Kompasiana Nangkring di pertengahan bulan Oktober (15/10/2016) bekerjasama dengan Perusahaan Tambang Nasional  PT. Freeport Indonesia (PTFI)  menentukan tempat cerdas untuk  #nongkrong_oke  sesama kompasianer  yaitu  di Museum Geologi Jalan Diponegero no 57  Bandung 40122.
Pemililihan lokasi memang terasa amat elegan  disamping relevan  dengan  tempat nangkring,  #nongkrong_oke  di  Museum Geologi dari sejak jam 14.00 siang hingga beres adzan isya  ibarat pepatah jaman dahulu sambil menyelam minum air,  cocok . . . !  Meskipun waktunya terasa relatif begitu panjang akan tetapi banyak pengetahuan yang penulis peroleh, sehingga mencatat dalam memori ingin kembali mengunjungi museum sebagai alternatif wisata edukatif  bagi seluruh keluarga.
Pembawa acara adalah Nurulloh, Superintendent Content & Community Division Kompasiana  dengan antusias memandu acara, sehingga dalam sesi tanya jawab Kang Nurulloh memancing peserta agar aktif dalam diskusi nangkring dengan trik  mengajukan banyak pertanyaan kepada semua nara sumber sebelum para blogger unjuk jari.
Acara dibuka dan diawali dengan sambutan dari  Bapak Oman Abdul Rahman sebagai Kepala Museum Geologi  dalam sambutannya beliau  menghaturkan terima kasih pada Kompasiana dan seluruh kompasianer yang hadir sekitar 50 (orang)  plus undangan lainnya maka jika di total hadirin pada siang menjelang sore diiringi hujan deras dan macet dimana – mana  sekitar seratus orang  memenuhi ruangan sayap kanan bagian belakang tempat di simpannya benda – benda bersejarah bangsa ini.
Hantaran terima kasih dari Pak Oman karena acara  #nongkrong_oke Kompasiana dilaksanakan di Museum Geologi  selaras dengan Peringatan  Hari Tambang Nasional 29 September 2016.
Tambang Untuk Membangun Peradaban
Nangkring bareng Kompasiana dengan tema Tambang Untuk Kehidupan pembicara yang digadang – gadang sejak awal lewat blog keroyokan Kompasiana adalah :
- Ir. Sukmandaru Prihatmoko, M.Sc., Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia.Â
Diantara banyak data dan cara menambang beliau  mengungkapkan bahwa ada sekitar  5000 hingga 15.000 ahli tambang yang tergabung dalam Ikatan  Ahli Geologi Indonesia, dan tersebar dalam beberapa sektor baik ada yang berkarier di pemerintahan maupun swasta,  memang terasa sangat kontras jika mengingat sejarah penambangan Indonesia  sekitar 1942 bangsa ini belum memiliki satupun ahli tambang maka saat itu di pelopori oleh Arie Frederik Lasut yang lahir  di Kapataran Lembean Timur  Minahasa,  6 Juli 1918 kemudian beliau  meninggal di Pakem, Sleman Yogyakarta pada 7 Mei 1947 di usia 30 tahun di tembak tentara Belanda.