Â
interior @Kedai Kecil, picture : dok.pribadi
Mie instan kita sebut saja ya... labelnya seperti Indomie, Supermie, Sarimie dan berbagai merek yang bertebaran di pasaran sangat dikenal dan digemari banyak orang di negeri ini. Â
Jika menyimak gencarnya iklan mie instan khususnya di media elektronik sesungguhnya posisi beras yang diolah menjadi nasi telah lama tergeser sehingga masyarakat merasa sudah cukup memakan satu bungkus mie instan sebagai pengganti nasi, bahkan pengalaman penulis saat ibadah haji tahun 1996 pemerintah Indonesia saat itu membekali jama’ah dengan istilah SAHARA salah satu poin perbekalan jamaah haji reguler adalah masing-masing sekitar 10 – 25 bungkus Indomie dengan berbagai rasa.
Tentu saja mie instan selain sifatnya sangat praktis, penulis kira mie instan telah menjadi makanan kenegaraan, artinya seluruh warga bangsa Indonesia bisa memakannya dan suka...!
Seiring gencarnya produksi mie instan, pengetahuan bangsa ini pun berkembang dan banyak pula penelitian yang menyatakan bahwa mie instan sangat tidak sehat jika dikonsumsi secara rutin dan tidak menggunakan teknik menetralisasinya, hal yang menjadi penyebab tidak sehatnya mie instan adalah kandungan pengawet, penyedap, dan pewarna.
Inspirasi jenius dari @kedaikecil36 perlu kita pertimbangkan masak-masak dan kapan Anda ke Bandung, atau mereka yang tinggal di Parahyangan tempat bermukimnya para dewa dan dewi... bisa mampir sejenak ke Jalan Dipati Ukur 36 dekat dengan Taman Gesit.
Â
Namanya memang berasa @Kedai Kecil, setelah hadir dan diterima dengan jamuan aneka minuman pembuka hot and cold seperti juice bluebarry strawberry dan coffee Aroma, camilan bergizi pancake greentea kami cukup terkaget-kaget merasakan konsep besar dari kedai ini dengan aneka hidangan asyik untuk nongkrong, khususnya kawula muda, mahasiswa, dan keluarga bahkan pelajar.