Mohon tunggu...
Rosul Jaya Raya
Rosul Jaya Raya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pasca Sarjana

Cerpen pertamanya: Bentuk Sebuah Barokah memenangkan lomba cerpen se-kabupaten tingkat santri. Cerpennya: Putri Kuning memenangkan lomba cerpen nasional tingkat mahasiswa. Cerpennya: Mengapa Perempuan Itu Melajang terbit di media nasional Kompas.id (Rabu, 16 Oktober 2024). Cerpennya: Hutan Larangan Cak Badrun terbit di Instagram Cerpen Sastra. Tiga kali juara sayembara cerpen di Kompasiana yang diadakan Pulpen. Penikmat sastra (novel; cerpen; esai). Instagram: @rosuljayaraya24

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kia di Perpustakaan Umum Kota N

23 September 2024   21:12 Diperbarui: 23 September 2024   21:44 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekarang, ketika aku hendak bertanya arti arsip-arsip pada om-om atau tante-tante pengunjung, tiba-tiba aku menatap Papa masuk. Papa berjalan seperti Zombi yang pernah aku tonton bersama Mama di televisi. Aku terkejut. Aku berlari menuju Mama.

"Mama!" aku memeluk Mama, "Papa datang, Ma." 

"Silvi! Silvi! Di mana kau! Aku butuh uang." Itu suara Papa memanggil Mama. Bising sekali. 

Mama langsung bergegas ke arah Papa. Aku mengekor saja, "bajingan! Mas ke sini dalam keadaan mabuk! Buat malu saja!" 

"Aku minta uang, Silvi! Aku mau berjudi nanti malam!" 

Aku menatap Papa-Mama teriak-teriak. Biasanya kalau begitu, aku pasti disuruh masuk kamar. Tapi, ini bukan di rumah, ini di Perpustakaan Umum Kota N. Aku tak tahu apa itu mabuk dan berjudi. Kata Mama, Papa suka mabuk dan berjudi ketika keluar di malam hari. Aku tak mengerti apa itu mabuk dan berjudi. 

Saat tadi Papa datang seperti Zombi, begitulah keadaan mabuk. Sesuai yang Mama bilang tadi---dengan berteriak. Aku tahu kalau Papa suka mabuk dan berjudi karena aku sering mendengar itu di balik pintu kamar ketika Papa-Mama teriak-teriak. Kata Mama, mabuk dan berjudi itu perbuatan jahat. Papa jahat! 

"Berjudi terus kau, Mas! Menghabiskan uang saja!" 

Aku sedikit tahu berjudi. Mama bekerja untuk dapat uang. Dan Papa menghabiskannya dengan berjudi. Berarti berjudi itu menghabiskan uang. Kasian sekali Mama. Om-om dan tante-tante pustakawan serta pengunjung mengerumuni kami. 

Papa sangat menyeramkan. Seperti Pejabat Setan Zombi Menghabiskan Uang Mama. Entah makhluk seperti apa yang mirip Papa itu: Pejabat Setan Zombi Menghabiskan Uang Mama. Barangkali Papa lebih mengerikan dari makhluk itu. 

Untung saja ada Om Dirga dan Om Hendri menangkap tangan Papa. Lalu, dua Pak Satpam datang. Dua Pak Satpam itu berganti menangkap tangan Papa lalu keduanya menyeret Papa keluar. Aku menatap Mama menangis. Entah kenapa, aku malah ikut menangis. Aku tak tahu kenapa Mama menangis. Sementara aku menangis karena Papa begitu mengerikan sekali barusan dan aku belum tahu sejauh ini apa arti arsip-arsip.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun