Mohon tunggu...
Intan Rosmadewi
Intan Rosmadewi Mohon Tunggu... Guru SMP - Pengajar

Pengajar, Kebaikan yang kita lakukan untuk orang lain ; sesungguhnya adalah kebaikan untuk diri kita sendiri QS. Isra' ( 17 ) : 7

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Best Moment 2016] Mengunci Malam Menjemput Terang

12 Januari 2017   21:55 Diperbarui: 12 Januari 2017   22:11 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Malam – malam gulita seperti sebentangan belantara asing tak berpenghuni semak belukar onak dan duri bahkan sembilu menganga menantang  jasad tuk di tembus ringan tanpa kendala. 

Belantara malam dengan beribu kendala mesti aku telusuri dan lewati dengan berani bahkan dengan tersesatpun biarlah semoga bisa menemukan pintu siang.

Belukar malam seakan rentangnya tiada berujung sedemikian panjang, jika kemudian sebersit cahaya di ufuk timur, kakiku bergegas dan mengetuk membuka pintu siang.  

Memang pintu siang kadang malu – malu menggandeng lengan lunglai tanpa tongkat penyangga dia hanya sekedar menjemput dan mengiringi sang Bunda melepas pergi menelusuri siang.

Aroma Tanah Udara dan Laut

Nyatanya malam memang ada dan fakta, demikian betapa berat ditinggal seorang kekasih yang setia dan pergi menghela waktu sendiri dalam  gulita tanpa tongkat penyangga ataukah rotan panjang pengait ujung malam.

Selama tiga ratus sembilan puluh enam purnama,  terekam kuat aroma tubuh sang kekasih jelas perpaduan tanah . . .  bumi . . . serta alam sekitarnya tebarannya  semakin jantan memendam hangat  bersama harmonisasi udara.

Kejantanan aroma bumi, udara dan alam melekat di rompi baju kesayangan sang kekasih  berwana biru langit terkadang kutatap nanar bercita – cita berharap jumpa kelak di alam keabadian karena kini adalah fana tak pernah mungkin dapat menatap nyata sepintas wajah sesama rindu.

Dia sang kekasih tak pernah terabaikan dalam pandangan mata batin ia sering dan selalu muncul tanpa jeda dan aromanya dan rompinya kusimpan asyik melepaskan renda rindu dan batin yang kerontang kosong bersama  hampa.

Melupakannya adalah nista tak terpelihara,   namun aroma kejantanan sang kekasih yang melekat di rompi biru hendak kutitipkan saja pada seseorang yang kelak menjadi pemandu kisah dirinya di alam keabadian bersama moyang – moyang penjaga jembatan ke alam Malakut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun