Jembatan Comal Pemalang, akhir-akhir ini menjadi sorotan media massa baik lokal maupun nasional. Musuh bebuyutan yang dua bulan terakhir menjadi ‘penjahat’ kemacetan lalu lintas paling diburu. Dengan santai dan tanpa beban dosa, jembatan penghubung utama di jalur pantai utara itu, menyakiti dirinya sendiri; terjun ke bawah. Amblas. Bukan tanpa sebab. Mungkin ia merasa terusik sebab tubuhnya sering ‘dipijat’ terlalu keras. Ah!
Kecelakaan Lalu Lintas
Hidup memang sering tampak sederhana. Para pengguna jalan raya menginginkan jalannya bagus dan mulus. Sebaliknya si jalan raya dan kawan-kawannya (jembatan, trotoar, red) pun menginginkan para penggunanya tidak kebut-kebutan (bukan maksud meremehkan profesi pembalap), ugal-ugalan (supir pickup sayuran), tidak melebihi muatan (supir truk trailer) dan tidak seenaknya sendiri (pengguna motor, dlsb). Semua ada aturan dan prosedur berkendara dengan baik dan benar.
Para keluarga korban atau korban kecelakaan lalu lintas itu, atau merasa kecelakaan itu adalah musibah, punya logika untuk menyalahkan Comal. Sebab, gara-gara amblasnya jembatan tersebut semua kendaraan berat dialihkan ke jalur tengah (Slawi - Purwokerto) dan jalur selatan (Wangon - Banyumas).
Apalagi di jalur tengah (ruas Jalan Lingkar Bumiayu – Paguyangan), jalur yang menghubungkan antara jalur utara dan jalur selatan, dua hari beruntun ini terjadi 3 (tiga) insiden kecelakaan tragis yang memakan korban 5 (lima) orang meninggal dunia. Hampir semuanya meninggal dunia karena terjatuh lalu terlindas truk trailer di belakangnya.
Nah, kecelakaan terjadi tidak hanya kesalahan manusianya tapi juga karena faktor ketidakberesan (macet, red) di sekitarnya :)
Perekonomian Terhambat
Perputaran ekonomi yang selama ini mengandalkan kelancaran transportasi akan terhambat. Hasil pertanian dan peternakan serta hasil usaha lainnya akan terhambat saat pengiriman pemasaran, juga pasokan bahan baku kebutuhan masyarakat. Hasil produksi tidak dapat tepat waktu dipasarkan keluar.
Dampak Sosial
Kemacetan lalu lintas yang berkepanjangan dapat mengakibatkan frustasi para pengguna jalan. Aksi nekad menerobos dan bagi pengguna kendaraan kecil berani melanggar aturan dengan menyalip sebelah kiri umum dilakukan oleh mereka.
Selain itu, para pelajar tidak sedikit yang memilih bolos sekolah ketimbang berangkat tapi terjebak kemacetan.
Terus solusinya apa?
Kita tunggu saja Si Pemerintah lagi ‘berbuat’ apa.
Ah!
___
bumiayu, 120814
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H