Indonesia memiliki sejarah panjang dalam upaya penanggulangan penyakit menular dengan vaksinasi atau imunisasi dimulai dari penyakit cacar pada tahun 1956. Dengan tingginya angka kasus positif covid-19 maka penekanan kasus positif, penurunan angka kematian, adanya reinfeksi dan mutasi virus menjadi tujuan utama penggalakkan vaksinasi dimasyarakat. Jika program vaksinasi ini telah dilaksanakan pada seluruh masyarakat Indonesia, maka diharapkan tidak hanya akan terbentuk kekebalan individu namun juga terbentuk kekebalan kelompok atau herd immunity. Kekebalan kelompok atau herd immunity merupakan situasi dimana sebagian besar masyarakat terlindung/kebal terhadap penyakit tertentu sehingga menimbulkan dampak tidak langsung (indirect effect), yaitu turut terlindunginya kelompok masyarakat yang rentan dan bukan merupakan sasaran vaksinasi. Kondisi tersebut hanya dapat tercapai dengan cakupan vaksinasi yang tinggi dan merata (Kemenkes, 2020; Buku saku, 2020).
Namun kesadaran dan kesediaan masyarakat untuk menerima vaksinasi covid-19 cukup rendah dengan persentase yaitu 45,7%. Penolakan vaksin ini terjadi karena berbagai alasan yaitu diantaranya tidak yakin keamanannya, takut akan efek samping demam dan sakit, tidak percaya terhadap efektivitas vaksin, keyakinan agama dan lain sebagainya. Namun diketahui bahwa masyarakat masih ingin mencari informasi lebih lanjut mengenai vaksin covid-19 yaitu sebesar 79% dari 112.748 responden  (Marwan, 2020: Kemenkes, 2021). Maka hal ini menjadi kesempatan untuk memberikan informasi urgensi vaksinasi dan meningkatan keinginan masyarakat untuk mendapatkan vaksinasi demi tujuan herd immunity. Kini Indonesia telah melaksanakan vaksin pada tahapan penerima masyarakat remaja/dewasa yaitu berusia 19-59 tahun. Mudahnya akses informasi melalui internet oleh para remaja menjadikan proses edukasi mengenai vaksin lebih cepat namun besarnya kemungkinan adanya kesalahan penerimaan informasi dan tersebarnya hoax pada usia remaja inipun tak terelakkan.
Pelaksanaan program pengabdian masyarakat ini dilaksanakan secara on line/daring pada tanggal 25-27 Juli 2021 dengan target sasaran sosialisasi dan edukasi yaitu masyarakat remaja/dewasa berusia 18-25 tahun di lingkungan desa Bandar Lor sebanyak 40 responden. Pretest dilaksanakan sebelum dimulai sosialisasi sedangkan postest dilaksanakan diakhir program untuk mengetahui tingkat pemahaman remaja mengenai vaksinasi. Pretest dan postest diberikan kepada responden menggunakan media google form dengan link serta terdapat sesi diskusi atau tanya jawab. Hasil pretest dan postest disajikan dalam bentuk persentase %.Â
Pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat dengan memberikan sosialisasi kepada masyarakat remaja/ dewasa di Desa Bandar Lor dilakukan secara online/daring dengan media zoom dan diawali dengan melakukan pretest kepada seluruh peserta untuk mengetahui tingkat pemahaman awal mengenai vaksinasi. Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh tim dosen farmasi yaitu apt. Rosa Juwita Hesturini, M.Farm dan Hari Untarto swandono, M.Sc. Dalam kegiatan ini tim pelaksana berupaya mengedukasi peserta dengan menjelaskan mengenai konsep dasar vaksinasi, urgensi vaksinasi, manfaat dan informasi KIPI pasca vaksinasi hingga perlunya vaksinasi sehingga memunculkan herd immunity. Masyarakat remaja/ dewasa dengan usia 19 tahun merupakan tahapan usia dimana mereka sangat mudah mengakses informasi melalui internet dan mudah percaya pada informasi yang belum tentu kebenarannya jika tidak dibekali oleh pengetahuan mengenai vaksinasi covid-19 yang dapat mengganggu proses penghentian penyebaran covid-19. Sehingga penjelasan mengenai pentingnya vaksinasi diharapkan dapat menghindarkan dan menghentikan penyebaran informasi tidak benar atau hoax pada masyarakat. Tim dosen juga berupaya meyakinkan bahwa masyarakat yang belum melaksanakan vaksin agar segera mendaftarkan diri dan tetap disiplin mematuhi protokol kesehatan. Setelah penyampaian materi selesai dilaksanakan, maka dilakukan postest.
Kegiatan ini mendapatkan tanggapan yang positif dari masyarakat di Desa Bandar Lor ditunjukkan dengan berjalannya sesi tanya jawab dengan aktif. Masyarakat cenderung menanyakan mengenai efek samping / KIPI pada beberapa merk vaksin dan mengapa hal tersebut dapat terjadi, serta mencari tahu kebenaran informasi yang telah beredar secara umum diinternet. Pertanyaan yang diajukan oleh peserta juga meliputi kondisi pribadi peserta sebelum melaksanakan vaksinasi, apakah boleh mengkonsumsi obat penghilang nyeri setelahh vaksinasi dan lain sebagainya. Pelaksanaan sosialisasi ini dapat dilihat pada gambar berikut :
Indikator keberhasilan kegiatan ini adalah meningkatnya pemahaman dan keinginan masyarakat remaja/dewasa di Desa Bandar Lor untuk melaksanakan vaksinasi sebesar 24%, dan antusias peserta saat sesi tanya jawab pada program ini.Â
Materi yang telah dipaparkan juga diberikan kepada peserta yang nantinya diharapkan dapat mengajak keluarga yang belum divaksinasi untuk segera vaksin, dan tetap menerapkan protokol kesehatan agar memutus rantai penularan covid-19. Pemahaman urgensi vaksinasi dan peningkatan keinginan masyarakat remaja/dewasa dengan kisaran usia 18-25 tahun mengenai vaksinasi di Desa Bandar Lor meningkat dari rata-rata 52% menjadi 76%. Masyarakat remaja/dewasa dapat memahami pentingnya vaksinasi covid-19. Ucapan terimakasih ditujukan kepada : Rektor Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata, Deputi Penelitian dan Social Academic Responsibility Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata, Kepala Desa Bandar Lor dan warga remaja/dewasa Bandar Lor Kediri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H