Mohon tunggu...
Rosmawati Manurung
Rosmawati Manurung Mohon Tunggu... -

Penikmat kuliner

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Anakku adalah kekayaanku

22 Juli 2011   10:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:28 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjuangan seorang ibu dalam membesarkan seorang anak selama kurang lebih 9 bulan tentunya bukan hal mudah. Kelahirannya sangat dinantikan semua orang. Tentunya bagi setiap pasangan suami istri yang berharap akan kelahiran buah cinta mereka. Benar-benar menjadi saat-saat menengangkan. Pertarungan hidup dan mati seorang ibu. Tatkala terdengar suara tangisan, kegembiraan dan kebahagiaan menghiasi setiap rona wajah yang menunggu persalinan. Ucapan selamat dan doapun mengalir bak air yang mengalir bagi ibu dan ayahnya.

Tak demikian bagi anak yang dibuang oleh orangtuanya ke tempat sampah dan ke kali. Tempat yang tidak layak bagi pertumbuhannya. Tiada ruang bagi seorang anak yang ditolak kehadirannya. Keadaan yang memiriskan hati yang belakangan ini sering terjadi. Maraknya pembuangan bayi dengan berbagai macam motif.

Jelas perbuatan tersebut sangat ditentang oleh hukum dan agama. Namun pelakunya tetap saja tidak bisa ditemukan setiap kali muncul kasus pembuangan bayi.

Berbeda dengan pembuangan bayi secara terang-terangan yang tanpa disadari oleh banyak orangtua belakangan ini adalah "pembuangan masa emas pertumbuhan anak". Tuntutan business woman telah membuat banyak kaum wanita kesulitan untuk mengimplementasikan kodratnya sebagai ibu dan sebagai istri. Tak pelak masa emas pertumbuhan anak menjadi terganggu dan kehilangan masa indah tersebut. Pekerjaan dan karir seolah-olah berpacu dengan pertumbuhan anak. Pekerjaan dan karir bisa menanjak tapi anak masih tertinggal jauh dari pertumbuhan yang seharusnya. Seorang anak yang harusnya bisa berjalan lebih awal tertunda karena si ibu sibuk dengan pekerjaan yang tak kunjung usai hingga tak ada waktu melatihnya merangkak dan berjalan. Seorang anak yang harusnya bisa mengucapkan kata satu demi satu, terhambat oleh karena si ibu lebih sibuk menyuarakan ide dan pikirannya di kantor. Solusipun dipikirkan supaya anak bertumbuh dan berkembang menurut usianya.

Kini, peran baby sitter alias nanny menjadi pilihan wanita bisnis. Tinggal bayar dan pantau dari dekat saja. Sah-sah saja pilihan ini diambil. Tapi dampaknya besar bagi seorang bayi dan anak yang dalam pertumbuhan. Peran ibu dan ayah tak akan tergantikan oleh kerabat terdekat sekalipun.

Anak tidak akan mengalami kasih sayang yang cukup dari orangtuanya. Gambaran tentang ibu dan ayahnya akan samar dan tidak berbingkai indah dalam potret kesamaran itu. Kesulitan demi kesulitanpun tercipta secara otomatis saat mencoba mengidentifikasi jati dirinya, aku anak siapa?

Pertanyaan yang hanya bisa dijawab oleh ibu dan ayah. Anakku adalah kekayaanku. Sebutan bagi anak yang harusnya dipahami oleh orangtua. Kekayaan, karena anak adalah milik yang amat berharga dan tak tergantikan oleh apapun sekalipun oleh karir atau pekerjaan. Anak adalah "kekayaan" Tuhan yang luar biasa bagi para suami dan istri yang mengharapkannya.

Menerima kehadiran anak yang dianugerahkanNya dengan sikap terpuji adalah kebanggan Tuhan bagi orangtua. Tentunya dengan merawat, membesarkan dan mendidiknya menjadi anak yang berkarakter dan bermartabat yang mengasihi sesamanya.

Mari para orangtua membangun negeri yang tangguh, berkarakter dan bermartabat melalui peranan ibu dan ayah yang baik dalam setiap rumah tangga di seluruh persada nusantara ini.

Selamat menjelang hari anak nasional bagi anak-anak Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun