Mohon tunggu...
Rossi Chelsita
Rossi Chelsita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

U can create ur own pathway folks, keep inspiring others!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Boro-boro Aesthetic, Trend Foto Prewedding di Bromo Banjir Kritik

7 Oktober 2023   19:25 Diperbarui: 7 Oktober 2023   19:40 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.wartabromo.com/

Beberapa waktu lalu masyarakat Indonesia digegerkan dengan trend foto prewedding yang justru menuai hujatan netizen. Isu tersebut muncul sejak kebakaran area bukit Teletubbies, gunung Bromo, sekitar pukul 11.30 wib. Menurut informasi yang beredar, api yang menyebar di Bukit Teletubbies tersebut berasal dari suar (flare) yang dinyalakan oleh pasangan yang tengah melakukan pengambilan foto prewedding tersebut. Percikan flare inilah yang kemudian mengenai daun-daun kering sehingga menyebabkan kebarakaran hebat di area tersebut hingga menggegerkan netizen.

Dalam video viral yang beredar, pasangan yang sedang melakukan pengambilan foto prewedding bahkan sang fotografer tampak sangat santai meskipun api sudah mulai melahap beberapa bagian di area tersebut. "Orang-orang ini sudah membuat kebakaran seperti ini tapi masih santai-santai ya," kata seseorang dalam video tersebut. Kamis pagi, 7 September 2023, asap dari suar tersebut masih mengepul di area tersebut akan tetapi orang-orang yang terlibat dalam kebakaran ini sudah diamankan di Polres Probolinggo untuk dimintai keterangan lebih lanjut.

Diketahui kerugian akibat kebakaran yang terjadi di Gunung Bromo akibat penggunaan flare dalam sesi foto prewedding mencapai angka sebesar Rp 8,3 miliar. "Untuk nilai estimasi kerugian akibat kebakaran hutan dan lahan mencapai Rp8,3 miliar dengan luasan area kurang lebih 989 hektare," kata Hendra, Ketua Tim Data Evaluasi Kehumasan Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, saat dikonfirmasi di Kota Malang, Jawa Timur, Selasa (3/10/2023).
Besar kerugian tersebut merupakan dampak dari penutupan kawasan taman nasional Bromo Tengger Semeru akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terhitung sejak tanggal 6-14 September 2023.

Karena ulah pengunjung yang menggunakan flare atau suar untuk kepentingan pengambilan gambar yang merugikan alam. Sejak saat itu, akses wisata kawasan Bromo ditutup untuk sementara waktu. Padahal, kawasan Gunung Bromo menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Jawa Timur dimana pada tahun 2022, tercatat sebanyak 318.919 pengunjung wisatawan: sebanyak 310.418 pengunjung merupakan wisatawan nusantara dan sebanyak 8.501 merupakan wisatawan asing. Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang diperoleh dari kunjungan wisatawan tersebut mencapai Rp11,65 miliar, yang meningkat sejak 2022 jika dibandingkan tahun sebelumnya yang sebanyak Rp4,85 miliar, hal ini tentu sangat berdampak drastis pada penurunan jumlah pendapatan wisata sejak kawasan wisata Bromo ditutup.

Tak hanya dari segi pendapatan wisata pemerintah, kobaran api yang melahap kawasan Bromo juga akan berdampak pada penurunan income warga sekitar yang notabene menjadi salah satu matapencaharian mereka setiap harinya. Ada yang berjualan bunga, oleh-oleh, souvenir, sarana transportasi, dan lain lain yang mayoritas merupakan pedagang kaki lima. Ditutupnya kawasan wisata Bromo tentu saja menekan pemasukan keseharian mereka. Seharusnya mereka dapat meraup untung setiap hari dari banyaknya wisatawan yang berkunjung, kini mau tidak mau mereka harus berjualan di tempat lain agar tetap mendapat pemasukan selama kawasan wisata ditutup.

Kebakaran di bukit Teletubbies ini tak hanya membawa kerugian dari segi ekonomi, namun keindahan alam Bromo juga kena imbasnya. Bagaimana tidak, percikan flare yang menyapu habis rerumputan hijau kawasan Bromo menjadikan area tersebut gersang. Ditambah akhir-akhir ini belum lagi diguyur hujan, dikhawatirkan kegersangan Bromo dapat membawa petaka longsor bagi warga yang tinggal dekat dengan kawasan tersebut. Karhutla yang melahap 989 hektare luas kawasan Bromo tersebut saat ini telah mengubah  keindahan alam yang menjadi daya tarik Bromo. Kalau sudah begini siapa yang dapat mengembalikan keindahan alam savana Bromo? Berkeping-keping rupiah pun tidak menjamin Bromo kembali indah seperti semula. Meskipun sejak saat itu api telah berhasil dipadamkan tetapi rumput hijau dan segala pepohonan yang tumbuh di sekitarnya telah habis dilalap si jago merah.

Kejadian ini telah mengundang perhatian publik sejak Rabu, 6 September 2023 dan jelas merugikan negara. Meskipun pihak yang bersangkutan tidak menginginkan kejadian ini terjadi, seharusnya sebagai pengunjung juga memiliki kesadaran untuk menjaga keindahan alam. Pengunjung tidak sepantasnya lalai hanya karena mengutamakan kepentingan pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun