"Dia orang baik."Â
Maka, aku menurut saja daripada di rumah bersama Papa. Aku jera. Waktu itu, aku menangis karena lapar, aku membangunkan Papa yang tidur---karena Papa sepanjang malam tak ada di rumah, mangkanya Papa tidur dari pagi sampai sore. Ketika Papa bangun, Papa memarahiku lalu memukulku dengan remot televisi. Aku menangis semakin kencang, lalu Papa marah-marah.Â
"Diam anak anjing! Mamamu sedang kerja. Kalau dia tak kerja, kita nggak bisa makan! Kalau kau masih menangis aku pukul lebih keras lagi!"
Keesokan harinya, hari Senin, Mama mengantarku ke sekolah, lalu sepulang sekolah aku diajak Mama ke sini. Perpustakaan Umum Kota N. Aku di sini sampai Mama pulang bekerja di malam hari.
Meski siangnya aku tak bisa tidur di kasur kamar, tapi di sini aku bisa tidur di atas sofa. Ketika mataku terbuka, biasanya ada om-om atau tante-tante sedang membaca buku---kata Mama, merekalah pengunjung. Lalu, biasanya mereka mencubit pipiku. Menyebalkan sekali! Aku kesal. Tapi, mereka baik. Buktinya, mereka sering memberiku permen, es krim, atau biskuit. Berbeda dengan Papa yang tak pernah memberikanku apapun.Â
Kalau mandi sepulang sekolah, Mama memandikanku di kamar mandi Perpustakaan Umum Kota N. Kamar mandi itu lebih besar dan bersih daripada di rumah. Dan, di dalam sana juga aku dipakaikan baju oleh Mama. Kalau di rumah, Mama akan menggandengku melewati dapur lalu ke kamarku lalu memakaikanku baju di dalam kamar, tapi di sini tak bisa begitu, kata Mama. Biasanya Mama membawa baju ganti seragam sekolahku dari rumah di tasnya. Ketika sore, aku juga dimandikan Mama di sana.Â
Mama hanya libur satu hari seminggu, yaitu hari Selasa. Kata Mama: Mama, Om Hendri, Tante Lia, Om Dirga, dan Tante Tantri adalah Pustakawan. Maksudnya orang yang bekerja di perpustakaan. Mereka punya libur satu hari, secara bergantian.Â
"Kenapa begitu, Ma?" kataku pada Mama.Â
"Di sini berbeda dengan sekolah, Kia. Yang libur hari Minggu. Di sini buka setiap hari termasuk hari Minggu." Jawab Mama. Â
Aku masih tak begitu paham. Yang jelas, Om Dirga libur hari Rabu, maka ketika hari Rabu aku tak memandang Om Dirga di sekitar sini. Om Hendri Kamis. Tante Lia Sabtu. Tante Tantri Senin. Mama Selasa. Hari Minggu, mereka semua masuk kerja.Â
Dari sejak pertama ke sini, aku sangat menyukai tempat ini. Banyak buku-buku bergambar yang bisa aku baca dalam ruangan Ruang Buku Anak, begitulah yang aku baca di pintu ruangan itu. Aku senang membalik-balik halaman buku. Banyak gambar lucu-lucu. Lebih baik menatap itu daripada melihat foto Papa yang dipajang di dinding rumah. Melihat fotonya saja aku sudah takut, apalagi melihat Papa langsung.Â