Sedangkan Brian telah menduduki bangku di barisan belakang dengan seorang siswa laki-laki bertubuh kurus dan berkacamata minus.
"Halo, aku Bobby, panggil saja Bob. Senang berkenalan denganmu." Diulurkannya tangan pada Brian yang menyambutnya segera.
"Aku Brian," balas Brian setelah menjatuhkan dirinya di bangku samping Bob itu. "Sudah lama sekolah di sini?" tanyanya sekilas sambil memasukkan tas.
"Sudah enam tahun," jawab Bob cepat. "Kamu pindahan dari sekolah mana?" tanya Bob ingin tahu sambil memandang Brian lekat-lekat, seolah mengagumi ketampanannya.
Brian terdiam sesaat tanpa memandang Bob, tapi saat berikutnya ia segera berkata, "Sekolah di luar kota, jauh sekali dari sini. Kusebutkan pun kau tidak akan tahu, karena bukan sekolah terkenal seperti ini." Brian mengeluarkan sebuah buku notes berwarna ungu berikut sebuah pulpen hitam, bersiap-siap untuk menulis.
"Oh...," Bob mendesis panjang sambil melihat Brian mencorat-coret buku notes itu. Sebenarnya masih banyak lagi yang ingin ditanyakannya pada Brian, karena ia merasa Brian adalah sosok yang misterius. Tapi melihat sikap Brian yang seolah tidak suka kalau orang mengorek data-data tentang dirinya, membuat Bob jadi terdiam. Akhirnya mereka hanya saling membisu dan mencatat jadwal pelajaran yang ditulis oleh Ibu Guru di papan tulis.
Violetta yang duduk di dekat Brian, hanya dipisahkan oleh sebuah lorong kecil sebagai jalan, tidak mampu menyembunyikan keingintahuannya tentang Brian. Walaupun tangannya mencatat jadwal pelajaran di papan tulis, tapi pikirannya tidak ke situ, karena ia terus memasang telinga sejak tadi, mendengarkan percakapan singkat antara Bob dan Brian barusan.
Mata Violetta melirik buku notes kecil berwarna ungu yang dipakai Brian. Ungu sama dengan Violet? Kenapa kebetulan sekali sama dengan namanya? Dan pulpen berwarna hitam pekat dengan tinta hitam yang dipakai Brian untuk mencorat-coet buku notes ungu itu? Ah, Violetta cepat-cepat membuang pikirannya yang tidak-tidak. Dia dan Brian bahkan belum sempat kenalan. Apakah setelah melihat Brian untuk pertama kali tadi sudah membuatnya terobsesi, jadi apa pun tindak-tanduk Brian membuatnya penasaran?
Sebuah suara khas menyadarkan lamunannya, "Papan tulisnya di depan, Nona, bukan di samping..." Entah mengapa Brian seperti tahu jalan pikirannya. Ia menolehkan kepalanya ke samping, tersenyum pada Violetta yang ketahuan sedang menatapi dirinya.
Violetta merasa malu setelah kepergok terus mencuri lihat pada Brian sejak tadi. Ditundukkannya kepalanya dengan wajah bersemu merah jingga.
"Kenalkan, aku Brian," Brian berusaha membantu Violetta mengatasi rasa salah tingkahnya.