"PAGER MANGKOK" & "TAPA NGELI"
#AJARAN SUNAN MURIA YANG TERLESTARI
Jumat Pahing, 10 Mei 2024, kami dari Tim Pusat Studi LONTAR NUSANTARA memiliki agenda mengarungi jalur utara Jawa. Rutinan kami kali ini, berlima saja bersama berziarah ke makam Sunan Muria. Selain mengirim doa & berikhtiar menghadirkan serta menyambungkan ruh semangat perjuangan, kami juga mengeksplorasi jejak sejarah dakwah Kanjeng Sunan Muria di Nusantara.Berangkat berpagi hari dari kota Solo, kami tiba di lokasi Wisata Religi Sunan Muria sekitar jam 10 pagi. Sembari menunggu waktu sholat Jum'at dan pintu makam dibuka, kami dihangatkan oleh tawaran warung sekitar untuk menyeduh lalu menikmati kopi. Kopi Muria tentunya. Rasanya mangtap, tidak terlalu berat, dinikmati di daerah dataran tinggi tentu serasa nikmat.
Ba'da sholat Jum'at kami menemui Imam Masjid Muria beliau K.H. Nur Hamim yang hari itu juga berlaku sebagai Khatib dan Imam Jum'at. Dari  diskusi beliau bersama tim kami yang dipimpin oleh DR. Kasori Mujahid (Pembina LONTAR NUSANTARA), didapatkan informasi bahwa Yayasan Sunan Muria dibantu UIN Walisanga sedang menyusun Buku Sejarah Sunan Muria. Riset-riset sedang terus dilakukan untuk menambah literasi dan sumber yang saling menguatkan. Selain mengakomodir dan memotret fakta sumber sejarah folksflore dari oral tradition (budaya bertutur- turun temurun di masyarakat), riset juga tentu mengeksplorasi sumber-sumber tertulis yang tersebar di berbagai tempat seperti Pesantren, Keraton Jogja dan Solo, Manuscript-manuscript di Masjid-masjid Agung yang ada dan tempat-tempat lain ditemukannya sumber sejarah literitatif tentang Sunan Muria. Semoga lancar ikhtiar riset-riset ini.
Banyak hal bisa dieksplore dari sejarah dakwah Sunan Muria. Mulai dari silsilah nasab keluarganya yang sampai kepada Nabi Muhammad, hingga sejarah hidup dan pola strategi dakwah Islamnya di Nusantara.Salah satu peninggalan penting dari Ajaran Sunan Muria adalah Prinsip "Pager Mangkok" dan "Tapa Ngeli".
Sunan Muria mengajarkan, hendaknya menjadi seorang manusia itu memperbanyak shadaqah dan saling memberi. Ini tentu juga sejalan dengan Hadits Kanjeng Nabi Muhammad;Â (Tahaddu tahabbu). Artinya; Saling berilah kalian supaya saling cinta.
 Karena saling memberi itu bisa menimbulkan rasa cinta yang  nantinya juga akan saling mengayomi dan melindungi.
Maka kemudian muncul adigium " Sak kuat-kuate "pager tembok" luwih kuat "pager mangkok". Artinya; sekuat-kuatnya pagar rumah berupa tembok untuk melindungi rumah dan seisinya, lebih kuat lagi adalah pagar " mangkok". Yakni pagar sosial yang terwujud dari budaya saling memberi. Baik itu pemberian berupa makan, shadaqah  maupun bentuk lainnya yang akan membuat para tetangga di sekitar kita akan turut menjaga rumah dan keluarga kita bila ada gangguan datang mengganggu. Ini terbentuk karena rasa cinta yang otomatis akan memunculkan rasa saling melindungi.
"Nahnu minhum, nahnu ma'ahum wa nahnu lahum". Kita berasal dari masyarakat, kita ada di tengah-tengah masyarakat dan kita ada untuk masyarakat. Kita adalah masyarakat itu sendiri.
Demikianlah antara lain dua ajaran utama Sunan Muria selain banyak ajaran beliau lainnya yang alhamdulillah terus terlestari sampai hari ini. Dimana para du'at dan masyarakat bersama mengamalkan sikap sifat "Pager Mangkok" & "Tapa Ngeli" yang kemudian menghasilkan forma masyarakat gotong royong-egalitarian tak berkasta dan nyaris tanpa sekat.
#LONTAR NUSANTARA
(Pembina: Yai DR. Kasori Mujahid & Yai Sugiyanto, Pimpinan Program:Ki Ageng Budhi Hartanto, Manager Ekspedisi: Ma'ruf emPujinto, Pimpinan Perjalanan: Yi Tri Wahyu Yunianto, Divisi Syiar & Arsip: Rosnendya Yudha Wiguna)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI