama

Membagi Waktu dengan Anak

24 Juli 2011   01:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:26 1319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1311476531619302459

[caption id="attachment_124690" align="aligncenter" width="640" caption="Ilustrasi/Admin (shuterstock)"][/caption] Roswitha Ndraha*) Seorang teman baru mempunyai bayi lagi. Anak pertamanya laki-laki, sebut saja Danny, sekarang berusia 26 bulan. Karena harus memberi perhatian pada bayinya, si sulung sepertinya terabaikan. Akibatnya anak sulungnya sering main ke tetangga, dan menurut teman saya ini si sulung mulai punya kebiasaan yang tidak baik. Belakangan ini si sulung sering mengucapkan "tidak mau" jika diminta melakukan sesuatu, mandi misalnya. Keadaan ini dipersulit dengan pekerjaan suaminya yang membuat mereka hanya bisa bertemu sekali sebulan kala weekend. Teman saya menyadari bahwa dia harus melakukan sesuatu untuk anak sulungnya. Dia bertanya, bagaimana membagi waktu antara bayi dan kakaknya? Bagaimana membangun kebiasaan baik dalam diri sang kakak agar ia berperilaku baik? Perkembangan Anak Anak usia 2 tahun 2 bulan sedang dalam masa awal untuk mengembangkan ketrampilan eksplorasinya. Memang tidak mudah bagi seorang ibu, yang bisa disebut "ibu tunggal" (karena suami bekerja di luar kota dan hanya beberapa hari sebulan ada di rumah) untuk  merawat dua anak kecil. Tetapi dengan menyadari perkembangan anak sulungnya, semoga si ibu lebih berbesar hati. Perilaku Danny nampaknya kurang memuaskan si ibu. Ini bisa dimengerti, apalagi jika anak ini seringkali menjawab "tidak mau" jika diminta melakukan sesuatu. Selain itu Danny juga berteriak pada ibunya. Tentu kita prihatin jika anak kita seperti melawan kata-kata orangtuanya. Dalam perkembangannya, anak dua tahun memang terlihat tidak bisa diam. Dia gemar bertanya, memencet tombol, mencoba ini-itu, mencoret dinding, dan berbagai aksi lain. Dia menuntut respons dari orang-orang terdekatnya. Jika dia tidak mendapatkan itu, ada dua hal yang bisa terjadi. Pertama, dia berubah menjadi pemalu, pendiam, dan "kapok mencoba". Ini terjadi jika pertanyaannya tidak dijawab dengan baik (didiamkan saja), dia dimarahi, dibentak, dan dilarang (walaupun alasan kita masuk akal, misalnya takut dia celaka). Kedua, jika ada kesempatan, dia mencari orang lain yang bisa mengerti dia. Ini yang nampaknya dilakukan oleh Danny. Kalau ada kesempatan Danny pergi ke rumah sebelah, yang adalah saudara dari pihak ayah Danny, yang menurut mama Danny, punya kebiasaan kurang baik yang sekarang ditiru oleh Danny. Keadaan Emosi Ibu Hal penting yang tidak boleh dilupakan adalah emosi ibu. Ayah Danny hanya bertemu mereka pada salah satu kesempatan weekend setiap bulan. Ada beberapa hal yang terekam di sini, yang menyangkut relasi suami dan istri serta ayah dan anak laki-laki. Bisa jadi, ibu akan merasa sendiri dalam mendidik anak. Ibu menyadari bahwa hal ini tidak bisa dielakkan, namun perasaan sendiri-bersama-dua-anak itu tidak menyenangkan. Jika mama Danny membutuhkan suaminya untuk bertukar pikiran dalam menghadapi Danny atau adiknya, misalnya, dia tidak mendapatkan itu. Belum lagi, munculnya perasaan bersalah jika melihat Danny suka melawan. Sang ayah, yang hanya di rumah sesekali, tentu saja akan merasakan perubahan yang mencolok setiap kali pulang ke rumah. Misalnya bulan ini Danny nampak lembut dan manis, bulan depan dia berteriak-teriak sambil mengatakan "tidak mau" pada ayahnya. Sang ayah lupa bahwa perubahan anak bisa terjadi setiap saat, tergantung pengalaman dia hari itu dengan orang-orang di sekelilingnya. Rasa bersalah ibu bisa  jadi disalurkan dengan cara