Berangkat dari pengalaman pribadi, perjalanan menuju dewasa tidak dapat dipungkiri membawa sisi lain dalam hidup yang sebelumnya tidak pernah terbesit dalam bayangan kita. Saat kecil, mungkin kita ingin segera menjadi orang dewasa. Kita melihat bahwa menjadi orang dewasa itu mudah, mempunyai banyak kebebasan, dan dapat mengatur hidup mereka sendiri. Fokus kita yang ingin segera menjadi “dewasa” membuat kita seringkali lupa bahwa waktu yang kita miliki saat ini sama berharganya dengan kesempatan yang mungkin tidak dapat terulang kembali. Waktu bersama keluarga, waktu bersama teman di sekolah, bahkan waktu bermain kita semasa kanak-kanak. Seluruh pengalaman dan memori kita selama periode ini sangat penting untuk membentuk kepribadian kita nantinya sebagai seorang individu. Banyak hal yang dapat terjadi di luar kendali kita, oleh karena itulah kepribadian yang terbentuk sejak dini akan membantu kita dalam melewati berbagai tantangan dan menemukan arti kehidupan di masa depan.
Tanpa kita sadari, hari demi hari waktu yang kita lalui berjalan semakin cepat. Semakin kita dewasa, semakin kita mempertanyakan mengapa sesuatu yang terjadi mempengaruhi sejumlah aspek penting dalam hidup kita. Salah satu alasan yang mendasari hal tersebut yaitu karena realita yang seringkali kita temui tidaklah sama dengan ekspektasi yang mungkin kita miliki saat masih anak-anak. Harapan bahwa hidup akan lebih mudah saat kita bertambah usia, ternyata lebih rumit dan sulit untuk dijalani. Kita tidak bisa lagi memprediksi sesuatu karena semua kemungkinan bisa terjadi kapan pun dan dalam kondisi apa pun. Kita tidak tahu pasti apa yang akan terjadi di masa depan. Sehingga banyak muncul kekhawatiran dan ketakutan dari dalam diri kita tentang bagaimanakah kita akan menjalani tantangan-tantangan di hari esok. Mulai dari kekhawatiran tentang lingkup pertemanan yang semakin kecil, tuntutan keluarga yang lebih besar, kebutuhan keuangan yang lebih banyak, peluang kesuksesan dalam karir, sampai dengan kekhawatiran mengenai jodoh. Jika kita mengalami hal tersebut, bisa jadi kita sedang mengalami Quarter Life Crisis.
Quarter Life Crisis merupakan sebuah peristiwa yang memengaruhi emosi atau perasaan khawatir dalam diri seseorang yang disebabkan oleh ketidakpastian kehidupan yang mendatang. Biasanya peristiwa ini dialami oleh individu pada rentang usia 20 sampai 30 tahun. Peristiwa ini pun dapat menjadi tantangan yang perlu dihadapi setiap individu sebagai proses pencarian jati dari dan tujuan hidup masing-masing. Sebagian dari kita mungkin hanya membutuhkan sedikit waktu untuk mengatasi permasalahan tersebut, namun banyak juga yang membutuhkan waktu lebih lama untuk mencari tahu jawabannya.
Pertanyaan-pertanyaan yang seringkali muncul pada masa Quarter Life Crisis antara lain:
- “Apa yang sebenarnya saya inginkan dalam hidup ini?”
- “Apakah saya sudah berada di jalan yang benar?”
- “Bagaimana cara saya menemukan tujuan hidup yang lebih bermakna?”
- “Apakah keputusan-keputusan yang saya ambil saat ini akan berdampak besar pada masa depan saya?”
Tentunya sebagai manusia yang dituntut untuk selalu berevolusi seiring dengan perkembangan zaman, maka kita juga harus dapat mengatasi permasalahan ini dan segera keluar dari gelembung keterpurukan. Kita semua tahu dan paham betul tentang pernyataan bahwa segala sesuatu yang dilakukan berlebihan itu tidak baik. Sama halnya dengan peristiwa ini, semua ciri-ciri di atas hanyalah sebuah fase kehidupan. Bukan berarti hidup kita akan selamanya di bawah, tetapi masa depan kita bergantung pada langkah apa yang kita ambil untuk bangkit dari keterpurukan tersebut.
Beberapa langkah yang dapat kita ambil yaitu:
- Mempererat hubungan dengan keluarga dan teman dekat melalui komunikasi.
- Memiliki tempat yang aman untuk bercerita dapat membantu kita mengurangi rasa cemas dan khawatir yang berlebihan. Saran dan dukungan dari orang terdekat juga dapat menjadi kekuatan tersendiri untuk bangkit dari keterpurukan.
- Pergi ke wisata alam.
- Membaur dengan alam bisa menjadi udara baru untuk menenangkan pikiran yang kacau. Biasanya setelah berjalan-jalan ke luar, kita menjadi lebih semangat untuk beraktivitas.
- Mendekatkan diri dengan Tuhan YME.
- Sebagai manusia, tentu saja kita memiliki banyak keterbatasan. Oleh karena itu, kita perlu meyakini campur tangan Sang Pencipta yang akan senantiasa menolong dan memampukan kita dalam melewati berbagai tantangan hidup kita di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H