Gusti paringi kulo sabar,
disaat seperti ini, memang kita tidak bisa menyalahkan orang lain
karena sebenarnya ini adalah buah dari bibit kekeras kepalaan kita di beberapa tahun terakhir ini.
andai saja A, andai saja B..
tapi ya sudahlah, dia tidak patut disalahkan, mereka apalagi tidak bersalah.
apa yang terjadi saat ini memang itulah resiko yang harus ditanggung.
sabar..dan yang paling berat adalah ikhlas
berat memang, tapi mau apa lagi...
satu yang aku tahu..apabila waktunya sudah datang, sebenarnya kejadian ini tidak terlalu berat dilupakan
hanya saja kejadian kemarin membuka mataku mengenai kenyataan
ternyata tidak lebih dari sekedar seonggok batu yang mengecewakan. dan semua ini hanya terjadi karena kerasnya batu dikepalaku
andai saja aku tidak memelihara batu itu dikepalaku mungkin aku tidak akan seperti hari ini
dinikmati saja....
disaat bayangan lain datang membawa harapan, ternyata cukup dengan hitungan jari dia berubah menjadi bayangan hitam
Allah memang sayang padaku, punya rencana sendiri untukku..dan aku harus sabar
sabar...berat tapi harus, karena tidak ada jalan keluar lainnya
Pengecut..
aku lah si pengecut itu..hanya bisa berharap dan memaksa, konyol
kalau kata tuhan tidak, ya tetap saja akan menjadi tidak diujungnya
kalau kata tuhan kamu tidak beruntung kali ini, ya maka tidak beruntunglah kamu disaat ini
kalau kata tuhan, nih aku kasih bayangan lain..dan dia menginginkan itu menjadi bayangan hitam, maka jadilah hitam bayangan itu
menghabiskan waktu, menyelami keberadaan bayangan
tidak sedikit waktu yang kuhabiskan menyelami bayangan, memang aku seperti itu
Naif sekaligus bodoh..
hanya berharap pada ketidakjelasan, untuk kesekian kalinya
banyak fakta dan doa yang dikabulkan Allah untukku, agar melihat ujung dari bayangan ini adalah kegelapan
tapi sekali lagi, karena aku memelihara batu dikepalaku yang aku dapat hanyalah rasa menghibur diri, menutup mata dari kenyataan
bahwa itu adalah bayangan hitam yang sudah terlihat jelas sejak awal
sebenarnya aku lemah, dan bodoh
kelemahan dan kebodohanku telah membuang waktu yang diberikan Allah kepadaku, sekarang rasanya memang tidak etis kalau aku meminta
Allah segera mengembalikan yang aku idam idamkan dan pertahankan dulu
mungkin harus terlambat
mungkin juga harus menunggu
sampai kapan
tidak ada yang tahu...
hanya Dia Yang tahu, mungkin saja tidak akan pernah atau mungkin saja akan sangat telat sekali..
tapi ya sudahlah, semua ada cerita dibaliknya
Ingin tenang
hati ini hanya ingin tenang, ingin tentram
cukup rasanya sakit hati berkepanjangan ini menggerogoti akibat kebodohan nurani
lelah...
aku ingin beristirahat dari semrawutnya lalu lintas kebodohan dikepala ini,
perasaan harus ditekan, agar kembali kejalan yang benar
perasaan harus ditekan, agar mampu melihat secara lebih objektif
perasaan harus ditekan, agar hati ini mampu merasa lagi
perasaan harus ditekan, agar dibukakan jalan yang jauh lebih baik
perasaan harus ditekan, agar aku tidak kembali melakukan kebodohan naluri dan nurani
Gusti paringi kulo sabar,
dan kabulkanlah doa doa mereka yang sayang padaku,
demi masa sesungguhnya manusia itu merugi,
demi masa pula aku telah menghambur hamburkan waktu yang kumiliki untuk kebodohan dan kerugian
semoga Allah memberikan yang terbaik untuk ku,
walau terkadang sering kulupa untuk meminta
walau terkadang sering kulupa bahwa aku diberi peringatan
walau terkadang aku tidak percaya
hanya satu yang kuingingkan,
terang dan kemudahan dalam semua langkah yang aku ambil
terang dan langkah sigap kedepan tanpa menoleh lagi kebelakang
rasanya cukup pengorbanan ini, walau tiada hasil
tapi kembali...
ini semua karena kebodohanku sendiri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H