Pilihan menjadi orang baik memang tepat. Walaupun jalannya sangatlah sulit. Tetapi, biasanya orang yang memilih tetap baik meskipun banyak dikecewakan bukanlah manusia sembarangan. Mengapa deimikian? Sebagai seorang manusia, jika kita dilukai atau disakiti oleh orang lain, apakah kita masih tetap baik kepada orang yang menyakiti?
Tentu versi jawaban orang berbeda-beda. Apalagi jika luka yang dibuat oleh orang lain kepada kita membekas seumur hidup. Bahkan karena terlalu sakit perbuatan orang lain kepada kita, pikiran dan hati kita ingin membalasnya. Tatkala juga ada orang yang disakiti berulang kali tetapi tetap baik kepada orang yang menyakitinya. Ini memang tidak mudah. Tetapi sepengetahuan saya, orang yang tetap memilih baik meskipun sering disakiti, mereka adalah orang kuat dan dewasa dalam beretika. Mereka tahu bahwa pilihan menjadi orang yang baik setelah disakiti adalah pilihan yang tepat dan benar.
Saya juga pernah berada dalam situasi dan kondisi demikian. Dimana saya berulang kali disakiti, dilukai dan dikecewakan. Tetapi saya tetap memaafkan dan tetap menjadi baik. Hingga dalam suatu waktu, perbuatannya yang tidak baik terulang lagi. Bahkan efek dari perbuatannya saya depresi dan stres. Hingga saya juga memberontak dan mengeluarkan kalimat yang saya yakin itu menyakitkan baginya. Relasi antara saya dengan orang yang menyakiti pun benar-benar keruh dan sangat kacau. Kedaan pun semakin rumit, ternyata kebohongannya selama ini terkuak satu persatu. Tentu hal ini membuat saya semakin geram hingga keluar amarah yang tidak bisa terkontrol lagi.
Keinginan membalas pun terbesit dalam hati dan pikiran saya. Tetapi pikiran itu terbantahakan ketika saya duduk sambil. Suara hati bersuara lembut, membalas bukanlah hakmu. Kalimat itu sontak menyadarkan hati dan pikiran saya. Orang yang menyakiti kita, cepat atau lambat mereka akan datang dan menemuimu. Jikalau waktu itu datang, tetaplah menjadi baik.
Jikalaupun kamu memiliki kekuatan untuk menghancurkan orang yang menyakitimu. Jangan pernah lakukan itu. Biarkan dia. Pembalasan bukan hakmu. Tetaplah jadi baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H