memukul atau berteriak pada Danny. Jika suaminya memarahi dia atas perilaku Danny, luka tambah parah. Apalagi kalau sampai terucap kata-kata kasar, misalnya ayah Danny mengatakan kepada istrinya, "Kau tidak dapat mendidik anak!" atau "Apa saja yang kau kerjakan di rumah!" atau kalimat lain yang menyatakan dia tidak mengerti kondisi dan kesulitan istrinya. Ini biasanya berakar dari kebiasaan berkomunikasi di keluarga asal pasangan. Domisili yang berjauhan dapat membuat hubungan suami-istri terganggu. Beberapa masalah yang muncul saat bertemu cenderung sulit diselesaikan dengan tepat. Bagi seorang istri, terutama, itu akan menyesakkan dada. Belum lagi kalau ada tanda-tanda pihak ketiga (mertua, ipar, atau wanita lain) dalam relasi suami-istri itu. Ini akan lebih menghancurkan dan melukai. Selalu anak menjadi korban dari ketidakharmonisan itu. Selain itu, jarang bertemu juga membuat relasi emosi ayah dan anak laki-lakinya tidak terbangun dengan baik. Anak dua tahun umumnya banyak bertanya. Dalam bertanya, si anak sedang memperbanyak kosa kata, mengembangkan cara pikir, melatih cara berkomunikasi dengan orang lain. Dia memerlukan orang lain untuk meyakinkan dirinya bahwa dia diterima, dihargai, dan diperhatikan. Jika orang di rumah tidak meresponi pertanyaannya, dia akan mencari rumah tetangga dan orang lain yang mau menerima dia. Membangun Keseimbangan Dengan kondisi yang tidak ideal di atas, bagaimana mama Danny menolong anak-anaknya tumbuh dan memiliki tangki cinta emosi yang sehat? Pertama, mengerti dan menerima Danny dengan proses perkembangan yang sedang dia alami. Kurangi kemarahan, rasa kesal, dan menyalahkan orang lain (tetangga/saudara), terutama akibat ketidakhadiran ayah Danny. Kedua, usahakan merebut kembali perhatian Danny kepada ibunya. Misalnya kalau adiknya tidur (bayi 1 bulan biasanya masih banyak tidur), berikan waktu ibu untuk Danny. Cobalah bercerita untuk dia, mengajak Danny dalam aktifitas merawat adiknya (mengambilkan popok, makan bersama adik, jalan-jalan sambil menjemur adiknya, dan aktifitas lain). Dalam hal ini, usahakan ada orang yang membantu (pekerja rumah tangga) agar pekerjaan praktis di rumah tidak dikerjakan oleh ibu. Jika ayahnya datang, ceriterakanlah hal-hal positif yang dilakukan Danny untuk mama dan adiknya. Alangkah baiknya jika ayahnya menyambut baik bantuan Danny dan mengucapkan terimakasih karena sudah membantu menjaga mama dan adik. Kalau Danny mengatakan "tidak mau", tidak perlu dilayani dengan berlebihan. Lebih baik mama atau papa mengatakan, "Oke, mama mau ke mal. Kalau anak belum mandi, bagaimana bisa diajak?" Mungkin Danny mengatakan tidak mau membereskan mainan, mama bisa bilang, "Ayo, bantu mama. Kita bereskan sama-sama." Bisa juga kita mengalihkan perhatian dia dengan mengambil kotak mainan dan memintanya membantu mengumpulkan. Hal berikutnya adalah membuat rumah yang aman untuk anak dua tahun bereksplorasi. Misalnya, amankan barang-barang berbahaya (pisau, obat, dan cairan panas, kimia), tombol listrik, atau lainnya. Ini untuk meminimalkan kita mengatakan, "jangan" padanya. Kreatifitas anak akan terhambat jika dia terlalu banyak mendengar kata "jangan" dari orangtua atau mbak-nya. Terakhir, keseimbangan ini lebih mudah dibangun jika relasi suami-istri dibangun lebih baik. Dalam setiap kesulitan mendidik anak biasanya ada aspek relasi pasutri yang terhambat. Ini yang perlu diperbaiki dulu. Kalau memungkinkan, usahakan papa Danny membawa keluarganya sehingga mereka bisa bersama-sama, satu kota. Happy Parenting! *) Penulis adalah konselor dan mediator keluarga di Pelikan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun