Dunia kerja, arena perebutan peluang dan prestasi, seringkali menjadi panggung pertunjukan persaingan yang sengit. Tidak hanya antar individu, persaingan juga terjadi antar golongan dan bahkan antar gender. Sayangnya, persaingan yang sehat seringkali ternodai oleh praktik-praktik diskriminasi, terutama terhadap perempuan. Kesenjangan gender yang masih membayangi dunia kerja membuat perempuan seringkali menghadapi hambatan yang lebih besar dalam meraih kesuksesan karier. Stereotipe gender yang masih kuat, peluang promosi yang terbatas, dan beban ganda sebagai pekerja dan pengasuh keluarga adalah beberapa contoh tantangan yang dihadapi perempuan. Pemerintah juga harus berperan aktif dalam merumuskan kebijakan yang mendukung kesetaraan gender di dunia kerja.
Selain itu, masyarakat luas perlu mengubah mindset dan memberikan dukungan kepada perempuan untuk meraih potensi maksimalnya. Kesenjangan gender, sebuah realitas yang masih membayangi, membuat perempuan harus berjuang lebih keras untuk mendapatkan pengakuan dan penghargaan yang setara. Bayangkan saja, di tengah persaingan yang ketat, perempuan masih harus menghadapi batasan-batasan yang tidak adil hanya karena jenis kelaminnya. Â
Terlahir sebagai perempuan bukanlah aib atau kutukan. Setiap individu, terlepas dari jenis kelaminnya, berhak mendapatkan perlakuan yang sama dan kesempatan yang setara. Sayangnya, diskriminasi gender masih menjadi masalah serius di berbagai belahan dunia. Di balik tindakan diskriminatif ini, seringkali tersembunyi perasaan iri, dengki, dan cemburu yang tidak sehat. Individu yang melakukan diskriminasi seringkali merasa terancam oleh keberhasilan perempuan atau merasa bahwa perempuan "mencuri" peluang yang seharusnya menjadi milik mereka. Padahal, kesuksesan seseorang tidaklah bergantung pada jenis kelamin, melainkan pada kerja keras, bakat, dan kesempatan yang diberikan.
Berikut adalah deskriminasi yang kerap terjadi di dunia kerja, diantaranya yaitu:
1.Gap Gaji:
*Perempuan sering kali mendapatkan gaji yang lebih rendah dibandingkan laki-laki yang bahkan mengerjakan pekerjaan dengan tanggung jawab yang sama. Fenomena ini kerap disebut gender pay gap.
Â
2.Stereotipe Gender:
*Perempuan sering diasosiasikan dengan pekerjaan tertentu yang dianggap lebih "feminin" seperti sekretaris, perawat, atau guru TK, sementara pekerjaan yang dianggap "maskulin" seperti pemimpin perusahaan atau teknisi cenderung didominasi laki-laki.
Â
3.Pelecehan Seksual:
*Perempuan sering mengalami pelecehan seksual di tempat kerja, baik dalam bentuk fisik maupun verbal. Ini bisa berupa godaan, sentuhan yang tidak diinginkan, komentar berbau seksual, hingga permintaan seksual.
 4.Diskriminasi dalam Promosi:
*Perempuan lebih sulit dipromosikan ke posisi kepemimpinan dibandingkan laki-laki, meskipun memiliki kualifikasi yang sama. Hal ini seringkali disebabkan oleh bias gender yang membuat atasan lebih cenderung memilih laki-laki untuk posisi yang lebih tinggi.
5.Beban Pekerjaan Rumah Tangga:
*Perempuan seringkali memikul beban ganda antara pekerjaan di kantor dan pekerjaan rumah tangga. Hal ini membuat mereka memiliki waktu yang lebih sedikit untuk pengembangan karier dan seringkali harus mengorbankan peluang promosi.
 Berikut adalah upaya untuk mengatasi hal ini:
* Â Peningkatan Kesadaran: Meningkatkan kesadaran masyarakat dan perusahaan tentang pentingnya kesetaraan gender.
* Â Kebijakan yang Inklusif: Menerapkan kebijakan perusahaan yang mendukung kesetaraan gender, seperti kuota perempuan dalam posisi kepemimpinan dan program mentoring untuk perempuan.
* Â Pelatihan Sensitivitas Gender: Melakukan pelatihan bagi semua karyawan untuk meningkatkan kesadaran akan bias gender dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih inklusif.
* Â Penguatan Hukum: Memperkuat penegakan hukum terhadap kasus-kasus diskriminasi gender di tempat kerja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H