Mendadak mudik saat semua usai arus balik hal yang diluar dugaan dan sama sekali tidak direncanakan, sepertinya sekedar improvisasi saja dalam salah satu episode kehidupan di tahun ini khususnya bulan Syawwal 1437 H
Penulis menuju desa Prajekan di Situbondo Jawa – Timur pada 12 Juli 2016, biasanya menggunakan moda transportasi darat yaitu bis dan kereta api atau travel lebih sering menggunakan kendaraan pinjaman, kali ini dan baru pertama kali menggunakan pesawat Nam Air menuju Surabaya.
Bukan kebetulan jika harga ticket pesawat selisih hanya sekitar Rp 15.000 dengan harga ticket kereta api.
Ticket KA seharga Rp 385.000 dan ticket promo Nan Air hanya empat ratus ribu rupiah jauuh murahnya di banding salah seorang Ibu yang mendadak ke Surabaya satu jam sebelum terbang harga ticket 1.5 juta rupiah level kelas bisnis, penulis magh memang menggunakan kelas ekonomi merasa beruntung dan bersyukur pada – Nya.
Nam Air ( grup penerbangan Sriwijaya Air memasang tarip murah . . . tentu saja terasa sekali persaingan transportasi udara berdampak cukup positif menguntungkan para pengguna transportasi darat yang butuh cepat dengan fulus cekak )
Sampai di Surabaya langsung masuk penginapan super murah capsule kost istirahat dengan nyaman dan esok hari sekitar jam 08.30 meluncur menuju Situbondo.
Jam menunjukkan lebih kurang 09.45 waktu Indonesia bagian timur, menjelajah wilayah timur memang sayang jika tidak sempat icip – icip kuliner lokal diantaranya : Lontong Kupang plus sate kerang dan es deganJelajah Pasuruan penggemar seafood akan penasaran dengan hidangan sederhana ini.
Harga sangat terjangkau sepuluh ribu satu porsi dengan rasa kupang lembut, tidak terlalu amis aromanya natural saja justru dominan aroma petis.
Menurut Ibu Nur petis yang beliau gunakan adalah petis kupang dan diolah selama hampir delapan jam melalui proses mendidihkan dengan api sedang di tambah gula aren pilihan.