Mohon tunggu...
Rossie
Rossie Mohon Tunggu... -

Try hard to keep up ....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Surat untuk Agus Soesanto (1)

9 April 2011   17:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:58 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Entah bagaimana memulai isi surat ini. Yang jelas saya harus membuat surat ini, karena saya berhutang penjelasan kepada teman-teman yang sudah membantu saya menyebarkan foto dan informasi tentang perbuatanmu. Dan didasari keyakinan bahwa suatu saat entah melalui siapa, kamu, Agus Soesanto akan membaca tulisan ini. Tulisan dari anggota keluarga yang menjadi salah satu korban dari penipuan yang telah kamu lakukan. Saya akan men-tag tulisan ini kepada teman-teman saya, dan kebanyakan dari mereka akan men-tag tulisan ini, dan ini akan menjadi surat berantai yang akan dibaca oleh ribuan orang. Bukan lagi bermaksud membuat kamu atau keluargamu akan malu, tetapi saya tidak ingin ada seseorang di luar sana yang akan mengalami hal yang sama seperti yang sudah kami lalui karena perbuatanmu. Sangat menyakitkan ketika kamu memanfaatkan kebaikan seseorang dan menjerumuskan orang lain ke persoalan hukum tanpa berdaya untuk menghindarinya. Jadi sebenarnya tujuaan utama tulisan ini adalah mengetuk pintu hatimu dan berbuatlah sesuatu untuk memperbaiki kesalahanmu dengan mempertanggungjawabkannya secara hukum, supaya orang lain yang terseret kasus karenamu dapat membersihkan nama baik mereka.

13023669151087646449
13023669151087646449
Ingatkah kamu, kamu menghubungi suami saya terus untuk meminjam uang, dan kamu lakukan terus sampai suami saya memberitahu bahwa kami tidak punya uang dan hanya punya cek giro ( saya katakan padamu sekarang, bisnis kami kecil, jadi memang benar suami saya tak punya uang cash yang banyak untuk kamu pinjam ). Melalui permainan kata-kata, janji-janji pengembalian yang cepat dan menguntungkan, suami akhirnya mau meminjamkan ceknya. Itulah kesalahan suami saya, percaya padamu karena kami telah mengenalmu sebelumnya, kami mengenal siapa boss tempat kamu bekerja, kami tahu tempat kamu bekerja, kami tahu engkau orang kepercayaan bossmu, dan kamu secara rutin mengembalikan setiap pinjaman cek tepat sebelum jatuh tempo. Saya mengenal suami saya, dan saya percaya ketika dia berkata bahwa dia belum menerima sepeserpun janjimu karena telah "berbaik hati" meminjamkan cek, ketika tiba-tiba kamu menghilang seperti ditelan bumi dan suami baru mengetahuinya ketika Bank menelepon untuk memberitahu dana yang kurang untuk cek yang sedang dikliringkan. Suami saya mencari kamu kesana kemari, bertanya pada bossmu, bertanya pada teman-temanmu dan dan dari mereka kami tahu ternyata kamu sudah menipu banyak orang. Bossmu sudah melaporkan kepada polisi mengenai sepeda motor yang kamu bawa lari. Selama satu minggu suami mencari kamu ditengah-tengah kesibukannya mencari rejeki buat keluarganya, sampai dia terlambat melaporkan ke polisi dan yang paling parah adalah lupa untuk segera memblokir rekeningnya.Sebagai istri saya berusaha mendampingi suami saya menghadapi ini diantara emosi dan rasa kasihan. Saya berusaha mengambil hikmah dari kelalaian suami saya, bahwa semua yang dilakukannya adalah untuk keluarga, dan bahwa akhirnya ditipu adalah diluar kehendaknya. Bagaimana dengan kamu Agus? Apakah semua penipuan yang kamu lakukan adalah untuk keluargamu? bahagiakah keluargamu ketika mengetahui anggota keluarganya menerima nafkah untuk mereka dari yang bukan hak mereka? Atau kamu terpaksa melakukannya karena kondisi tertentu yang menghimpitmu? Saya akan memberitahukan kamu hal-hal yang telah kami lakukan dan alami dalam menghadapi cobaan ini : 1. Kami sudah melaporkan secara resmi penipuan yang kamu lakukan, beruntung suami punya surat pernyataan peminjaman cek  bermaterai darimu ( walaupun cek sebenarnya tak boleh dipinjamkan), tapi setidaknya kami punya bukti bahwa kami tidak bersekongkol denganmu Agus, ohh tidakk ... kami tidak punya hati untuk melakukan perbuatan seperti yang telah kamu lakukan itu. 2. Kami sudah memblokir rekeningnya walaupun sangat terlambat dan rek kami sudah secara resmi masuk Daftar Hitam nasional, karena ulahmu, dan semoga kamu tidak senang mendengarnya, tapi ikut prihatin bersama kami, karena ini ada hubungannya dengan usaha keluarga kami. Bolak-balik kantor polisi dan bank adalah pekerjaan yang melelahkan baik jasmani maupun rohani, entah dengan kamu, apakah kamu tidak merasa lelah dengan aktivitas tipu menipumu itu dan sekarang pelarianmu? 3. Kami sudah bertemu dengan beberapa orang pemegang cek yang dikeluarkan oleh kami, ada yang bicara baik-baik dan sama-sama mengerti bahwa kami adalah sama-sama korbanmu. Ada yang secara tidak langsung melalui kata-kata tersirat mau membebankan nilai cek itu pada kami. Ada yang sedikit memaksa, tapi kami bertahan. Kami mau mengambil jalan hukum saja. Kami menganjurkan mereka untuk melaporkan juga kasus mereka, katanya kalau banyak yang melapor, akan cepat diproses, entahlah. Kami masih percaya hukum bisa ditegakkan, jadi kami bertahan tidak akan mengeluarkan sepeserpun uang yang kamu salah gunakan sebelum hukum yang memutuskan demikian, karena sekali lagi, kami masih percaya akan kerja aparat hukum dan hukum yang disertai pembuktian. 4. Setelah bertemu dengan orang-orang yang menjadi korbanmu, baik yang kamu tipu uang cash, cek maupun surat-surat berharga, satu informasi yang kami tahu kamu menjalankan uangnya untuk membeli ban dan oli, karena semua yang menagih cek itu adalah pedagang ban dan oli. Satu pertanyaanku Agus, kamu kemanakan semua oli dan ban itu Agus? Untuk uang ratusan juta bila ditukar dengan ban dan oli pasti banyakkan? Inilah salah satu yang membuat saya ngotot melaporkan kamu, saya perlu tahu uang yang kamu salah gunakan itu untuk apa? kamu tidak makan oli dan ban bukan? Jadi kalaupun nanti kami terpaksa mengeluarkan uang karena kecerobohan kami, setidaknya kami tahu kemana perginya uang yang kamu salah gunakan itu. Lagian kamu itu penipu paling mujur lo, dengan mengandalkan kepandaian berbicara kamu bisa menipu orang begitu banyak pada saat jam kerja kamu yang padat ( kalau ngk salah saya sudah tulis tadi kalau kamu adalah orang kepercayaan di tempat kamu bekerja bukan?) dan memakai fasilitas kantor pula? kamu menjemput pesananmu (oli / ban) pakai mobil kantor bukan? ckckckckck ....lihainya dirimu!! Karena mengingat lihainya dirimu itu kami perlu mengingatkan orang lain tentang aktivitasmu ini, supaya tidak ada korban lain yang menyusul di tempat dimana sekarang kamu berada.
130236711781089711
130236711781089711
5. Saya membuat tulisan ttg kamu di FB dan kompasiana tadinya karena emosi dan ingin semua orang tau kalau kamu itu penipu. Tapi setelah saya ikut persekutuan doa suatu malam, dan lewat kotbah Romo saya disadarkan, bahwa motif saya kurang tepat dan tak ada pengampunan dan kasih di dalamnya. Saya langsung menyadari kebodohan saya, tapi itu tidak menyurutkan tekad kami untuk terus mencarimu, terlebih karena alasan lain yaitu : supaya kamu dikenali dan tidak ada korban lain diluar sana yang harus mengalami masalah seperti kami. Jadi di setiap perkembangan kasusmu Agus, kami akan tetap menempelkan fotomu dan tetap menghimbau kamu untuk segera menyerahkan diri dan mempertanggungjawabkan perbuatanmu. Sekarang kami lebih legowo, kami mengampuni perbuatanmu, tapi kamipun harus tetap mencari keadilan bukan? terlebih lagi, kamu pasti tau kalau yang pegang cek akan menuntut kami, makanya kami berlindung di balik hukum sampai kamu menyerahkan diri kepada pihak yang berwajib. 6. Kepada siapa saja, perlu saya ulangi, "siapa saja" yang sudah mengetahui keberadaan Agus, tolonglah Agus Soesanto dengan memberitahukan keberadaannya dan melaporkan kepada pihak yang berwajib. Karena, satu : dengan melaporkannya memberikan kesempatan padanya untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, kedua : mencegah dia untuk berbuat kesalahan yang sama. Agus, ini surat saya yang pertama untuk kamu. Mungkin akan ada surat lain lagi, tergantung perkembangan kasusmu ini. Karena perlu kamu ketahui semua perjuangan yang kami lakukan untuk bertahan, siapa tahu hati nuranimu bisa terusik. Semoga Tuhan Yesus menjamahmu dan melindungimu dimanapun kamu berada saat ini, dan doa ini tulus dari hati kami sekeluarga. Pius dan Meika Batam, 09 April 2010 sumber foto/ilustrasi gambar: dari google.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun